Tafsir Surat Al Lahab bagian 01

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Kita lanjutkan dari tafsir Juz’amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Surat ini, dengan kesepakatan para ulamā, merupakan surat Makkiyyah.

Maksudnya surat yang turun diawal tatkala dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di Mekkah yang ditentang oleh pamannya Abū Lahab dan juga istri pamannya Ummu Jamil.

Satu keluarga yang jahat yang menentang dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah seorang yang dikenal al amin (orang yang jujur), shādiqul amin (orang yang jujur dan terpercaya) dan ini dikenal oleh orang-orang musyrikin.

Seperti pernah saya sampaikan, diantara pengakuan mereka terhadap keamanahan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam karena mereka tahu Muhammad adalah seorang yang amanah.

Kalau mereka punya harta yang berharga mereka simpan (titipkan) kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk di jaga oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bahkan proses penyimpanan barang berharga ini berlanjut meskipun Nabi sudah menyatakan kalau beliau adalah seorang Nabi.

Ini perkara yang sangat menakjubkan dari akhlaq Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Orang-orang musyrikin, sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi mereka menitipkan barang-barang berharga. Kemudian tatkala Nabi berumur 40 tahun Nabi menyatakan sebagai seorang Nabi maka mereka (seluruhnya) memusuhi Nabi.

Mereka mengatakan bahwa:

  • Nabi pendusta.
  • Nabi orang gila (majenun).
  • Nabi adalah syair (penyair gila).
  • Nabi masyhuran (disihir).
  • Nabi dukun.

Seluruh tuduhan-tuduhan buruk mereka lontarkan kepada Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Namun anehnya mereka tetap menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Jadi lisan mereka mencela Nabi, tapi barang-barang berharga mereka tetap disimpan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Seandainya mereka jujur dalam tuduhan mereka bahwasanya Muhammad adalah seorang pendusta maka mereka tidak akan menyimpan barang-barang berharga kepada Nabi.

Dan proses penyimpanan barang-barang berharga ini terus berlanjut sampai Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam hijrah ke kota Madīnah.

Tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah dari kota Mekkah menuju ke kota Madīnah, di rumah beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) masih ada barang-barang berharga titipan orang-orang kāfir Quraishy, dan bisa saja Nabi marah dan membawa barang-barang berharga tersebut lari, tetapi tidak beliau lalukan karena beliau adalah orang yang amanah, orang yang tidak pernah dusta sama sekali.

Sebelum menjadi Nabi tidak pernah berdusta apalagi setelah menjadi Nabi (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Tatkala Nabi berhijrah Nabi menugaskan Ali bin Abi Thalib radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu selama 3 hari 3 malam untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut.

Ini menakjubkan sekali, bagaimana orang-orang musyrikin Arab menyatakan Nabi pendusta, namun mereka tetap menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi, mengapa?

Karena Nabi dikenal sebagai orang yang amanah.

Diantara bukti bahwasanya Nabi dikenal sebagai orang-orang yang amanah adalah tatkala terjadi perselisihan antara pembesar-pembesar kāfir Quraishy, tatkala mereka membangun Ka’bah (Ketika itu umur Nabi 35 tahun Ka’bah mengalami kerusakan). Sehingga orang-orang kāfir Quraishy mengadakan musyawarah berniat untuk memperbaiki Ka’bah .

Akhirnya mereka memilih agar Ka’bah dihancurkan, diganti dengan batu yang baru karena umur Ka’bah sudah tua dan merekapun bekerja sama untuk menghancurkan Ka’bah kemudian mereka membangun Ka’bah dengan batu-batu yang baru.

Setelah mereka selesai membangun Ka’bah tinggal hajar aswad yang belum di letakan pada posisinya terjadilah khilaf diantara orang-orang Quraishy tatkala itu, mereka tahu bahwasanya hajar aswad adalah batu yang mulia dan masing-masing kabilah ingin merekalah yang meletakan hajar aswad pada tempatnya.

Mereka tahu bahwasanya kabilah yang mulialah yang berhak untuk meletakan hajar aswad pada tempatnya, sehingga terjadilah khilaf diantara kabilah-kabilah tersebut.

Bahkan sebagian riwayat menyebutkan khilaf ini berlanjut sampai tiga hari tiga malam atau beberapa hari. Sampai akhirnya mereka bersumpah dengan darah tatkala itu bahwasanya kita akan nekad menumpahkan darah kita yang penting kabilah kita yang meletakan hajar aswad pada tempatnya.

Tatkala khilaf mereka semakin keras tiba-tiba ada yang memiliki ide, untuk menunggu orang yang pertama kali masuk ke masjid Harām dan menyerahkan masalah tersebut (peletakan hajar aswad) kepada orang tersebut, dan menerima apa yang orang tersebut putuskan.

Tatkala mereka sedang menanti, tiba-tiba masuklah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dari babus shafa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan.

Maka tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam masuk serentak mereka berkata:

أَتَانَا الأمِيْن – رضينا بالأمين

” Telah datang kepada kita orang yang amanah, kami ridha dengan yang amanah.”

Mereka ternyata mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Tatkala itu Nabi belum menjadi Nabi (masih berumur 35 tahun).

Mereka sepakat Muhammad adalah orang yang amanah dan ridhā dengan keputusan Muhammad. Maka datanglah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberi ide kepada mereka.

Ide yang diberikan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun disetujui, ini jugs menunjukan cerdasnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Lalu Nabi mengelar selendang/kain, kemudian Nabi meletakan hajar aswad ditengah-tengah kain tersebut. Lalu Nabi memerintahkan kepada semua kabilah untuk memegang ujung kain tersebut, jadi hajar aswad tersebut diangkat bersama-sama dan para kabilah itu setuju.

Jadi mereka para kabilah rata dan mulia karena sama-sama mengangkat hajar aswad.

Setelah hajar aswad itu sampai pada tempatnya lalu Nabi meletakan hajar sswad tersebut. Jadi yang mulia adalah nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, namun mereka ridhā dengan keputusan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Intinya, saya ingin sampaikan bahwa Nabi dikenal sebagai orang yang terpercaya.

Dari kejadian ini seakan-akan Allāh menyiapkan/ mengingatkan kembali kepada mereka bahwasanya Muhammad adalah orang yang amanah:

“Apakah kalian lupa dengan kejadian 5 tahun lalu tatkala kalian hampir menumpahkan darah kalian, kemudian kalian ridhā dengan keputusan orang yang amanah?”

“Sekarang, 5 tahun berikutnya, kalian mengatakan Muhammad pendusta.”

Ini suatu yang mustahil tapi mereka lakukan.

Oleh karenanya tatkala Nabi berusia 40 tahun Nabi mulai melaksanakan dakwa dengan syirriah, kemudian terang-terangan.

Kemudian suatu hari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengumpulkan orang-orang musyrikin.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memanggil seluruh kabilah, mereka dikumpulkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam seakan-akan telah terjadi suatu yang berbahaya.

Kemudian datanglah semua suku Quraishy tatkala itu.

Kalau ada yang tidak bisa datang mereka mengutus orang, diantaranya paman Nabi Abū Lahab.

Maka berkumpulah orang-orang musyrikin.

Setelah itu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

” Wahai kaumku, kalau aku kabarkan kepada kalian bahwasanya ada pasukan berkuda dibalik gunung ini dan ingin menyerang kalian, apa kalian membenarkan perkataanku ini?”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala itu naik di Jabal Shafa dihadapan beliau orang-orang kāfir Quraishy, pembesar-pembesar kāfir Quraishy.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

” Wahai kaumku, kalau aku kabarkan kepada kalian ada musuh yang datang tiba-tiba dibelakang kalian, apakah kalian akan membenarkan aku?” 

Maka serempak mereka berkata:

“Kami tidak pernah tahu engkau pernah berdusta sama sekali wahai Muhammad dan kami tidak tahu dari engkau kecuali kejujuran.”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam cerdas, sebelum beliau mengabarkan sesuatu yang ghaib (tentang Islam), beliau ingatkan kepada mereka dengan mengatakan, kalau beliau menyampaikan ada kabar  tentang adanya musuh dibelakang gunung (yang mereka tidak melihat/ghaib), mereka percaya atau tidak. Dan mereka semua mengatakan percaya.

Ini juga masalah yang ghaib, tapi ghaib yang nisby, karena mereka tidak melihat musuh dibelakang gunung sedangkan Nabi melihat.

Kemudian, kata Nabi:

فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ

” Kalau begitu saya ingatkan kepada kalian, saya adalah pemberi peringatan kepada kalian sebelum datang adzab yang pedih.”

Artinya hendaknya kalian bertauhīd sebelum datang adzab yang pedih.

Maka mereka kaget dengan pernyataan Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tidak ada yang berbicara tatkala itu.

Tiba-tiba muncul paman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yaitu Abū Lahab (saudara kandung bapaknya) maka dia (Abū Lahab) mengatakan:

تَبًّا لَكَ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا

“Celaka engkau (wahai Muhamma), apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?”

(HR Bukhari nomor 4427, versi Fathul Bari nomor 4801)

Karena saat itu Rasūlullāh benar-benar mengumpulkan mereka.

Maka turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla yaitu surat Al Masad.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

“Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”

Wallāhu A’lam, sebagian ulamā mengatakan kenapa dikatakan kedua tangan Abū Lahab.

  • Sebagian ulama mengatakan, mungkin ketika Abu Lahab memaki dan mencela Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dia menunjuk-nunjuk dengan kedua tangannya. Sehingga kedua tangannya yang pertama kali disebut oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
  • Sebagian ulama mengatakan karena kedua tangan merupakan perwakilan dari segala sesuatu. Apabila seseorang hendak melakukan sesuatu, maka dia menggunakan kedua tangannya.
  • Intinya, celaka Abu Lahab, kedua tangannya dan seluruh tubuhnya..

Demikin, Wabillāhi taufiq.

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ 

___________________________

BimbinganIslam.com

Selasa, 07 Rabi’ul Awwal 1438 H / 06 Desember 2016 M

Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA

Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 05)

Tafsir Surat Al Lahab bagian 01