السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-22 dalam mengkaji kitāb:

بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار

(Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu ‘uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhyār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh.

Kita sudah sampai pada hadīts yang ke-21. Hadīts yang diriwayatkan oleh Āisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ . قَالَ الراوي وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ

“Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memotong kumis, membiarkan jenggot (tanpa dicukur), bersiwak, istinsyāq (menghirup air ke dalam hidung ketika berwudhū’), memotong kuku, membasuh persendian (lipatan pada badan), mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, Istinjā’ (bersuci) dengan air.”

Perawi hadīts ini mengatakan, “Aku lupa yang kesepuluh, aku merasa yang kesepuluh adalah berkumur.”
(Hadīts riwayat Muslim nomor 261)

Hadīts ini berbicara tentang sepuluh amalan yang dinyatakan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam termasuk dari fithrah. Yang dimaksud dengan fithrah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh adalah:

الخلقة التي خلق االله عباده عليها، وجعلهم مفطورين عليها

“Kondisi penciptaan dimana Allāh menciptakan para hamba-Nya dalam kondisi tersebut (kondisi awal mereka diciptakan) dan Allāh jadikan mereka berada dalam kondisi tersebut.”

Kemudian beliau menjelaskan bahwasanya syari’at-syari’at yang Allāh perintahkan kepada manusia secara umum semuanya adalah perkara-perkara yang sesuai dengan fithrah manusia

Dan fithrah tersebut terbagi dalam dua bentuk:

⑴ Amalan atau syari’at yang membersihkan hati dan ruh, (seperti) perintah untuk beriman kepada Allāh.

Ini merupakan syari’at yang sesuai dengan fithrah manusia.

Dimana Allāh menjadikan manusia ketika pertama kali ruh ditiupkan maka ia masih berada dalam keimanan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebelum dia tercemari oleh perbuatan-perbuatan maksiat atau kesyirikan, kekufuran yang dijerumuskan atau dibisikan oleh syaithān.

Ini contoh bentuk syari’at yang sesuai dengan fithrah yang sifat atau fungsinya membersihkan hati dan ruh manusia supaya mereka bersih dari akhlaq-akhlaq yang tercela dan menjadi pribadi yang memiliki akhlaq yang mulia sebagaimana mereka pertama kali Allāh Subhānahu wa Ta’āla ciptakan.

⑵ Amalan yang fungsinya membersihkan zhāhir manusia dan menghilangkan kotoran-kotoran dari tubuhnya.

Dan bentuk dua inilah yang dimaksudkan dalam hadīts yang sedang kita bahas pada halaqah kali ini.

Diantaranya adalah sepuluh amalan yang disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tersebut yang tujuannya adalah membersihkan anggota tubuh manusia dan menyempurnakan keadaannya supaya dia berada dalam kesehatan dan dia kembali kepada kondisi dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakannya.

Di antara amalan yang disebutkan tersebut adalah:

⑴ Berkumur-kumur dan melakukan istinsyāq (menghirup air kehidung) yang ini diperintahkan disyari’atkan ketika seseorang sedang melakukan thahārah. Fungsinya untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada di hidungnya maupun di mulutnya.

Begitu juga dengan bersiwāk (mengosok giginya dengan kayu siwāk atau dengan alat lain yang fungsinya adalah membersihkan mulutnya).

Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

“Siwāk merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhāan bagi Rabb.”
(Hadīts shahīh riwayat Ahmad, Irwaul Ghalil no 66)

⑵ Mencukur kumis atau memendekkan kumis agar ketika dia makan atau minum sisa makanan atau minuman tersebut tidak menempel di kumis sehingga diperintahkan untuk dipendekkan (dirapihkan).

⑶ Memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan membersihkan lipatan-lipatan yang ada pada tubuhnya yang itu merupakan tempat kotoran-kotoran.

⑷ Beristinjā’ (bersuci) setelah dia buang air besar atau air kecil.

Bahkan Istinjā’ ini dijadikan syarat di antara syarat-syarat sahnya shalāt agar najis tidak menempel pada badannya.

Maka perkara-perkara yang disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam hadīts tersebut, kalau kita amati semua ini akan menjadikan manusia kembali kepada fithrah mereka.

Oleh karena itu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutnya sebagai amalan fithrah.

Dari sini kita mengetahui bahwasanya syari’at ini memerintahkan agar manusia kembali kepada fithrah baik fithrah secara bathin, dimana diperintahkan perkara-perkara yang membersihkan jiwa manusia dari akhlaq-akhlaq tercela dan mengembalikan kepada akhlaq-akhlaq mulia dan indah yang merupakan fithrah mereka.

Atau amalan-amalan yang mulia dan indah yang merupakan fithrah mereka atau amalan-amalan yang memerintahkan kepada fithrah secara zhāhir yaitu dengan membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang ada pada dirinya.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan dalam hadīts lain:

اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْـمَـانِ

“Bersuci merupakan setengah dari keimanan.”

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ

” Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS Al Baqarah: 222)

Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh mengatakan:

فالشريعة كلها طهارة وزكاء وتنمية وتكميل

Maka syari’at ini secara keseluruhan adalah memerintahkan kepada kebersihan dan kesempurnaan serta menganjurkan kepada perkara-perkara yang mulia dan mengharamkan dari hal-hal yang sifatnya rendah.

Wallāhu Ta’āla A’lam

Demikian yang bisa kita kaji pada halaqah kali ini in syā Allāh kita lanjutkan pada hadīts berikut di halaqah mendatang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت نستغفرك وأتوب إليك

SUMBER:
BimbinganIslam.com
Senin, 11 Rabiul Awwal 1440 H / 19 November 2018 M
Oleh: Ustadz Riki Kaptamto Lc
Dari: Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhbār
Halaqah 022 | Hadits 21
〰〰〰〰〰〰〰
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 14 Desember 2018 / 06 Rabi’ uts Tsani 1440
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: