Alhamdulillah wash-shalaatu wassalaamu ‘alaa rasulillaah wa’alaa aalihi wa ash-haabihi waman tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumiddin. amma ba’du

Ayat selanjutnya dari surat Al Fatihah membicarakan mengenai rukun ibadah lainnya yaitu roja’ (harap) dan khouf (takut). Setelah faedah sebelumnya kita membahas rukun ibadah, mahabbah (cinta).

Ayat yang dimaksud dan merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya adalah,

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)

“ Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan” (QS. Al Fatihah: 3-4)

*Kandungan Rukun Ibadah dalam Al Fatihah*
Ayat ‘arrahmanirrahim’ berisi kandungan roja’, yaitu mengharap rahmat Allah. Karena jika Allah itu Maha Pengasih, tentu akan diharap rahmat-Nya. Berarti ayat ini menetapkan rukun ibadah, yaitu roja’.

Sedangkan ayat selanjutnya ‘maaliki yaumiddin’ berisi kandungan khouf, yaitu takut pada Allah. Dan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah takut akan hari kiamat bagi hamba yang penuh dosa.

Sehingga dari tiga ayat yang telah kita bahas, ayat ‘alhamdulillahirrabbil ‘alamiin’ terdapat kandungan mahabbah (cinta), lalu ayat ‘arrahmanir rahiim’ terdapat kandungan roja’ (harap), sedangkan ayat ‘maaliki yaumiddin’ terdapat kandungan khouf (takut). Tiga hal ini dinamakan dengan pokok ibadah atau rukun ibadah. Setiap orang yang mau beribadah tidak bisa mencukupkan pada salah satunya, tetapi harus ketiga-tiganya.

Sesatnya Sufi, Murji’ah dan Khawarij
Dalam beribadah, tidak boleh hanya mencukupkan pada mahabbah (cinta) saja seperti yang dianut oleh kalangan Sufi. Mereka beribadah tidak dengan rasa takut dan harap. Mereka mengatakan, “Kami tidak beribadah pada Allah karena takut akan siksa-Nya atau mengharap surga-Nya. Kami beribadah kepada-Nya hanya karena kami mencintai-Nya.” Ini pemahaman yang jelas keliru. Karena para Rasul dan malaikat sebaik-baik makhluk, mereka tetap beribadah dengan rasa takut dan harap pada Allah.

Kita dapat melihat pada ayat,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas (takut). Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya’: 90).

Juga dalam ayat lainnya,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

“ Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”
(QS. Al Isra’: 57).

Yang dimaksud dalam ayat ini -sebagaimana disebutkan dalam kitab tafsir- adalah ‘Uzair, ‘Isa dan Maryam (ibunya ‘Isa) di mana mereka bertiga disembah oleh orang musyrik dahulu. Padahal mereka sendiri mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya. Lantas bagaimana bisa ‘Uzair, ‘Isa dan Maryam diibadahi bersama Allah?!

Ayat-ayat di atas dengan sangat jelas menerangkan bahwa ibadah mestilah berisi harap dan takut, yaitu roja’ dan khouf. Kerancuan dari kalangan sufi di atas telah diulas dalam tulisan di Rumaysho.com: Apakah Ikhlas Berarti Tidak Boleh Mengharap Pahala dan Surga?

Begitu pula ada yang beribadah pada Allah dengan sifat roja’ saja, merekalah Murji’ah. Mereka tidak punya rasa takut akan dosa dan maksiat. Murji’ah menganggap pula bahwa iman hanyalah cukup pembenaran dalam hati, atau ada kalangan Murji’ah yang berpendapat bahwa iman adalah pembenaran dalam hati dan ucapan dalam lisan. Bagaimana dengan amalan? Murji’ah tidak memasukkan amalan dalam definisi iman. Padahal yang jadi keyakinan yang benar, iman adalah perkataan, amalan dan keyakinan. Harus ada ketiga bagian ini, tidak cukup ada salah satunya saja.

Di sisi lain, ada pula yang beribadah pada Allah dengan sifat takut (khouf) saja. golongan Khowarij. Golongan ini hanya mengambil ayat-ayat yang bersifat ancaman saja, dan mereka tidak ambil peduli dengan berbagai dalil yang menunjukkan rahmat dan ampunan Allah.

Ketiga kelompok yang telah disebutkan di atas -yaitu Sufi, Mu’tazilah dan Khowarij-, mereka telah berlebihan dalam hal rukun ibadah. Padahal yang benar, kita harus beribadah dengan menggabungkan mahabbah (cinta), khouf (takut) dan roja’ (harap). Inilah iman yang sebenarnya.

Demikian faedah Al Fatihah kali ini. Insya Allah masih dilanjutkan kembali dalam pertemuan lainnya, dengan izin Allah. Hanya Allah yang memberi petunjuk hidayah.

*Penulis:* Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
*Referensi:*
Syarh Ba’du Fawaidh Surotil Fatihah, -guru kami- Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan, terbitan Dar Al Imam Ahmad.
———————————————————-
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 07 agustus 2020 / 17 dzulhijjah 1441
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org