بسم اللّه الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، ولا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا باللَّهِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi yang keenam ini kita masih melanjutkan tentang pembahasan yang artinya bahwa para nabi sekalipun mereka tidak memiliki hidayah taufīq bagi seorangpun.

Kita sudah bahas beberapa kisah para nabi dan pembahasan kemarin kita membahas kisah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām.

Kemudian yang berikutnya adalah kisah Nabi Yūsuf ‘alayhissallām.

Nabi Yūsuf ‘alayhissallām adalah nabi yang dikenal sangat tampan rupawan, dengan ketampanan yang sangat luar biasa. Bahkan dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi Yūsuf ‘alayhissallām adalah setampan-tampan dan seindah-indah makhluk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beliau diberikan separuh keindahan sebagaimana disebutkan di dalam hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam Shahīh Muslim dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu ta’āla ‘anhu.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أُعْطِيَ يُوسُفُ شَطْرَ الْحُسْنِ

“Yūsuf diberi setengah ketampanan.”
(Hadīts riwayat Ahmad nomor 14050 dan dishahīhkan Syu’aib Al Arnauth)

Bagaimana masa kecil beliau (alayhissallām) yang penuh dengan kesulitan, dimana saudara-saudaranya memiliki hati yang hasad kepada beliau (alayhissallām) di karenakan ayahnya terlalu menyayangi Nabi Yūsuf ‘alayhissallām, sampai akhirnya saudara-saudaranya sepakat untuk melempar Nabi Yūsuf ‘alayhissallām kedalam sumur.

Kemudian Nabi Yūsuf ‘alayhissallām dipungut (diambil) oleh orang-orang yang lewat sumur tersebut untuk mengambil air, lalu Nabi Yūsuf dijual dipasar budak (hamba sahaya) sampai akhirnya diambillah Nabi Yūsuf ‘alayhissallām oleh raja mesir pada saat itu.

Tidak sampai disitu ujian Nabi Yūsuf ‘alayhissallām. Ujian Nabi Yūsuf alayhissallām dari kecil bahkan hingga dia tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda.

Ketika beliau menjadi pemuda yang sangat tampan terjadilah fitnah lagi. Istri raja telah menggodanya, akan tetapi Nabi Yūsuf ‘alayhissallām di jaga oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sehingga Nabi Yūsuf tidak tergoda wanita itu.

Kemudian beliau (alayhissallām) dipenjara selama beberapa tahun ditengah-tengah para pemabuk, pencuri, pelaku kriminal lainnya.

Hidup Nabi Yūsuf dari kecil sampai dewasa penuh dengan ujian, namun Allāh Subhānahu wa Ta’āla selalu menjaga dan melindunginya dari segala keburukan dan kemaksiatan.

Nabi Yūsuf tumbuh dengan kelemahlembutan dan keindahan dan beliau juga pandai dalam menafsirkan mimpi.

Siapa yang membuat semua ini?

Nabi Yūsuf ‘alayhissallām sendiri sejak kecil, diasingkan, terusir, hidup tanpa ayah dan ibu, tanpa saudara laki-laki maupun perempuan, tanpa paman, tanpa kakek tanpa kerabat ditengah-tengah lingkungan yang asing

√ Siapa yang mengajarkan ilmu padanya?
√ Siapa yang mensucikannya?
√ Siapa yang mendidik dan membimbingnya?
√ Siapa yang melakukan semua itu?

Yang melakukan itu semua adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sebagaimana firman-Nya:

فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Allāh adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”
(QS Yūsuf: 64)

Kemudian kita lihat Nabi Mūsā ‘alayhissallām.
Sejak bayi Nabi Mūsā ‘alayhissallām dihanyutkan oleh ibunya, karena beliau (ibunda Nabi Mūsā) ingin menjaga Nabi Mūsā ‘alayhissallām.

Nabi Mūsā kecil diletakkan di dalam sebuah kotak lalu dihanyutkan ke sungai, kemudian akhirnya Mūsā kecil diambil oleh orang-orang kerajaan yang zhālim yang suka membunuh, yaitu keluarga Fir’aun.

Tentunya secara zhāhir ini adalah musibah, karena anak-anak laki-laki di zaman Fir’aun semuanya dibunuh tapi justru inilah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh kembalikan lagi Mūsā kecil kepada ibunya untuk disusui kembali oleh ibunya agar ibunya tidak sedih.

√ Siapa yang menjaga dari keburukan?
√ Siapa yang menjaga Nabi Mūsā alayhissallām dari musibah ini, sehinga Nabi Mūsā tidak dibunuh oleh orang-orang Fir’aun?

Itu semua karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

√ Siapa yang membuat Nabi Mūsā alayhissallām tumbuh kemudian menjadi seorang nabi ditengah-tengah keluarga Fir’aun yang sangat sesat, yang dia mengaku sebagai Tuhan?

Itu semua adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Demikian pula kisah anak muda yang disebutkan di dalam surat Al Kahfi ayat 80-81,
dimana kedua orang tua mereka adalah mukmin tetapi anak muda ini Allāh taqdirkan kāfir.

√ Bagaimana Nabi Khidir membunuhnya.
√ Bagaimana pula Nabi Mūsā mengingkari perbuatan Nabi Khidir alayhissallām.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla jelaskan kisahnya dalam surat Al Kahfi 74-75:

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا

Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Mūsā) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.” (QS Al Kahfi : 74)

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا

Dia berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?” (QS Al Kahfi : 75)

Kisahnya dijelaskan di dalam Al Kahfi ayat 80 sampai 81.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا

Dan adapun anak muda (kāfir ) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekāfiran.”
(QS Al Kahfi: 80)

فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا

Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak) lain yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).
(QS Al Kahfi: 81)

Lihat disini! Kedua orang tua anak ini seorang mukmin akan tetapi dia (anak tersebut) kāfir.

Dan kita lihat kisah Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Beliau adalah sebaik-baik nabi dan sebaik-baik manusia, Beliau tumbuh dalam keadaan yatim dan tumbuh dalam kondisi faqīr, sampai-sampai tidak ada yang mau memeliharanya, sampai akhirnya Beliau dipelihara pamannya (Abū Thālib) yang tidak mau masuk Islām.

√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan iman kepada Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).
√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan mu’zijāt Al Qur’ān.

Itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha memberikan hidayah kepada siapapun yang Allāh kehendaki.

Demikian, semoga yang singkat ini bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

〰〰〰〰〰〰〰
BimbinganIslam.com
Rabu, 04 Rabi’uts Tsani 1440 H / 12 Desember 2018 M
Oleh: Ustadz Arief Budiman, Lc
Dari: Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Ath-Athibbāi
Halaqah 06| Para Nabi Tidak Memiliki Hidayah Taufiq (bagian 04)
〰〰〰〰〰〰〰
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 11 januari 2019 / 05 jumadil awwal 1440
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org