Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 03)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان 

Kita melanjutkan dengan tafsir surat An nashr

” إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ”

 

  • Surat ini adalah surat Madaniyyah artinya diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah ke kota Madīnah.
  • Surat ini menjelaskan tentang kemenangan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam Fathu Mekkah kemudian Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam shalāt 8 (delapan) raka’at di waktu dhuha sebagai bentuk syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman di awal surat ini :

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

” Jika telah datang pertolongan Allāh dan kemenangan”

Al Fath disini sebagaimana penjelasan Ibnu Katsīr rahimahullāh, seluruh ulamā (‘Ijmā’) yang dimaksud dengan Fath disini adalah Fathu Mekkah.

Fathu Mekkah yaitu saat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menaklukan fathu Mekkah, setelah 8 tahun beliau terusir dari kota Mekkah, kita tahu Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdakwah di kota Mekkah selama 13 tahun, siang dan malam beliau berdakwah akan tetapi orang-orang musyrikin Arab tidak menerima dakwah Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Akhirnya Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam diusir, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam harus berhijrah,

  • Meninggalkan Mekkah kota yang sangat dicintainya,
  • Meninggalkan tanah kampung halamannya,
  • Meninggalkan banyak nostalgia yang ada di kota Mekkah (rumah istrinya Khadījah, anak-anak nya dilahirkan di Mekkah)

Dan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mencintai kota Mekkah beliau rindu untuk selalu bisa beribadah di masjidil Harām dihadapan Ka’bah Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan tetapi karena kedzaliman kesombongan dan keangkuhan orang-orang musyrikin mereka ingin membunuh Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bahkan mereka membuat sayembara,

” Barang siapa yang bisa membunuh Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Abū Bakar akan mendapatkan ganjaran sekian dan sekian ratusan ekor unta”.

Akhirnya Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersama Abū Bakar keluar (berhijrah) meninggalkan kota Mekkah yang dicintainya.

Dan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam setelah terusir lama dari kota Mekkah akhirnya 8 tahun kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kembali menaklukan kota Mekkah masuk dengan rahmat dan karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Yang dikenal dengan Fathu Mekkah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan dalam ayat ini :

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

” Jika telah datang pertolongan Allāh dan kemenangan”

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

” Dan engkau melihat orang-orang masuk dalam agama Allāh, berkelompok-kelompok (berbondong-bondong)”

Jadi disebutkan oleh para ahli tafsir banyak kabilah-kabilah Arab yang menanti kemenangan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengalahkan orang-orang kāfir Quraishy.

Mereka mengatakan, “Kalau Muhammad berhasil mengalahkan kaumnya orang-orang Kāfir Quraishy maka dia seorang Nabi (ini bukti dia seorang Nabi)”.

Dan ternyata benar akhirnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menaklukan kota Mekkah, akhirnya tatkala itu banyak kabilah-kabilah Arab masuk Islām dan membenarkan Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai Nabi.

Setelah itu kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

” Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada Nya, Sesungguhnya dia adalah Maha penerima taubat”

Dan ini menakjubkan para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah menjelaskan tentang nikmat dan karunia kemenangan yang Allāh berikan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka :

  • Allāh menyuruh Nabi untuk bertasbih dengan memuji Allāh, dan
  • Allāh menyuruh Nabi untuk beristighfār kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ

Fasabbih artinya :

  • Sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dari segala bentuk kekurangan
  • Sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dari segala bentuk kesyirikan

Bihamdi artinya :

Disertai dengan pengagungan dan pujian.

Alhamdu dalam bahasa Arab artinya memuji, menyanjung disertai dengan pengagungan dan kecintaan.

Beda dengan Almadzhu

⇛Almadzhu artinya pujian dan sanjungan, tetapi kalau Almadzhu pujian (madzah) itu tidak mesti disertai dengan pengangungan dan kecintaan.

Contohnya :

→ Saya memuji bangunan, saya mengatakan bangunan ini indah, tidak berarti saya mencintai atau mengagungkan bangunan tersebut.

→ Saya mengatakan (misalnya) tembok ini, tembok yang bagus, bukan berarti saya mencintai tembok tersebut, bukan berarti saya mengagungkan tembok tersebut.

Tetapi kalau Alhamdu, Alhamdulillāh saya memuji Allāh, maka disertai dengan pengagungan dan kecintaan.

Dalam bahasa Arab dikenal dengan ” Alhamdu”

Allāh mengatakan :

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ

” Dan sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta’āla disertai dengan sanjungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

Jadi selain mensucikan Allāh dari segala bentuk kesyirikan, mensucikan Allāh dari segala bentuk kekurangan, sertakanlah dalam pensucian tersebut pujian-pujian terhadap Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَاسْتَغْفِرْهُ

” Dan mintalah ampunan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

Setelah turun surat ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sering membaca dalam ruku dan sujudnya:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ

Karena Allāh mengatakan :

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertasbih dan beristighfār dalam ruku dan sujudnya mengamalkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla (surat ini).

Kemudian Allāh mengatakan :

إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

” Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha penerima taubat”

Demikian, wabillāhi taufiq

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

___________________________

BimbinganIslam.com

Jum’at, 20 Muharram 1438 H / 21 Oktober 2016 M

Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA

Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 03)

Surat An Nashr | Tafsir Surat An Nashr bagian 01