السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد لله على إحسانه، وشكر الله على توفقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله واهده لا شرك له تعظيم بشأنه, وأشهد أن محمد عبده ورسوله دائلا رضوانه, اللهم صلى عليه وعلى آله وصحبه وإخوانه

Alhamdulillāh, kita akan bahas tafsir surat Al Bayyinah.
Surat ini dikenal dengan beberapa nama, di antaranya:

⑴ Surat Al Bayyinah
⑵ Surat Al Qayyimah
⑶ Surat Munfakkīn
⑷ Surat Alhul Kitāb
⑸ Surat Lam Yakunilladzīna Kafarū

⇒ Datang dari suatu hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberi nama surat ini dengan surat Lam Yakunilladzīna Kafarū.

Oleh karenanya dalam satu hadīts yang shahīh, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memanggil Ubay bin Ka’ab kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ {لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا} . قَالَ وَسَمَّانِي قَالَ ” نَعَمْ “. فَبَكَى
” (Yā Ubay,) sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan aku membacakan surat Lam Yakunilladzīna Kafarū kepada engkau.”
_Maka Ubay bin Ka’ab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu berkata:_
_”Apakah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebut namaku, di sisimu wahai Rasūlullāh?”_
_Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:_
_”Na’am (Allāh menyebut namamu).”_
_Maka Ubay bin Ka’ab pun menangis._
(HR Bukhari nomor 3525 versi Fathul Bari nomor 3809)

Ubay bin Ka’ab pun menangis tatkala mengetahui bahwasanya Allāh menyebut nama Ubay bin Ka’ab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

⇒Ini suatu kemuliaan Ikhwān, bagaimana Rabbul’ālamīn pencipta alam semesta ini mengkhususkan penyebutan nama Ubay bin Ka’ab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu di sisi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dalam hadīts ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Allāh memerintahkan aku untuk membacakan engkau surat Lam Yakun (surat Lam Yakunilladzīna Kafarū).” Karenanya para ulamā menyebutkan nama surat ini ada sekitar lima atau lebih.

Para ulamā khilaf tentang surat ini, apakah dia surat Makkiyyah atau Madaniyyah. Dan sering saya ulang bahwasanya surat Makkiyyah adalah surat yang diturunkan tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di Mekkah sebelum beliau berhijrah ke kota Madīnah. Dan tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah ke kota Madīnah maka suratnya disebut dengan surat Madaniyyah.

⇒Sebagian kecil ulamā menyatakan bahwasanya surat Al Bayyinah ini adalah surat Makiyyah, namun jumhūr ulamā menyatakan bahwasanya surat Lam Yakunilladzīna Kafarū (Al Bayyinah) adalah surat Madaniyyah.

Kenapa?
Karena dalam surat ini Allāh berbicara tentang ahlul Kitāb dan kita tahu bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidaklah berinteraksi dengan ahlul kitāb (orang-orang Yahūdi) kecuali tatkala beliau di kota Madīnah.

Tatkala Nabi di Mekkah, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanya berinteraksi dengan orang-orang musyrikin, kaum Quraisy, orang-orang Jāhilīyyah (penyembah berhala). Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam belum berinteraksi dengan ahlul kitāb dari kalangan Yahūdi maupun Nashrāni.

Kapan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berinteraksi dengan Yahūdi?
Nabi berinteraksi dengan Yahūdi tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pergi ke kota Madīnah. Ternyata di kota Madīnah sudah ada suku Al Anshār yaitu suku Aus dan suku Khazraj (tinggal di sana), yang sebelumnya mereka beribadah kepada berhala.

Dan ada orang-orang Yahūdi yaitu Bani Nadhir, Bani Quraidzah dan Bani Qainuqa (3 kabilah), tiga suku tersebut tinggal di kota Madīnah.

⇒ Kenapa orang-orang Yahūdi tinggal di kota Madīnah?
Karena mereka telah mendapatkan kabar di dalam kitāb Taurāt bahwasanya akan diutus seorang nabi terakhir dan tempat hijrah nabi tersebut adalah di suatu tempat yang banyak kebun kurmanya.

Sehingga mereka mencari tempat tersebut (kota Madīnah) karena kota Madīnah terkenal dengan kebun kurma. Sehingga mereka menetap di kota Madīnah, beranak pinak di kota Madīnah untuk menunggu kedatangan nabi terakhir yang mereka nanti-nantikan.

Karena mereka tahu akan datang seorang nabi yang berhijrah dan menetap di kota Madīnah dan mereka benar-benar mengetahui siapa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Hal ini menggambarkan bagaimana orang-orang Yahūdi, begitu mengenal sifat-sifat nabi. Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
” Dan orang-orang yang diberikan kitāb (orang-orang Yahūdi) mereka mengetahui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka.”_
(QS Al Baqarah: 146)

Kita kalau mempunyai anak mengerti bagaimana sifat-sifat anak kita, bagaimana perawakannya, bagaimana ciri-cirinya. Allāh menggambarkan orang Yahūdi mengetahui sifat-sifat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka.

Hanya saja mereka menduga bahwasanya nabi terakhir yang akan diutus adalah dari kalangan Bani Isrāil, sebagaimana kebiasaan nabi-nabi sebelumnya.

Kita tahu bahwasanya seluruh nabi setelah Nabi Ibrāhim ‘alayhissalām maka seluruhnya adalah keturunan Bani Isrāil.

Dari Nabi Ibrāhim memiliki anak yaitu Nabi Ismāil dan Nabi Ishāq. Nabi Ismāil tidak memiliki keturunan yang menjadi nabi kecuali Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Adapun Nabi Ishāq memiliki keturunan yang bernama Nabi Ya’qub. Nabi Ya’qub inilah yang disebut Isrāil dan seluruh anak-anak Nabi Ya’qub namanya Bani Isrāil.

Kemudian Nabi Ya’qub memiliki anak 12 orang di antaranya Nabi Yūsuf ‘alayhissalām. Kemudian dari 12 anak tersebut turun temurun 12 kabilah, sampai akhirnya munculah para anbiyyā baik Nabi Hārun, Nabi Mūsā, Nabi Dāwūd, Nabi Sulaimān, Nabi Ayub, Nabi Daniel dan Nabi ‘Īsā.

Setelah Nabi ‘Īsā mereka menantikan kedatangan nabi yang terakhir, yang mereka tahu bahwasanya nabi terakhir tersebut akan mendatangkan kejayaan dan kemenangan. Dan mereka menyangka nabi tersebut dari kalangan Bani Isrāil.

Ternyata nabi tersebut dari bangsa Arab sehingga merekapun kāfir kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bagaimana orang-orang Yahūdi sesumbar di hadapan kaum Anshār di kota Madīnah.

Karena berlainan suku (suku Arab dengan suku Yahūdi) terkadang terjadi ketidakcocokan di antara mereka. Mereka sama-sama tinggal di kota Madīnah. Orang-orang Yahūdi adalah pendatang, mereka terkadang sering terjadi ketidakcocokan dengan orang-orang dari kaum Anshār.

Sehingga tatkala terjadi pertikaian atau peperangan kecil-kecilan, orang-orang Yahūdi sering sesumbar mengatakan:

“Wahai kaum Anshar akan diutus nabi terakhir dan kami akan bersama nabi tersebut menghabisi kalian.”

Sehingga Allāh sebutkan:
وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Mereka sebelumnya sesumbar untuk mendapatkan kemenangan atas kaum Anshār (menyatakan: Kami akan bersama nabi terakhir menyerang kalian wahai kaum Anshār). Tetapi tatkala telah datang kebenarannya mereka kāfir kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (karena hasad ternyata nabinya bukan dari bani Isrāil). (QS Al Baqarah: 89)

Karenanya ketika Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam datang ke kota Madīnah orang-orang Anshār mengatakan mari kita berimān kepada Muhammad sebelum orang-orang Yahūdi berimān kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Ternyata perkaranya terbalik, justru kaum Anshār yang berimān kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan kaum Anshār yang bersama Nabi mengusir orang-orang Yahūdi dan memerangi orang-orang Yahūdi.

Tadinya mereka mengatakan mereka yang akan menghabisi kaum Anshār ternyata Allāh balik. Justru mereka kāfir kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan kaum Anshār berimān kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk menyerang orang-orang Yahūdi di kemudian hari.

Inilah kenapa dikatakan bahwasanya surat Al Bayyinah adalah surat Madaniyyah karena tidak diturunkan oleh Allāh kecuali di kota Madīnah tatkala timbul interaksi antara Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan orang Yahūdi.

Demikian saja, Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab.

Wabillāhi taufīq.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
~~~~~~~~~~~~~~~
? BimbinganIslam.com
Senin, 05 Jumadal Ūla 1439 H / 22 Januari 2018 M
? Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
? Tafsir Juz 30 | Surat Al-Bayyinah
? Tafsir Surat Al-Bayyinah (Bagian 1)
~~~~~~~~~~~~~~~
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.