السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Di antara kesyirikan yang merupakan syirik ashghar adalah riyā’. Riyā’ adalah seorang beribadah karena ingin dipuji oleh orang lain. Karena ingin dipuji, ingin disanjung, ingin dihormati. 

Dan riyā’ ini adalah kesyirikan yang sangat luas jenisnya. Oleh karenanya Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh tatkala menyebutkan tentang syirik ini, beliau mengatakan: 

أما الشرك في الإرادات والنيات فذلك البحر الذي لا ساحل له وقل من ينجو منه

” Adapun syirik ini maka ini merupakan lautan yang tidak ada tepinya dan hanya sedikit yang selamat dari penyakit ini.”

Syirku niyah, seorang beribadah karena ingin dipuji, disanjung, dihormati. Menurut sebagian ulamā kesyirikan ini adalah kesyirikan yang terakhir keluar dari orang-orang yang imānnya tulus. 

Orang-orang yang imānnya tulus sudah terbebas dari segala kemaksiatan, tinggal yang terakhir masalah riyā’. Ini yang terakhir keluar dari dia yaitu riyā’, yang lainnya lebih mudah. 

Oleh karenanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan: 

 إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ. قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ

” Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashghar.”_

_Para shahābat bertanya:_”Apa itu syirik ashghar, wahai Rasūlullāh?”_

_Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bersabda:_

_“(Syirik ashghar adalah) riyā’ yaitu seseorang beribadah untuk dipuji._

(Hadīts riwayat Ahmad 5: 429)

Dalam hadīts lain, tatkala para shahābat sedang berbicara tentang Dajjāl dan mereka mengetahui bahwasanya Dajjāl adalah perkara yang besar (fitnah yang luar biasa). 

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam: 

 أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنْ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ؟

قَالَ : قُلْنَا : بَلَى , فَقَالَ : ” الشِّرْكُ الْخَفِيُّ , أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ 

” Maukah aku beritahukan kepada kalian fitnah yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjāl.”_Mereka berkata:_”Tentu wahai Rasūlullāh.”_

_Kata Rasūlullāh  shallallāhu ‘alayhi wa sallam:_

_”Syirik yang samar. (Dalam riwayat lain, “Syirik yang tersembunyi”).”_

_Kemudian Rasūlullāh  shallallāhu ‘alayhi wa sallam mencontohkan:_

_”Seseorang berdiri kemudian dia shalāt, dia bagus-baguskan shalātnya karena dia tahu ada orang lain yang sedang melihat dia shalāt.”_

Inilah syirik yang berbahaya yang dinamakan oleh Syaikh Ibnu Taimiyyah dengan Syahwat Khafiyyah (syahwat yang tersembunyi). 

Sebagaimana seorang punya syahwat untuk makanan, untuk minum, bagaimana seorang laki-laki punya syahwat terhadap seorang wanita, ternyata orang-orang shālih pun punya syahwat untuk dihormati, diagung-agungkan dan disanjung. 

Dan syahwat ini merupakan kelezatan, jika syahwat tersebut telah dipenuhi maka dia akan merasakan kelezatan yang luar biasa. 

Seseorang rela mengorbankan nyawanya demi syahwat. 

Bukankah orang yang berjihād karena ingin dipuji, dia rela untuk mati asalkan diakui keberaniannya? 

Yang penting dia diakui kehebatannya, yang penting dia diakui kejantanannya untuk dikenang, sehingga dia rela untuk mengorbankan nyawanya demi syahwat dia. 

Kalau nyawa saja dia rela mengorbankan apalagi yang lainnya. Orang-orang rela berkorban dengan hartanya yang penting dia dihormati oleh masyarakat. 

Seperti seorang ustadz yang mencari pujian, dia rela menghapalkan Al Qur’ān dan hadīts. Perlu waktu yang panjang, perlu sekolah bertahun-tahun hanya ingin dipuji. Kalau nyawa saja rela mereka korbankan apalagi waktu, yang penting syahwatnya terpenuhi. 

Sebagian ulamā seperti At Thayibi menyebutkan, kenapa seseorang riyā’? 

Karena dia merasa letih, tatkala dia beribadah yang melihat hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dia ingin rilex, sehingga dia ingin mendapatkan sebagian tujuan duniawi, sehingga dia disanjung, dihormati, akhirnya dia beribadah karena ingin mendapatkan sanjungan tersebut. 

Karena kalau hanya Allāh yang tahu apa faedahnya ? 

Kalau hanya Allāh yang tahu bagaimana ? 

Tidak ada kenikmatan yang kongkrit dihadapan dia. Maka dia menginginkan kenikmatan yang kongkrit seperti sanjungan, orang-orang menghormatinya, sering mendapat hadiah. Ini kenikmatan syahwat yang dia rasakan. 

Orang-orang seperti ini sangat menderita tatkala timbul saingannya dan saingannya itu mulai disanjung orang-orang karena syahwatnya terusik. 

Wajar jika kemudian timbul hasad atau kebencian di antara sebagian penuntut ilmu, ustadz atau ulamā. Karena sebagian mereka terkena penyakit seperti ini. Waliyadzubillāh.

Seseorang, tatkala merasakan penyakit ini, maka hendaknya dia berlindung kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Ini adalah penyakit yang terakhir keluar dari seorang yang berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Barangsiapa yang bersih dari penyakit seperti ini, maka sungguh dia adalah orang-orang yang diselamatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


BimbinganIslam.com
Kamis, 28 Jumadal Ūla 1439 H /15 Februari 2018 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
Hadits Arba’in Nawawī 
Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 10 dari 12)


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  
Euromoslim Amsterdam  
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP
Amsterdam,  4 mei 2018 / 018 sha’baan 1439  
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: 
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org