السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-18 dalam mengkaji kitāb:

 بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار

(Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu ‘uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhyār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh.

Dan kita sampai pada hadīts ke-17 yaitu hadīts yang diriwayatkan oleh Abī Dzar Al Ghifārī radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, beliau mengatakan:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ 

(رواه الإمام أحمد والترمذي)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: ” Bertaqwalah kepada Allāh di manapun dan kapanpun engkau berada, dan iringilah berbuatan yang jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (Hadīts riwayat Imām Ahmad dan Imām At Tirmidzī)

Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh menjelaskan bahwa hadīts ini termasuk hadīts yang mulia, dimana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan dalam satu konteks, hadīts ini tentang hak Allāh dan hak para hambaNya.

Adapun hak Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka yang beliau sebutkan di sini adalah dengan cara menjalankan ketaqwaan kepada Allāh.

Dan yang dimaksud taqwa adalah menjaga diri agar terhindar dari kemarahan dan Adzāb Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan cara menjauhi hal-hal yang Allāh larang dan menjalankan hal-hal yang Allāh perintahkan dan Allāh wajibkan. Itu adalah hakikat ketaqwaan.

Ketaqwaan ini adalah wasiat yang Allāh wasiatkan kepada seluruh manusia serta diwasiatkan oleh para rasūl kepada umat-umat mereka.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman ketika menjelaskan tentang ucapan para rasūl kepada umat mereka.

أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ

” Sembahlah olehmu Allāh, bertaqwalah kepada-Nya.” (QS Nuh: 3)

Karena ketaqwaan itu adalah wasiat yang senantiasa diberikan kepada para rasūl kepada umat-umat mereka.

Kemudian beliau (rahimahullāh) menjelaskan juga tentang sifat ketaqwaan. Disampaikan bahwasanya sifat orang-orang yang bertaqwa adalah,

√ Dengan cara berimān terhadap pokok-pokok ajaran Islām serta aqidah-aqidah Islāmiyyah,

√ Mengamalkan amalan-amalan ibadah yang dhāhir maupun yang bathin,

√ Bersabar terhadap musibah atau kesusahan yang menimpa dirinya,

√ Memberikan maaf kepada manusia,

√ Bersabar dari gangguan yang didapatkan dari mereka, apabila mereka menyakitinya,

√ Memberikan ihsan kepada orang lain,

√ Bersegera beristighfār dan bertaubat apabila terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan kezhāliman.

Sebagaimana disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla  di dalam surat Al Baqarah ayat 177 dan surat Āli Imrān ayat 134.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan di dalam dua ayat tersebut tentang sifat orang-orang yang bertaqwa.

Kemudian di dalam hadīts tadi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memerintahkan, agar seorang senantiasa menjadikan ketaqwaan itu adalah sifat yang ada pada dirinya, pada setiap waktu dan setiap tempat di manapun dia berada.

Karena manusia butuh kepada ketaqwaan, kapanpun dan bagaimanapun kondisi dirinya.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga menyebutkan di dalam hadīts tersebut, agar mengiringkan perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik.

وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا

Dan iringilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan hasanah, niscaya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk, yang demikian itu dikarenakan manusia ada kalanya bahkan sering lalai di dalam menjalankan ketaqwaan dan kewajiban yang diperintahkan oleh Allāh dan rasūlNya.

Sehingga dia butuh terhadap sesuatu yang bisa menjadi penghapus kesalahan yang dia lakukan karena kelalaian tersebut.

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan solusi, memberikan jalan untuk menghapus kesalahan tersebut yaitu dengan cara mengiringi perbuatan jelek yang dia lakukan dengan perbuatan-perbuatan baik.

Dan beliau (rahimahullāh) menjelaskan bahwanya sebaik-sebaik perbuatan hasanah (perbuatan baik) yang dilakukan yang bisa menghapuskan perbuatan buruk adalah at taubatun nasuha (taubatan nasuha). Karena seorang yang bertaubat dengan taubatan nasuha maka Allāh akan ampuni dosa-dosanya.

Dan yang termasuk perbuatan hasanah yang bisa menghapuskan kejelekan adalah dengan cara memaafkan kesalahan manusia dan berbuat baik kepada mereka dan berusaha untuk menghilangkan kesulitan yang menimpa manusia, yang demikian itu merupakan perbuatan-perbuatan baik yang bisa menghapuskan dosa-dosa yang pernah dia lalukan karena kelalaian dalam menjalankan ketaqwaan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla .

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla  berfirman:

إِنَّ ٱلْحَسَنَـٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ

Sesungguhnya perbuatan baik itu akan menghilangkan perbuatan yang buruk.”

(QS Hūd: 114)

Kemudian beliau juga menyebutkan bahwasanya di antara hal yang juga bisa menghapuskan dosa adalah musibah yang menimpa seorang mukmin.

Karena tidaklah ada suatu musibah apapun yang menimpa seorang mukmin berupa kesedihan hatinya, kegundah-gulanaannya atau gangguan yang menimpa dirinya bahkan duri yang menyakitinya, melainkan akan Allāh ampunkan dengan sebab musibah tersebut kesalahan-kesalahan dirinya.

Dan hal tersebut termasuk juga hal-hal yang bisa menghapuskan dosa sebagaimana yang beliau sebutkan.

Kemudian di dalam hadīts tadi, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga menyebutkan tentang hak sesama manusia.

Rasūlullāh  shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.”

Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh menjelaskan yang dimaksud dengan akhlaq yang baik, ini terkumpul pada beberapa hal, yaitu:

Pergauli manusia dengan cara yang baik, yaitu dengan cara menahan diri untuk tidak menyakiti manusia dengan bentuk apapun.

Dengan cara memaafkan kesalahan yang pernah mereka lakukan kepada dirinya.

Dan juga dengan memperlakukan mereka dengan ucapan dan prilaku yang baik.

Dan juga termasuk mempelakukan manusia dengan cara yang baik yaitu dengan mendudukan manusia sesuai dengan posisi dan derajat mereka, sesuai dengan keadaan mereka.

√ Memperlakukan orang yang dia lebih muda dengan sesuatu yang seharusnya.

√ Memperlakukan orang yang lebih tua dengan sesuatu yang seharusnya.

√ Juga memperlakukan orang yang alim dengan seharusnya.

√ Juga memperlakukan orang yang jāhil dengan seharusnya.

⇒ Maka ini juga termasuk perkara mempergauli manusia dengan cara yang baik.

Barangsiapa yang menjaga hak Allāh dengan cara bertaqwa dan dia menjaga haq manusia dengan cara bermuamalah kepada mereka dengan cara yang baik, maka orang tersebut telah mendapatkan seluruh kebaikan.

Karena dia telah menjaga atau menunaikan semua hak yang harus dia penuhi, baik itu hak Allāh maupun hak para hamba Nya.

Oleh karena itu kita tahu bahwasanya hadīts ini adalah hadīts yang singkat namun maknanya begitu luas dan begitu agung yang menunjukkan segala bentuk kebaikan dengan cara menjaga hak Allāh dan menjaga hak manusia.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada halaqah kita kali ini dan in syā Allāh akan kita lanjutkan lagi pada hadīts berikutnya di halaqah mendatang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

 〰〰〰〰〰〰〰

BimbinganIslam.com

Rabu, 16 Muharram 1440 H / 26 September 2018 M

? Ustadz Riki Kaptamto Lc

? Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhbār

? Halaqah 018 | Hadits 17

〰〰〰〰〰〰〰

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at 

EUROMOSLIM-AMSTERDAM

Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam

Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam

EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam,  21 september 2018 / 11 moharram 1440

Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:

E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org