بسم اللّه الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، ولا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا باللَّهِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi yang lalu, kita sudah sampai pada pembahasan yang artinya bahwa para nabi sekalipun mereka tidak memiliki hidayah taufīq bagi seorangpun.

Hidayah taufīq artinya hidayah yang sifatnya Allāh lapangkan dada seseorang untuk menerima petunjuk dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla (petunjuk Islām).

Karena hidayah ada dua macam, yaitu:

⑴ Hidayah Dalālah wal Irsyād.
Hidayah yang dimiliki nabi dan rasūl serta orang-orang yang berdakwah untuk mengarahkan manusia kepada kebaikan (sekedar menunjukkan saja).

Ini dimiliki oleh setiap kita yang berusaha untuk berdakwah (mendakwahi) orang lain.

Adapun perkara nanti hasil dari dakwah tersebut belum bisa ditentukan, bahkan para nabi sekalipun.

⑵ Hidayah Taufīq.
Hidayah ini hanyalah dimiliki Allāh semata, hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat-Nya.

Kita sebelumnya sudah membahas sebagian hadīts dan ayat dalam surat Al Qashshash: 56. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

” Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allāh memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Maksud dari ayat, “Engkau tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,” yang dimaksud adalah paman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang bernama Abū Thālib. Paman yang sangat sayang kepada Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam semasa hidup beliau.

Bahkan ketika pamannya (Abū Thālib) meninggalpun Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak bisa memberikan hidayah taufīq, karena hidayah taufīq dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla saja.

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِين

” Akan tetapi Allāh lah yang memberi petunjuk (memberi taufīq ) siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Dan sudah kita bahas tentang kisah kematian paman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Abū Thālib) di dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim.

Demikian pula para nabi yang lainnya. Kita bisa lihat misalnya Nabi Nūh ‘alayhishālatu wa sallām, bagaimana beliau ingin sekali anaknya mengikuti beliau. Sebagaimana disebutkan didalam surat Hūd: 42.

يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

” Wahai anakku ! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kāfir.”

Namun Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkehendak lain, Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak menghendaki hidayah untuk putra Nabi Nūh ‘alayhissallām. Bahkan putranya membantah dengan mengatakan:

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!”
(Nūh ) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allāh pada hari ini selain Allāh yang Maha Penyayang.”
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (QS Hūd: 43)

Walaupun begitu Nabi Nūh ‘alayhissallām tidak putus asa, pada ayat berikutnya beliau berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

Dan Nūh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, “Yā Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.” (QS Hūd: 45)

Tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla menegur nabi Nūh ‘alayhissallām (padahal beliau ingin agar putranya mendapatkan petunjuk).

Dalam hal ini Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Dia (Allāh ) berfirman, “Wahai Nūh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.” (QS Hūd : 46)

Akhirnya Nabi Nūh ‘alayhissallām menerima nasehat ini dan beliau mengatakan:

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dia (Nuh) berkata, “Yā Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi.” (QS Hūd: 47)

Contoh lain, Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām, dalam Al Qur’ān banyak disebutkan tentang kisah beliau, in syā Allāh nanti kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang.

In syā Allāh, yang bisa ambil kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa nabi sekalipun bahkan beberapa nabi (in syā Allāh nanti akan dijelaskan) hanya bisa berusaha, adapun hidayah dikembalikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla .

Hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang memberikan hidayah kepada hamba-Nya.

Demikian, wabillāhut taufīq, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sumber;
〰〰〰〰〰〰〰
BimbinganIslam.com
Senin, 02 Rabi’ul Akhir 1440 H / 10 Desember 2018 M
Oleh: Ustadz Arief Budiman, Lc
Dari: Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Ath-Athibbāi
〰〰〰〰〰〰〰
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 28 december 2018 / 20 rabi’uts tsani 1440
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org