Sesunguhnya kalimat tauhid “laa ilaaha illallaah” adalah kalimat yang paling agung, paling mulia kedudukannya dan paling tinggi derajadnya. Karena kalimat tauhid inilah langit dan bumi ditegakkan, para makhluk diciptakan, kitab-kitab Allah ﷻ diturunkan, para Rasul diutus,  dan karenanya pula surga diciptakan. Barangsiapa yang termasuk ahlu kalimat “laa ilaaha illallaah” maka dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang berpaling darinya maka dia termasuk penghuni neraka.

Kalimat tauhid yang agung ini mempunyai keutamaan yang besar dan keistimewaan yang banyak yang sulit dihitung, sangat sulit untuk menyebutkan seluruhnya.

Di antara keutamaan kalimat ini:

  1. Allah ﷻ mensifatinya dengan sifat-sifat yang agung, ini menunjukkan kedudukannya yang agung dan tinggi. Allah ﷻ mensifatinya dengan kalimat thayyibah (kalimat yang baik), Allah ﷻ berfirman:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim: 24)

Allah ﷻ juga mensifatinya dengan al-qaulu ats-tsaabit (ucapan yang teguh):

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (Ibrahim: 27)

Allah ﷻ mensifatinya dengan kalimat taqwa dalam surat al-Fath ayat 26:

وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Allah ﷻ mensifatinya dengan da’watul haq pada surat ar-Ra’du ayat 14:

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ ۖ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ ۚ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ

“Hanya kepada Allah-lah doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.”

Allah ﷻ mensifatinya dengan al-‘Urwah al-Wutsqa (tali yang sangat kuat):

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baq arah: 256)

Dan seterusnya dari sifat-sifat agung yang lainnya yang dimiliki kalimat tauhid ini.

  1. Kalimat tauhid ini adalah kalimat yang pertama kali diserukan para Nabi, kalimat pertama yang mengetuk telinga setiap umat, karena semua Nabi mengawali dakwah mereka dengan kalimat yang agung ini. Kalimat tauhid adalah inti dari dakwah dan kesimpulan dari risalahnya para Nabi.
  2. Kalimat ini adalah nikmat Allah ﷻ yang paling mulia dan paling utama, oleh karenanya dalam surat an-Nahl yang dikenal dengan surat kenikmatan, Allah ﷻ mengawalinya dengan kalimat tauhid ini:

أَتَىٰ أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ

“Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.” (an-Nahl: 1-2)

  1. Kalimat inilah yang dijadikan oleh Nabi Ibrahim sebagai kalimatan baaqiyatan (kalimat yang kekal) pada keturunannya.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ. وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (az-Zukhruf: 26-27)

  1. Kalimat tauhid “laa ilaaha illallaah” adalah dzikir yang paling utama, sebagaimana yang Nabi ﷺ sabdakan dalam riwayat at-Tirmidzi:

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

“Dzikir yang paling utama adalah “laa ilaaha illallaah” (at-Tirmidzi: 3383)

  1. Nabi ﷺ juga mengabarkan bahwasanya kalimat ini adalah sebaik-baik kalimat yang diserukan oleh para Nabi, sebagaima riwayat at-Tirmidzi:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

“Sebaik-baik do’a adalah do’a hari ‘arafah, dan sebaik-baik apa yang aku  ucapkan dan juga nabi-nabi sebelumku adalah ‘laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir’.” (at-Tirmidzi: 3585)

  1. Apabila kalimat ini diletakkan di salah satu daun timbangan, kemudian tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan pada daun timbangan yang lainnya, niscaya kalimat “laa ilaaha illallaah” ini lebih berat timbangannya.

Kewajiban kita adalah mengetahui keutamaan kalimat ini, serta kemuliaan dan kedudukannya. Sampai-sampai Sufyan bin ‘Uyainah berkata:

ما أَنعمَ اللهُ على عبْدٍ من عبادِه نِعمةً أعظمَ من أنْ عرَّفَه بلا إله إلا اللهُ

“Tidaklah Allah memberi nikmat atas seorang hamba dari hamba-hamba-Nya sebuah nikmat yang lebih agung dari nikmat pengetahuan tentang ‘laa ilaaha illallaah’.”

Hanya saja perlu kita tahu bahwasanya kalimat ini tidak bermanfaaf bagi orang yang mengucapkannya jika tidak merealisasikan syarat-syaratnya yang terkandung dalam al-Qur-an dan hadits.

Pernah dikatakan kepada Wahb : “Bukankah ‘laa ilaaha illallaah’ kuncinya surga?” beliau menjawab:

بلى ؛ ولكنْ ما مِن مفتاحٍ إلا وله أسنان، فإذا جئتَ بمفتاحٍ له أسنان فُتِحَ لك ، وإلا لم يُفتَح

 “Ya, tapi tidak ada kunci yang tidak bergigi, jika engkau datang dengan kunci yang bergigi maka akan dibukakan untukmu, namun jika tidak maka tidak akan dibukakan.” Ini menunjukkan pentingnya syarat-syarat laa ilaaha illallaah, yang mana jumlah syarat tersebut ada tujuh:

  1. Ilmu: mengilmui makna kalimat ini, dan lawan dari ilmu adalah jahl (tidak mengetahui)

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah.” (Muhammad: 19)

  1. Yakin: meyakini kalimat ini, dan lawannya adalah ragu-ragu.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu” (al-Hujurat: 15)

  1. Ikhlas

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama” (al-Bayyinah: 5)

  1. Jujur, yaitu ucapan lisannya sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya, oleh karena itu Allah ﷻ mencela orang-orang munafik:

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (al-Munafiqun: 1)

  1. Cinta: yaitu mencitai Allah ﷻ, mencintai kalimat ini dan mencintai apa yang dicintai oleh Allah ﷻ, serta mengedepankan cinta kepada-Nya dari cinta kepada apapun.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (al-Baqarah: 165)

  1. Menerima kalimat ini, tidak seperti keadaan orang yang disebutkan oleh Allah ﷻ:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallaah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,” (ash-Shaffat: 35)

  1. Tunduk kepada perintah Allah ﷻ dan berserah diri kepada syari’at Allah ﷻ

Dengan merealisasikan tujuh syarat inilah seseorang akan menjadi ahlu “laa ilaaha illallaah” yang sebenarnya dan sejujurnya.

Ahlul ilmi mengatakan: “Laa ilaaha illallaah harus terdapat padanya tiga perkara; ilmu, amal dan kejujuran. Dengan illmu dia selamat dari jalannya orang nashrani yang beramal tapi tidak berilmu. Dengan amal dia selamat dari jalannya orang yahudi yang mana mereka berilmu tapi tidak beramal. Dengan kejujuran dia selamat dari jalannya orang-orang munafik yang menampakkan apa yang tidak mereka yakini.”

Wallahu ta’ala a’lam

Referensi: http://al-badr.net/detail/dKxrzvPkDj  (Website resmi Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq Bin Abdul Muhsin al-Badr)

EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP
Amsterdam,  13 April 2018 /  27 Rajab 1439  

Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: 
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org