بسم اللّه الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، ولا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا باللَّهِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi yang kelima ini kita masih melanjutkan tentang pembahasan yang artinya bahwa para nabi sekalipun mereka tidak memiliki hidayah taufīq bagi seorangpun. Hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla saja yang menetapkan hidayah taufīq kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki.

Kita lihat kisah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla abadikan didalam surat Maryam: 42-45.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengisahkan perkataan Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām ketika beliau mendakwahi ayahnya.

Dipertemuan sebelumnya telah kita jelaskan bagaimana Nabi Nūh ‘alayhissallām mendakwahi putranya akan tetapi beliau (alayhissallām) tidak berhasil.

Pada pertemuan kali ini kita akan menceritakan bagaimana Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām mendakwahi ayahnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan perkataan Nabi Ibrāhīm alayhissallām kepada ayahnya.

يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

“Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun ?”

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām kembali mengatakan:

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

“Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.”

Kemudian Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām mengatakan kembali:

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا

“Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah syaithān. Sungguh, syaithān itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Kemudian Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām mengatakan:

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا

“Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi syaithān.” (QS Maryam: 42-45)

Lihat disini! Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām merengek, meminta ketika beliau mendakwahi ayahnya, meminta dengan tulus kepada ayahnya agar ayahnya mengikuti hidayah (petunjuk) beliau dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dengan mengucapkan:

يَا أَبَتِ……. يَا أَبَتِ…… يَا أَبَتِ…… يَا أَبَتِ

Hingga empat kali beliau alayhissallām mengucapkanya (Yā Abatiy…. adalah pangilan dari anak yang shālih kepada ayahnya).

Tetapi ayahnya menolak, dengan penolakan yang begitu keras bahkan mengancam putranya dengan mengatakan:

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrāhīm ? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.” (QS Maryam: 46)

Nabi Ibrāhīm alayhissallām diusir bahkan diancam oleh ayahnya jika beliau (alayhissallām) tidak berhenti berdakwah.

Lihat ! Nabi Ibrāhīm alayhissallām berdakwah kepada ayahnya dan ayahnya tidak mau mengikuti dakwah beliau (alayhissallām).

Tapi lihat, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan yang lain, ketika Nabi Ibrāhīm alayhissallām mengajak putranya yang bernama Ismāil alayhissallām, Allāh sebutkan dalam Al Qur’ān surat Maryam 54: صَادِقَ ٱلْوَعْدِ , janji yang sangat benar.

Ketika Nabi Ibrāhīm alayhissallām diperintah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk menyembelihnya putranya Ismāil alayhissallām sebagaimana diceritakan didalam surat Ash Shāffāt: 102. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
(Nabi Ismāil pun menjawab,) “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allāh) kepadamu, in syā Allāh engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
(QS Ash Shāffāt : 102)

Perhatikan jawaban Nabi Ismāil alayhissallām sangat berbeda dengan ayah Nabi Ibrāhīm alayhissallām. Lihat ! Hidayah hanya ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Benarlah janji Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bahwasanya Nabi Ibrāhīm dan Nabi Ismāil adalah orang-ora yang sabar, dan termasuk nabi dan rasūl yang sangat mulia.

Oleh karena itu, para ayah dan ibu betapa pun anda memiliki kemahiran, memiliki ilmu, memiliki kemampuan dalam mendidik anak-anak.

Sehebat apapun anda, Ingat ! Anda hanya sekedar melakukan dan menjalankan sebab dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Di antara sebab-sebab yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla perintahkan untuk kita lakukan adalah menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka.

Lakukanlah sebab itu, adapun hidayah kita kembalikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sekali lagi, kita hanya meniti dan menempuh jalan, cara, syari’at.

Siapapun anda, jangankan hanya orang tua biasa, seorang shālih atau ulamā, bahkan seorang nabi dan rasūl pun hanya sekedar menjalankan perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, yang menentukan hidayah kepada anak keturunan kita hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman bahwasanya di antara keturunan para nabi sekalipun ada yang berbuat baik dan berbuat zhālim.

وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌۭ وَظَالِمٌۭ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌۭ

“Dan di antara anak cucunya (nabi Ibrāhīm dan nabi Ishāq) ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zhālim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (QS Ash Shāffāt : 113)

Demikian, semoga bermanfaat, in syā Allāh kita lanjutkan kembali kisah nabi yang lainnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
〰〰〰〰〰〰〰

BimbinganIslam.com
Selasa, 03 Rabi’uts Tsani 1440 H / 11 Desember 2018 M
Oleh: Ustadz Arief Budiman, Lc
Dari: Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Ath-Athibbāi
Halaqah 05| Para Nabi Tidak Memiliki Hidayah Taufiq (bagian 03)
~~~~
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 04 januari 2019 / 27 rabi’ul akhir 1440
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org