In syā Allāh pada kesempatan kali ini kita akan bersama-sama berusaha untuk mengambil faedah-faedah dari surat Al Kahfi.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا
“ Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata, “Allāh mempunyai seorang anak.” (QS Al Kahfi: 4)

Yang mengatakan Allāh memiliki anak ada 3 (tiga) golongan sebagaimana yang disampaikan oleh Al Qurthubi dan As Shinqithi rahimahullāh.

3 golongan tersebut adalah:
⑴ Orang-orang Yahūdi_
Orang Yahūdi mengatakan:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّه
“ Orang-orang Yahūdi berkata: ”Uzāir itu putera Allāh.” QS At Taubah: 30)

Orang-orang Yahūdi mengatakan ‘Uzāir adalah anak Allāh karena ‘Uzāir telah menyalin kembali Taurāt setelah Taurāt tersebut hilang.
Kemudian mereka mensucikan ‘Uzāir sehingga mereka mengatakan bahwa ‘Uzāir adalah putra Allāh.

⑵ Orang-orang Nashārā
Orang-orang Nashārā mengatakan:
وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ
“ Dan orang-orang Nashrāni berkata, “Al Masīh itu putra Allāh.” (QS At Taubah: 30)

⑶ Orang-orang musyirikin Arab

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ ٱلْبَنَـٰتِ سُبْحَـٰنَهُۥ ۙ وَلَهُم مَّا يَشْتَهُونَ
” Dan mereka menetapkan bagi Allāh anak-anak perempuan. Maha Suci Allāh, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).”
(QS An Nahl: 57)

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ* يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
” Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padam) muka mereka, dan dia sangat marah.
Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya ke dalam tanah hidup-hidup?
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan.” (QS An Nahl: 58-59)

Allāh mengatakan, orang-orang musyrikin ini memberikan pembagian yang tidak adil, mereka tidak suka memiliki anak perempuan. Apabila ada anak perempuan lahir dikalangan mereka wajah mereka menjadi hitam karena malu. Aib bagi mereka memiliki anak perempuan dan mereka mengatakan Allāh memiliki anak perempuan. Mereka mengatakan malāikat adalah putri-putri Allāh.

Sehingga Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
تِلْكَ إِذًۭا قِسْمَةٌۭ ضِيزَىٰٓ
” Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.” (QS An Najm: 22)

Jadi orang-orang yang mengatakan, Allāh Subhānahu wa Ta’āla punya anak, maka mereka diperingatkan oleh Al Qurān dengan adzab yang pedih.
Ini dalīl bahwasanya sesembahan yang disembah di zaman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam banyak.
Ada yang menyembah batu, matahari, api, Nabi ‘Īsā dan malāikat.

Di antara yang menyembah malāikat adalah kaum musyrikin Arab.
⇒ Orang yang berdo’a kepada malāikat maka dia adalah musyrik dengan kesepakatan para ulamā.
Apabila ada seseorang berdo’a kepada malāikat dan mengatakan:
” Wahai malāikat pengatur hujan, turunkanlah hujan.”

Maka orang ini musyrik, padahal dia minta hujan kepada malāikat yang dipercayakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk mengatur hujan. Malāikat itu benar-benar mengatur hujan atas permintaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Namanya tauhīd harus minta kepada pengaturnya, kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Bukan kepada malāikat, walaupun malāikat itu benar-benar mengatur hujan.

Apalagi meminta kepada penghuni kubur yang tidak bisa apa-apa.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
” Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengetahui sesuatu kecuali dusta.” (QS Al Kahfi: 5)

Ini menunjukkan bahwasanya kesyirikan merupakan murni kedustaan, tidak ada kebenarannya dari sisi manapun.
Bagaimana kita menyatakan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla mempunyai anak ?
Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Esa.
Bagaimana seorang menyembah kepada makhluk, menyamakan Allāh pencipta alam semesta ini dengan makhluk yang diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla?

Maka sungguh buruk pernyataan orang-orang liberal yang mengatakan bahwa:
” Semua agama masuk surga.”

Ini tidak benar! Ini kekufuran/kedustaan yang nyata.
Bagaimana mereka menyamakan antara agama tauhīd dengan kesyirikan?

Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
” Maka, apakah barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak berimān kepada keterangan ini (Al Qurān).”
(QS Al Kahfi: 6)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersedih, wajar bila beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bersedih karena beliau ingin manusia mendapatkan hidayah.

Tatkala beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) berdakwah kepada orang-orang musyrikin dan orang-orang musyrikin berpaling (menjauhi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam) maka beliau bersedih dan Allāh menegur, “Jangan engku terlalu bersedih.”

Kenapa?
Karena apabila orang terlalu bersedih maka akan banyak kemaslahatan yang akan terhalangi.
Apabila orang berdakwah kemudian dicela, kemudian dia memikirkan celaan tersebut, akhirnya dia tidak mengisi pengajian atau tidak perhatian sama istri dan anak-anaknya karena terlalu sedih sebab hal tersebut.

Sedih wajar, tetapi jangan berlebihan.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ditegur oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
ولَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ
“ Jangan terlalu bersedih atas mereka.” (QS Al Hijr: 88)

Demikianlah namanya dakwah, ada yang mendapat hidayah dan ada disesatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menegur Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tatkala orang-orang musyrikin pergi meninggalkan Nabi ketika dibacakan AlQurān.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla jelaskan:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“ Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya?”

وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
“ Dan sungguh kami akan menjadikan apa yang ada di atas muka bumi tersebut menjadi tanah rata lagi tandus.”

Jadi ada dua tafsiran di kalangan para ulama tentang, “Kami akan menjadikan apa yang ada di atas muka bumi tersebut menjadi tanah rata lagi tandus.”

Tafsiran pertama:
_Bahwasanya ini perumpamaan tentang dunia, bahwasanya dunia itu indah, namun akan sirna._

Dalam ayat yang lain:
” Sebagimana tumbuhan yang tumbuh di atas muka bumi tersebut dalam keadaan hijau, kemudian akhirnya mengering, kemudian hilang, kemudian menjadi tanah yang tandus, demikianlah dunia ini akan hilang.”

Tafsiran kedua:
_Bahwasanya Kami akan menjadikan bumi ini sebagai padang mahsyar, akan Kami jadikan datar dan tandus dan itu adalah kondisi padang mahsyar pada hari kiamat._

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ
“ (Yaitu) Hari di mana bumi diganti dengan bumi yang lain.” (QS Ibrāhīm: 48)

وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ
“ Dan apabila bumi diratakan.” (QS Al Insyqāq: 3)

Kapan terjadinya?
Yaitu pada hari kiamat.

Allāh hancurkan gunung-gunung yang ada di atas muka bumi tersebut:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا * فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا * لَّا تَرَىٰ فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا
“ Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya.” Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS Thāhā: 105-107)

Demikianlah kajian kita pada kesempatan kali ini.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Bersambung ke bagian 04, in syā Allāh
*****************************
BimbinganIslam.com
Rabu, 24 Dzulqa’dah 1438 H / 16 Agustus 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Tafsir | Faedah Surat AlKahfi (Bagian 03 dari 09)