السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-28 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu ‘uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhyār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh.

Kita sudah sampai hadīts ke-26, yaitu hadīts yand diriwayatkan oleh Jābir bin Abdillāh radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā.

Beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

” Aku diberikan lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorangpun dari kalangan para nabi sebelumku.

⑴ Aku ditolong oleh Allāh dengan adanya rasa takut (dikalangan musuh-musuh Beliau) sejauh sebulan perjalanan.
⑵ Dijadikan bagiku bumi sebagai masjid dan sebagai alat untuk bersuci.

Maka barangsiapa dari kalangan umatku ini mendapati waktu shalāt (di manapun dia berada) maka hendaklah dia shalāt.

⑶ Dihalalkan bagiku ghanimah-ghanimah perang dan sebelumnya tidak dihalalkan bagi nabi-nabi sebelumku.
⑷ Aku diberikan syafā’at.
⑸ Dan para nabi terdahulu diutus kepada umatnya secara khusus sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.
(Hadīts riwayat Imām Bukhāri dan Muslim)

Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh menjelaskan, bahwa hadīts ini menunjukkan tentang perkara-perkara yang merupakan kekhususan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang tidak dimiliki oleh seorang dari kalangan nabi sebelum Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Yang di mana lima perkara ini seluruhnya kembali kepada umat ini dalam bentuk kebaikan dan keberkahan serta manfaat yang bisa diambil oleh umat Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

⑴ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyatakan kekhususan beliau adalah bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pertolongan dengan memberikan rasa takut kepada musuh-musuh Beliau sejak selama satu bulan perjalanan (sebelum bertemu kaum muslimin).

Demikianlah apabila Allāh menghendaki untuk menolong hamba-Nya dari musuh-musuh musuh mereka tersebut sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ

” Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kāfir karena mereka mempersekutukan Allāh dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (QS Āli Imrān: 151)

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada hati orang-orang beriman kekuatan dan ketenangan yang itu merupakan sebab terbesar yang bisa mendapatkan kemenangan.

Dan sebaliknya bagi musuh-musuh mereka, Allāh Subhānahu wa Ta’āla timpakan rasa takut sebelum mereka berhadapan dengan kaum muslimin.

Dan sebagaimana juga Allāh Subhānahu wa Ta’āla membantu orang-orang beriman, agar mereka bisa mendapatkan kemenangan dari musuh-musuh mereka dengan cara menganjurkan hal-hal yang itu merupakan sebab-sebab kemenangan.

Seperti persatuan dikalangan mereka dan agar mereka bersabar dan mempersiapkan kekuatan yang bisa digunakan untuk menghadapi musuh-musuh mereka.

Yang semua itu merupakan sebab yang bisa mendatangkan kemenangan, disamping rasa takut yang Allāh timpakan kepada musuh-musuh mereka.

Ini merupakan kekhususan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, sehingga musuh-musuh Beliau sebelum sempat untuk berhadapan dengan Beliau dan kaum muslimin maka mereka telah ditimpa rasa takut terlebih dahulu.

⑵ Semua bumi ini dijadikan sebagai masjid dan alat bersuci.
Dari sini kita ketahui bahwasanya di manapun kaum muslimin berada apabila telah datang waktu shalāt dan dia tidak mendapati bangunan masjid, maka dia bisa melakukan shalāt di tempat tersebut tanpa dia harus pergi kebangunan masjid yang kita kenal, karena seluruh bagian bumi ini adalah masjid sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Sehingga tidak dikecualikan tempat apapun untuk melakukan shalāt kecuali apa yang memang telah dikecualikan oleh syari’at, di antaranya adalah kuburan, kemudian tempat yang di situ ada najisnya karena itu akan mengotori pakaian dan badan orang yang shalāt, sedangkan suci dari najis adalah syarat sahnya shalāt.

Begitu pula sebagaimana beliau sebutkan di sini bahwa tempat yang masuk ke dalam yang diambil dengan cara yang tidak benar, maka itu juga termasuk yang dilarang melakukan shalāt ditempat tersebut.

Begitu juga bumi ini dijadikan sebagai alat untuk bersuci. Maka apabila seseorang tidak mendapatkan air untuk bersuci atau dia tidak mampu untuk menggunakan air untuk bersuci dikarenakan sakit, maka dia bisa menggunakan pengganti air : صَعِيدة (tanah atau permukaan bumi) yang merupakan bagian dari bumi.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

تَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًۭا طَيِّبًۭا

” Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).”
(QS An Nissā’: 43)

Ini merupakan pengganti air apabila seseorang tidak mendapatkan air.

Dan beliau sebutkan bahwasanya sha’īd (pengganti air) yang beliau sebutkan maksudnya adalah segala yang berada dipermukaan bumi merupakan bagian dari material bumi, maka ini bisa digunakan untuk bersuci.

Dan hukumnya sama dengan hukum air dalam artian boleh digunakan untuk melakukan shalāt, berapa kali pun shalāt yang dilakukan, selama dia belum berhadats. Sebagaimana seorang bisa melakukan shalāt dengan wudhū selama dia belum berhadats. Dan tidak terkait dengan batasi waktu masuk shalāt atau keluar waktu shalāt. Ini merupakan pendapat yang rajīh karena hukumnya adalah sama dengan air, karena sebagai pengganti air.

Dan ini merupakan kekhususan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga kepada umatnya dimana bisa menggunakan tempat di manapun untuk melakukan shalāt dan juga menjadikan bagian bumi manapun sebagai pengganti air apabila mereka tidak mendapati air.

⑶ Dihalalkan bagiku rampasan perang yang sebelumnya tidak dihalalkan bagi nabi sebelumku.
Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh menyebutkan di sini, dahulu dikalangan umat-umat terdahulu, jihād itu sedikit dibandingkan jihād yang ada pada umat ini.

Dan tingkat keimanan umat-umat sebelum umat Islām kalah dibandingkan dengan kekuatan keimanan dan keikhlāsan kaum muslimin.

Karena itu merupakan bentuk rahmat yang Allāh berikan kepada mereka (umat sebelum Islām). Allāh haramkan mereka untuk mengambil ghanimah agar tidak merusak keikhlāsan mereka sehingga kalau mereka berperang maka rampasan perangnya tidak. boleh mereka miliki.

Berbeda dengan umat ini, dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menghalalkannya, sehingga boleh dimiliki oleh kaum muslimin. Tentunya dengan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di dalam kitāb-kitāb para fuqahā’.

⑷ Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) diberikan syafā’at.
Syafā’at di sini maksudnya adalah syafā’atul uzma yaitu syafā’at yang akan Beliau peroleh ketika seluruh makhluk ketika itu membutuhkan syafā’at para nabi agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla segera menegakkan hukuman kepada mereka.

Maka seluruh nabi memberikan udzurnya tidak bisa memberikan syafā’at, hingga akhirnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang Allāh karuniakan hak untuk memberikan syafā’at tersebut.

Yang ini merupakan kedudukan yang terpuji yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla karuniakan. kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan yang mendapatkan syafā’at ini adalah seluruh manusia karena ini adalah syafā’atul uzma.

Sebagaimana juga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki syafā’at yang khusus yang akan beliau berikan kepada orang-orang yang beriman sebagaimana disebutkan dalam hadīts Beliau.

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي (يَوْمَ الْقِيَامَةِ) مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ “

” Orang yang paling bahagia dengan syafā’at ku adalah orang yang mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh’ ikhlās dari hatinya.”

Yang dimaksud dengan syafā’at yang keempat ini adalah syafā’atul uzma yang merupakan kekhususan yang dimiliki oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

⑸ Bahwasanya nabi-nabi sebelumnya diutus kepada umat mereka secara khusus, sedangkan Nabi. shallallāhu ‘alayhi wa sallam diutus kepada seluruh manusia.

Demikian itu dikarenakan syari’at yang Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bawa ini telah sempurna dan bersifat umum mencakup seluruh kebaikan yang ada pada setiap zaman dan tempat, sehingga tidak butuh lagi syari’at lain.

Maka barangsiapa dia ingin untuk mendapatkan kebahagiaan atau kebaikan di dunia maupun agama maka dia bisa mengambilnya dari syari’at yang dibawa oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian lima hal yang beliau sampaikan dalam hadīts ini yang semua itu sebagai ke khususan Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) dibandingkan apa yang diberikan kepada nabi-nabi sebelum Beliau.

Demikian kita cukupkan sampai di sini kita lanjutkan hadīts berikutnya pada halaqah yang mendatang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sumber:
BimbinganIslam.com
Senin, 09 Jumādā Al-Ūlā 1440 H / 14 Januari 2019 M
Ustadz Riki Kaptamto Lc
Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhbār

Halaqah 28 | Hadits 26

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 05 april 2019 / 29 rajab 1440
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org