EM 814 – Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 02)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Kita lanjutkan pengajian dari tafsir Juz’Amma surat “Qul yā ayyuhāl kāfirūn” atau dikenal dengan surat Al Kāfirūn.
Allāh mengatakan “Qul yā ayyuhāl kāfirūn” pernyataan yang sangat tegas.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

” Katakanlah, wahai Muhammad! Wahai orang-orang kāfir”.

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

” Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

” Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

” Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah”

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

” Dan kalian tidak pernah pula menyembah Tuhan yang aku sembah”

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

” Untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku”
(Qs. Al Kāfirūn 1-6)

Para ahli tafsir menyebutkan sebab turun surat ini adalah,
⇛Orang-orang musyrikin senantiasa merayu Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk menghentikan dakwahnya karena Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah berhenti dari berdakwah beliau terus berdakwah agar mereka (orang-orang musyrikin) untuk meninggalkan kesyirikan mereka, oleh karenanya mereka menempuh berbagai macam cara agar Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhenti dari dakwah tauhīd.

Diantaranya mereka menawarkan kepada Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
Harta
Tahta
Jabatan

Dan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak tertarik dengan harta kemudian ditawarkan kepada Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam wanita, tapi Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mungkin memilih wanita lantas meninggalkan dakwah tauhīd terus mereka mengulangi penawaran tersebut dan Nabi terus menolak akan penawaran mereka.

Akhirnya mereka memberikan penawaran yang lain, yaitu mereka mengajak Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam agar Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyembah Tuhan mereka selama setahun dan mereka juga menyembah Tuhannya Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam selama satu tahun, akhirnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan kepada Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk menolak penawaran tersebut.

Jadi mereka ingin agar Nabi berhenti dari dakwah, diantaranya mereka rela bertauhīd (seakan-akan orang musyrik mengatakan, thayyib yaa Muhammad kita akan patuh kepadamu, kami akan bertauhīd selama setahun, kami tidak akan menyembah Latta dan Uzzā, Hubbal, Mannāt kami akan menyembah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla selama satu tahun, tapi dengan syarat tahun berikutnya engkau juga menyembah sesembahan-sesembahan kami).

Lihat! Bagaimana orang-orang musyrikin berusaha agar Nabi berhenti dari dakwah tauhīdnya, mereka rela untuk bertauhīd selama setahun karena Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam kalau sempat menyembah tuhan-tuhan mereka (jangankan setahun meskipun sekejap maka Nabi telah terjerumus dalam kesyirikan).

⇛Kesyirikan tidak menerima tawar menawar.

” Barang siapa berbuat kesyirikan meskipun sekejap maka rusaklah tauhīdnya”.

Jangankan setahun, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam beribadah kepada Lāta, Uzzā dan Manāt dan berhala-berhala yang ada disana meskipun hanya sehari, meskipun hanya satu jam maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah merusak dakwah tauhīd yang selama ini Rasūlullāh dakwahkan.

Oleh karenanya mustahil Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan memenuhi permintaan mereka dan memenuhi penawaran mereka.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan kepada Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk tegas dalam hal ini.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Katalah wahai Muhammad, ” Wahai orang-orang kāfir” tidak ada basa basi dalam hal ini.

Nabi tidak mengatakan wahai saudara-saudaraku dari kabilah Arab atau wahai kaum Quraishy, Tidak ! Karena mereka mengajak melakukan kesyirikan maka bantahannya pun dengan tegas.

Berbeda dalam kondisi-kondisi yang lain, terkadang Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam menggunakan kata-kata yang lembut, terkadang Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengambil hati mereka, namun dalam hal ini karena mereka mengajak Nabi untuk berbuat kesyirikan maka Nabi membantah mereka dengan perkataan yang tegas,

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

” Katakanlah, wahai orang-orang kāfir” jelas, orang-orang yang beribadah kepada selain Allāh adalah orang-orang kāfir.

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

” Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah”

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

” Dan kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengulangi lagi,

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

” Dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kalian sembah”

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

” Dan kalian tidak akan pula menyembah Tuhan yang aku sembah”

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

” Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”

Disini ada khilaf diantara para ulamā sebagaimana dijelaskan oleh Imām Al Qurtubi rahimahullāh, kenapa diulang sampai dua kali ?

Sebagian mengatakan bahwasanya pernyataan Nabi,

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

” Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah”

⇛Artinya aku tidak pernah menyembah sesembahan kalian, berkaitan dengan perkara yang telah lampau.
Kemudian pernyataan Nabi yang berikutnya,

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

⇛Berkaitan dengan masa depan, artinya Nabi mengatakan aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah, wahai orang-orang kāfir dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kalian sembah (berkaitan dengan yang lalu dan masa depan)

Dan ini ketegasan dari Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan ada juga pendapat yang menyatakan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengulangi dua kali, karena tawaran tersebut datang berulang-ulang.
Pendapat lain juga yang disebutkan Al Qurtubi rahimahullāh, mā disini adalah mā masdariyyah kalau mā tafsiran tadi adalah mā al maushulah

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Artinya aku tidak akan menyembah sebagaimana cara beribadah kalian, karena kalian beribadah dengan cara kesyirikan meskipun kalian menyembah Allāh tetapi cara ibadah kalian salah.

Kalian menyembah Allāh dan juga selain Allāh,
Kalian menyekutukan Allāh (orang-orang musyrikin Arab mereka menyembah Allāh akan tetapi mereka juga menyembah selain Allāh )

⇛ Orang-orang musyirikin Arab mereka berhaji, melaksanakan umrah, shalāt, i’tikaf di masjidil Harām thawāf di Ka’bah akan tetapi selain menyembah Allāh mereka juga menyembah selain Allāh sehingga mereka dikatakan musyrikin karena mereka menyekutukan Allāh.

Maka Nabi mengatakan,
” Wahai orang-orang kāfir aku tidak akan pernah menyembah sebagaimana cara ibadah kalian dan kalian juga tidak akan pernah menyembah sebagaimana cara ibadahku yaitu tauhīd, karena kalian senantiasa terjerumus dalam kesyirikan”.

Para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ayat ini sangat tegas bagaimana Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengiklankan (mengumumkan) dengan penuh ketegasan dengan menyebut mereka orang-orang kāfir

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Allāh mengatakan, katakanlah wahai Muhammad, “Wahai orang-orang kāfir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”.

Diakhir ayat Allāh mengatakan,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

” Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”

Ini dalīl bahwasanya :
Tidak mungkin agama tauhīd pernah bergabung dengan agama kesyirikan.
Dan tidak mungkin disamakan antara agama tauhīd dengan agama kesyirikan.

Ini merupakan bantahan yang sangat tegas kepada orang-orang liberal atau penganut pluralisme yang menyatakan bahwasanya semua agama sama.

Kita katakan :
Agama tidak ada yang sama
Agama yang diridhāi Allāh hanyalah Islām

Allāh berfirman :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام

” Sesungguhnya agama yang Allāh ridhāi hanya Islām”
(Qs. Al Imrān : 19)

Allāh berfirman :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

” Barang siapa mencari agama selain Islām, tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat kelak”
(Qs. Al Imrān : 85)

Kenapa bisa demikian?
Karena satu-satunya agama yang menyuruh kepada tauhīd yang menyuruh kepada penyembahan kepada pencipta alam semesta ini hanyalah Islām.

Selain Islām semuanya agama kesyirikan (Nasrani, Hindu, Budha, Yahudi) semuanya agama kesyirikan yang menyuruh menyembah terhadap makhluk oleh karenanya orang yang hendak menyamakan antara Islām dengan Nasrani dan Yahudi maka orang tersebut telah sesat dengan kesesatan yang nyata.

Dia jelas telah memaksakan untuk menyamakan penyembahan terhadap penciptaan alam semesta, seperti :

Penyembahan terhadap manusia seperti Nabi Īsā
Penyembahan dewa-dewa dan hewan seperti agama Hindu
Penyembahan terhadap manusia seperti agama Budha

⇛Ini merupakan penyamaan antara tauhīd dan kesyirikan.

Maka sungguh lucu kalau kita mendengar sebagian orang yang menyatakan bahwasanya di Surga kelak bukan hanya ada Surga bagi kaum Muslimin, tapi Surga luas (ada Surga kaum Muslimin, Surga kaum Nasrani, dan Surga orang Yahudi).

⇛Ini merupakan perkara yang tidak benar yang menunjukan yang melazimkan bahwasanya kesyirikan di ridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Bagaimana seorang yang musyrik masuk Surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla ?
Kalau semua agama benar,

↝Untuk apa diutus Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam?
↝Untuk apa Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam memerangi orang-orang Yahudi dan Nasrani?
↝Untuk apa Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengirim para da’i, untuk mendakwahi kaum Yahudi dan Nasrani?

Oleh karenanya jelas Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan

لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

” Tidak seorangpun dari umat ini Yahudi atau Nasrani yang mendengar tentang aku (Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam) kemudian tidak beriman dengan apa yang aku bawa kecuali dia termasuk penghuni Neraka Jahannam”
(HR muslim nomor 218, versi Syarh Muslim nomor 153)

Demikian, wabillāhi Taufiq.
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ