السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku  Al Arba’in An Nawawiyyah.

Di antara perkara yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah yang merupakan kekufuran adalah:

Mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla (mengingkari adanya Tuhan). 

  • Seperti orang-orang dahriyin, yang menyatakan segala terjadi dengan sendirinya.
  • Seperti orang-orang atheis atau komunis yang menyatakan tidak ada Tuhan, semua terjadi dengan sendirinya.
  • Seperti sebagian ahli fisika (fisikawan) setelah mereka belajar masalah sains kemudian terbawa dan akhirnya mengingkari adanya Tuhan, seakan-akan kejadian alam terjadi dengan sendirinya, ada yang  namanya “sebab dan akibat”.

Ini adalah perkara-perkara yang menakjubkan, kita dapati sebagian ahli sains, yaitu sebagian fisikawan, bagaimana mereka mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, setelah mereka mengungkap teori-teori yang sangat menakjubkan. Melihat bagaimana berjalannya alam semesta yang begitu menakjubkan. Aturan-aturan alam semesta yang sangat menakjubkan.

Padahal, seharusnya mereka semakin berimān kepada Allāh.

Oleh karenanya Allāh berfirman:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

” Kami akan nampakkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami, di cakrawala, di alam semesta dan juga pada diri-diri mereka, agar mereka tahu bahwasannya Al Qur’ān adalah benar.”  (QS Al Fushshilat : 53)

Allāh mengatakan:

وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

” Dan pada jiwa-jiwa kalian, apa kalian tidak melihat ?” (QS Adz Dzāriyāt: 21)

Allāh membuat aturan yang luar biasa. Dalam tubuh kita ini luar biasa, bagaimana aturan metabolisme, bagaimana peredaran darah, bagaimana organ pernafasan, semuanya menakjubkan.

Tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, mustahil.

Bagaimana alam semesta, bagaimana beredarnya matahari-bulan, tidak mungkin berjalan dengan sendirinya.

Oleh karenanya takkala Abū Hanīfah berdebat dengan orang-orang atheis, kemudian sebelum berdebat, Abū Hanīfah mengatakan:

“Wahai kaum atheis, mari kita renungkan tentang sebuah kapal yang berjalan tanpa nahkoda. Kemudian merapat di sungai Dujjlah, kemudian menurunkan menurunkan barang-barangnya dengan sendirinya, kemudian dinaikkan lagi barang-barang yang baru dengan sendirinya kemudian berlabuh tanpa nahkoda. Mungkin atau tidak?”

Kata mereka: “Tidak mungkin.”

Kata Imām Abū Hanīfah rahimahullāh:

” Bagaimana dengan alam semesta ini? Kenapa bisa berjalan dengan sendirinya?” 

Tidak mungkin. Tidak mungkin semuanya dengan tiba-tiba atau tanpa sengaja atau kebetulan.

Oleh karenanya orang-orang atheis, Tuhan mereka adalah kebetulan.

Semuanya kata mereka kebetulan, padahal tidak demikian. Mereka membuat teori-teori yang khayalan mereka belum tentu benar teori-teori tersebut, kemudian mereka jadikan teori-teori tersebut untuk mengingkari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semua teori-teori hanyalah hipotesa, dugaan, belum tentu benar.

Contohnya seperti mereka mengatakan penciptaan alam, banyak teori penciptaan alam.

Ada yang mengatakan dengan teori: ada dua benda besar, planet besar, satunya pecah kemudian beredar kepada yang satunya.

Jadilah edaran satu matahari, satu menjadi pecah kemudian menjadi beberapa planet.

Kenapa bisa pecah?

Kebetulan, semuanya kebetulan.

Kemudian teori big bang (misalnya), dulu alam semseta ini merupakan satu kesatuan yang suhunya panas. Kemudian terjadi ledakan, mengembang sedikit demi sedikit.

Jadilah alam semesta, kalau itu panas kenapa bisa muncul manusia?

Bagaimana munculnya?

Kebetulan, semuanya kebetulan.

Ada yang mengatakan bahwasannya kejadian alam semesta dulu ada lautnya kemudian ada proses, ada amoniak atau sesuatu senyawa kimia kemudian terkena petir, akhirnya senyawa kimia tersebut jatuh ke laut kemudian mulailah terjadi evolusi, ada yang jadi ikan paus, ada yang jadi ikan hiu, ada yang jadi kepiting, ada yang jadi kura-kura, ada yang keluar jadi gajah (keluar dari laut tersebut), ada yang keluar jadi manusia. Ini anak kecil aja tidak percaya. Kok bisa jadi berubah ini. Kalau senyawanya sama, kenapa keluarnya beda?

Jawabannya kebetulan.

Tuhan mereka kebetulan. Ini semua mustahil.

Kita bilang, kalau seandainya kita berimān dengan teori-teori antum (teori big bang atau teori pecahnya dua planet besar), yang buat planetnya pertama kali darimana? Jika teori big bang benar, yang buat materi pertama kali untuk jadi alam semesta ini dari mana datangnya?

Yang membuat suhunya panas dari mana?

Yang katanya tadi ada lautan, ada amoniak, ada petir, yang datangkan petirnya siapa?

Amoniaknya siapa?

Lautnya siapa?

Oleh karenanya aneh mereka ini. Tidak mungkin, mereka mengatakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Ini tidak ilmiah yang menyatakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Tiba-tiba berubah dengan sendirinya, tiba-tiba teratur dengan sendirinya, tidak ilmiah.

Kata mereka seperti orang menuliskan huruf-huruf yang banyak. Dengan banyak huruf-huruf, kemudian dimasukkan dalam kotak, kemudian dikeluarkan tatkala kita hamburkan tertulis tulisan. Kebetulan, semuanya kebetulan

İni tidak mungkin, secara logika tidak mungkin.

Seharusnya orang tatkala melihat aturan alam yang luar biasa, semakin yakin bahwasannya ada penciptanya.

صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

” Ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha  Mengetahui (Teliti) apa yang kamu kerjakan.” (QS An Naml: 88)

Ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla  yang mutqin dalam melakukan segala sesuatu. Yang aturannya muhkam, aturannya sangat indah, sangat teratur, aturan-aturan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya, mereka, orang-orang atheis, bagaimana pun mereka berusaha mengingkari Tuhan, namun tetap dalam nurani mereka mengakui adanya Tuhan.

Hanya kesombongan mereka yang membuat mereka mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, mengingkari adanya pencipta.

Adapun masalah sebab dan akibat, sebagian orang-orang fisikawan mengatakan, “Tatkala kita mengetahui ada hukum sebab dan akibat, ya sudah.”

Setelah mereka membuat teori, seakan-akan mereka membuat agar Allāh tidak punya peran, karena sudah terjadi hukum sebab-akibat.

Semua berjalan berdasarkan sunnatullāh, berjalan berdasarkan hukum sebab dan akibat.

Kita katakan, memang benar ada hukum sebab dan akibat dalam alam semesta ini, tetapi siapa yang membuat sebab?

Siapa yang menciptakan akibat?

Siapa yang menjalankan aturan ini?

Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya kalau kita dapati dalam Al Qur’ān, Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga menyebutkan sebab dan akibat.

Seperti (misalnya) proses turunnya hujan dan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

” Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” 

(QS Al A’rāf: 57)

Allāh punya hukum sebab-akibat dalam alam semesta dan Allāh yang buat.

Allāh yang meniupkan angin, Allāh yang membuat awan menjadi berat, dengan sebab awan yang mendung ini Kami turunkan air. Setelah air turun, maka Kami keluarkan dari air tersebut segala macam tumbuh-tumbuhan, dengan sebab air hujan tersebut.

Ini menunjukkan bahwasannya memang ada hukum sebab-akibat. Namun yang perlu kita tanyakan kepada mereka, para ahli sains yang menolak adanya Allāh (adanya pencipta), siapa yang menciptakan sebab-akibat tersebut?

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla  berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ * أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ * لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرون 

” Tidakkah kalian memikirkan apa yang kalian minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami berkehendak, Kami akan jadikan air tersebut asin, mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS Al Wāqi’ah: 68-70)

Kalau air hujan Allāh turunkan dalam keadaan asin, tewaslah kita semuanya, mau minum pakai air apa?

Allāh turunkan air hujan dengan begitu luar biasanya. Antum bayangkan jutaan atau miliaran atau trilyunan tetesan air hujan Allāh turunkan dari langit.

Tidak pernah bergabung ditengah jalan, air hujan tersebut, satu tetes sudah punya tugas untuk sampai satu titik diatas muka bumi, tidak mungkin dia melenceng.

Tiap tetes punya tugas. Seandainya tetesan itu bergabung (di langit), sebelum jatuh kebumi menjadi satu ember, akan jadi problem. Jatuh satu ember dari langit mengenai kepala kita, bahaya.

Apalagi terkena angin kemudian bergabung jadi seperti satu mobil atau satu rumah kemudian jatuh, maka akan menjadi musibah.

Tetapi Allāh inginkan satu tetes jatuh kesatu titik diatas muka bumi.

“Kalau Kami berkehendak, (kata Allāh), Kami jadikan air hujan tersebut menjadi asin.”

 أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ * أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ

” Maka pernahkah kamu perhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)? Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan?” 

(QS Al Wāqi’ah: 71-72)

Tidakkah kalian renungkan tentang api yang kalian nyalakan?

Orang lupa, dia bisa nyalakan api, dengan api tersebut, dia bisa memasak masakan, dia bisa menghangatkan dirinya.

Darimana dia bisa mendapatkan api (bakar api)?

Yang tumbuhkan pohonnya siapa ?

Meskipun dia bisa menemukan tekhnologi membuat api, Allāh bilang, “Yang bikin pohonnya siapa?”

Oleh karenanya manusia jangan lupa diri. Apapun penemuan yang dia lakukan, apapun inovasi yang dia temukan, semuanya bahannya dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Bahkan teori big bang, teori-teori yang lainnya, semuanya harus ada materinya dulu.

Materinya darimana? Seandainya kita benarkan teori-teori tersebut.

Oleh karenanya mereka, orang-orang atheis, Tuhan mereka adalah kebetulan. Semuanya terjadi dengan kebetulan.

Wallāhu A’lam bishashawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 


BimbinganIslam.com
Kamis, 19 Rabi’ul Awwal 1439 H / 07 Desember 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
Hadits Arba’in Nawawī
Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 04 dari 06)


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  

Euromoslim Amsterdam
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
Ekingenstraat 3-7, Amsterdam
Amsterdam,  12 januari 2018 / 25 rabi’ul akhir 1439
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org