السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله و بعد

Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya telah kita ketahui tentang makna Tauhid Uluhiyyah yang ini adalah bagian dan unsur dari bagaimana cara kita beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan benar.

Dan sisi dan unsur Tauhid Rububiyyah di mana kita harus percaya bahwa Allāh ada, Allāh mampu dengan segala apa yang dilakukan-Nya yang menunjukkan tentang kebesaran-Nya.

Kemudian kita juga paham bahwa harus ada konsekuensi dari pengakuan tersebut, bahwa Allāh adalah Dzat Yang Maha Besar. Maka seorang hamba harus menyembah hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, harus berharap, harus cinta dan harus dengan berbagai macam ibadah yang ada, harus diarahkan hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

_*Maka ini yang paling penting yang harus kita perhatikan* karena banyak diantara manusia (orang-orang kafir Quraisy) pada zaman tersebut mereka percaya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla bahwa Allāh yang menciptakan namun ketika mereka beribadah, mereka masih mengikutkan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam peribadatan mereka._

Maka kita pun dalam kesempatan ini harus waspada dan berhati-hati supaya kita tidak terjebak sebagaimana mereka (orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang zaman Jahiliyyah) melakukannya.

Karenanya dari sisi Tauhid Uluhiyyah ini kita harus memperhatikannya, supaya benar-benar keimanan kita dengan keimanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allāh dan Rasul-Nya dan tidak melakukan kesyirikan (menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla) dalam perbuatan kita.

Ada sebagian yang mengatakan bahwa Tauhid Uluhiyyah ini adalah Tauhid yang dibikin-bikin tidak ada dasar (dalil) nya. Kita mencoba untuk melihat dalil-dalil tentang Tauhid Uluhiyyah ini, bahwa kita harus dan wajib untuk menjalankan Tauhid Uluhiyyah ini dengan cara yang benar. Apabila kita menginginkan keimanan kita kepada Allāh dengan keimanan yang benar.

Antara lain apa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan di dalam salah ayatnya di dalam surat Al-Baqarah : 21.
Allāh Ta’āla berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
_”Wahai manusia! Sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kamu bertakwa.”_

Di situ ada perintah ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ Sembahlah Tuhan (Rabb) Kalian!

Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan di dalam surat Adh-Dhāriyāt ayat 56.
Allāh Ta’āla berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
_”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allāh, untuk meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

Kemudian apa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla katakan di dalam surat Al-Māidah ayat 72.

Allāh Ta’āla berfirman:

إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ
_”Sesungguhnya barangsiapa yang melakukan kesyirikan kepada Allāh, menyekutukan Allāh, menyembah selain Allāh, beribadah kepada selain Allāh, maka Allāh haramkan baginya Surga dan tempatnya adalah di Neraka.”_

Maka orang yang beriman pun, orang yang bersyahadat pun, bisa jadi dia akan terjebak dan terjatuh kepada kesyirikan. Apabila dia tidak perhatian dengan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sehingga dia melakukan kesyirikan kepada Allāh di dalam macam-macam ibadah yang ada.

Kemudian apa yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebutkan di dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhāri di dalam Shahīhnya, dari hadīts Mu’ādz bin Jabal radhiyallāhu ta’āla ‘anhu.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

يا مُعاذُ، تَدْرِي ما حَقُّ اللهِ علَى العِبادِ؟
_”Wahai Mu’ādz, apakah kamu mengetahui apa hak Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada para hamba-Nya” ?_

قالَ: قُلتُ: اللَّهُ ورَسولُهُ أعْلَمُ
_Mu’ādz berkata: “Allāh dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”_

قالَ: أنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ، ولا يُشْرِكُوا به شيئًا،
Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: _”Sembahlah Allāh dan janganlah melakukan kesyirikan (menyekutukan Allāh) dengan sedikit pun dari makhluk-makhluk-Nya.”_

هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا فَعَلُوهُ
_”Apakah kamu mengetahui apa hak mereka atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Allāh mewajibkan atas dirinya sendiri”_?

قال: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ‏
Mereka menjawab: _”Allāh dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya.”_

قال رَسُولُ الله
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ ‏
_”Supaya Allāh tidak mengadzab mereka, apabila mereka mentauhidkan Allāh dengan cara yang benar dan tidak melakukan kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

Dari sini kita paham.

Dan juga apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallāhu ta’āla ‘anhu bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَن مَاتَ وهْوَ يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ
_”Barangsiapa mati kemudian dia berdoa kepada selain Allāh dengan menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka dia akan masuk ke dalam api Neraka.”_
(Hadīts riwayat Al-Bukhāri)

Dari sini kita paham, bahwa memungkinkan seorang muslim terjatuh kepada kesyirikan, dan memungkinkan pula bahwa ketika dia bermuamalah dan beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla ternyata dia juga melakukan kesyirikan beribadah, berharap, berdoa kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, ini adalah bagian dari kesyirikan. Allāh haramkan dan Allāh tidak menerima amal berbuatan ini.

Karenanya Tauhid Uluhiyyah ini telah Allāh tetapkan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah tegaskan, supaya manusia (seorang muslim) tidak terjatuh kepada hal yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Karena ini adalah unsur yang sangat penting sekali yang harus kita jaga karena Tauhid ini adalah bagaimana kita (seorang hamba) meng-Esa-kan untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai tanda kita mengakui, meyakini bahwa hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang berhak disembah.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang mentauhidkan Allāh dan Allāh lindungi dari segala kesyirikan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla haramkan.

Wallāhu Ta’āla A’lam Bisshowaab.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
BimbinganIslam.Com
Kamis, 27 Muharram 1444 H / 25 Agustus 2022 M
Ustadz Mu’tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh
Kitāb Ushulul Imam Karya Kumpulan Para Ulama
Halaqoh 07 : Dalil Tentang Wajibnya Tauhid Uluhiyyah
———————————————————-​
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam,21 Okt 2022 / 25 rabi’ul awwal 1444
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org