بسم اللّه الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي أعلى  شأن العلم ورفع أهله درجات، والصلاة والسلام على نبيه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد

Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla .

Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca sebuah kitāb karya Al Imām Abū Bakr Muhammad bin Al Husain Al Ājurriy yang meninggal tahun 360 Hijriyyah.

Kata As Suyūti rahimahullāh, beliau adalah seorang ulamā yang rajin beribadah dan Ibnu Muflih Al Hanbali mengatakan bahwa beliau termasuk pembesar ulama ahli fiqih.

Judul karya tulis beliau ini adalah فرض طلب العلم (kewajiban menuntut ilmu), yang diringkas oleh DR. Umar bin Mushlih Al Husaini, salah seorang pengajar di Universitas Islām Madīnah dan salah seorang penulis buku مكانة السنة النبوية  yang juga dipelajari di Universitas Islām Madīnah.

Kita akan masuk ke dalam pembahasan,

  • Pembahasan Pertama | Menuntut ilmu itu wajib hukumnya

Di antara tanda-tanda seorang dikehendaki dengan suatu kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Allāh tinggikan tingkat kefahaman orang tersebut dalam agama, sebagaimana sebuah hadīts dari shahābat Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā beliau mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَنْ يُرِدِ اَللَّهُ بِهِ خَيْرًا، يُفَقِّهْهُ فِي اَلدِّينِ

Siapa yang dikehendaki Allāh dengan kebaikan pasti ia akan difahamkan dalam agama.”

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 1565)

Seorang muslim pasti sudah tahu, bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan beberapa  bentuk ibadah kepadanya, di antaranya ada yang wajib. Dan dengan amalan-amalan yang wajib itu, seorang bisa mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tentunya amalan-amalan tersebut harus sesuai dengan kehendak dan keinginan Allāh, bukan atas kehendak dan hasrat pribadi.

Sehingga menuntut ilmu agar faham apa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla  inginkan, agar ‘aqidah dan ibadah menjadi sah, agar muamalat dan akad jual beli menjadi halal adalah suatu kewajiban.

Dan jika seorang telah mengerti permasalahan tersebut dan faham apa yang Allāh inginkan, maka itu adalah suatu kebaikan, yang dengannya Allāh selamatkan ia dari kejāhilan dan kebodohan.

Oleh karena itu, harusnya setiap muslim yang memiliki penalaran yang baik, memiliki akal yang sehat tidak menyibukkan diri kecuali untuk memahami ilmu pada seluruh permasahan agama dan akhiratnya.

Kalau tidak, pasti segala urusannya akan menjadi kacau dan alasan kebodohan (kejāhilan) tidak akan Allāh terima darinya dalam peribadahannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sehingga menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim sebagaimana dalam sebuah hadīts.

Rasūlullāh  shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.”

(Hadīts riwayat Ibnu Mājah nomor 224)

Jika ada yang mengatakan: “Ilmu itu sangat luas, bagaikan lautan yang tidak bertepi, bagaimana mungkin diwajibkan untuk menuntut dan mempelajarinya ?”

Kita jawab:

Ilmu itu ada beberapa macam, disana ada ilmu yang harus dipelajari oleh seorang muslim yang telah dewasa lagi berakal, tidak boleh tidak.

Seperti;

√ Mengenal Allāh, sifat-sifat Nya dan kriteria apa saja yang menjadikan tauhīdnya sah.

√ Bagaimana cara meng-Esakan Allāh dalam setiap peribadahan.

√ Begitu juga ilmu tentang seluk beluk musuh terbesar manusia yaitu iblīs.

Dan jiwa yang selalu memerintahkan kepada kejelekan, bagaimana bersuci, bagaimana shalāt, apa saja rukun Islām. Hal-hal tersebut harus di ilmui oleh seorang muslim.

√ Jika bulan Ramadhān telah datang, ia harus belajar hukum-hukum puasa.

√ Jika ia telah mampu berhaji, ia harus belajar hukum-hukum haji.

√ Jika ia hendak berjihād, ia harus belajar hukum-hukum jihād. Dan seorang muslim dilarang berjihād tanpa ilmu.

Begitu juga jika ia ingin berbisnis, ia harus mempelajari hukum halal dan haram,  muamalah jual beli dan bisnisnya, dan begitu seterusnya.

Kesimpulannya, seorang tidak boleh masuk dalam perkara yang wajib (seperti) shalāt atau puasa atau suatu perkara yang boleh (mubah) seperti jual beli hingga ia mempelajari ilmunya. Dan itu berlaku untuk urusan dunia dan akhirat.

Sehingga seorang muslim harusnya selalu memikul gelar (menyandang gelar)  “Pencari ilmu/penuntut ilmu” hingga sifat bodoh jauh darinya.

Dengan tujuan akhir, ia tahu apa yang Allāh wajibkan atas dirinya dalam ibadah, muamalah, dalam kehidupan berkeluarga dan yang lainnya.

Dan hal tersebut dengan mendatangi para ulamā harus dengan keletihan dan  pengorbanan harta benda, bahkan jika perlu ia harus merantau keluar daerah atau keluar negeri untuk menuntut ilmu kepada ahlinya.

Wallāhu A’lam (bersambung in syā Allāh)

? Al Faqīr Ilallāh Ratno

〰〰〰〰〰〰〰

?BimbinganIslam.com

Senin, 13 Shafar 1440 H / 22 Oktober 2018 M

? Ustadz Ratno, Lc

? Kitab Kewajiban Menuntut Ilmu

? Halaqah 01| Menuntut Ilmu Itu Wajib Hukumnya (bag. 01 dari 02)

〰〰〰〰〰〰〰

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at 

EUROMOSLIM-AMSTERDAM

Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam

Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam

EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 16 november 2018 / 08 rabi’ al-awwal 1440

Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:

E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org