السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Para sahabat Bimbingan Islam yang berbahagia.

Pada pertemuan sebelumnya kita telah membicarakan tentang makna ibadah dan rukun, pilar atau pondasi yang menjadikan ibadah itu terbangun menjadi ibadah yang baik dan benar sesuai dengan apa yang diinginkan Allāh dan Rasul-Nya.

Pada pertemuan kali ini kita mencoba membicarakan tentang syarat diterimanya ibadah.
Kita paham bahwa di dalam kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Karena kita tidak pernah bertemu dengan Allāh, kita tidak mengetahui maksud atau bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla ridha dengan apa yang kita lakukan kecuali melalui apa yang telah diberitahukan oleh Rasul-Nya (shollallāhu ‘alayhi wa sallam).

Sehingga bagaimana kita beribadah kepada Allāh tidak hanya sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi tentunya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Karena kita sedang mengharap pahala dan keridhoan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla bukan hanya kita menjalankan ibadah atau suatu amalan tanpa kita tahu apakah ibadah atau amalan ini diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Karenanya di dalam kita beribadah, keinginan kita adalah mendapatkan ridha dan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh dan Rasul-Nya telah menunjukkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah mengenai sifat dan ciri dari ibadah yang diterima Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Para ulama menyebutkan bahwa ibadah tidaklah diterima kecuali dengan dua syarat:

الإخلاص فيها للمعبود
_⑴ Ikhlas karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla._

Ketika kita beribadah maka niat kita, keinginan kita, tujuan kita, hanya kita tujukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sebagaimana yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmaknkan di dalam surat Al-Bayyinah ayat 5.

Allāh Ta’āla berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ……
_”Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allāh dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan apa yang diperintahkan di dalam agama ini.”_

Dan banyak dalil-dalil lain mengenai perintah untuk berbuat ikhlas di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini juga sangat penting bagi kita yaitu:

المتابعة للرسول صلى الله عليه وسلم

_⑵ Mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana telah kita jelaskan, bahwa kita tidak tahu keinginan Allāh kecuali melalui apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasūlullāh shollallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bagaimana kita menginginkan pahala dan keridhoan dari Allāh namun caranya dengan cara kita? Tanpa kita mencoba untuk menyerasikan dengan apa yang telah diajarkan dan dilakukan oleh Rasūlullāh shollallāhu ‘alayhi wa sallam.

Sehingga ketika kita beribadah, mau tidak mau kita harus mencontoh dan melihat apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan di dalam surat Al-Hasyr ayat 7.

Allāh Ta’āla berfirman:

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
_”Dan apa-apa yang telah datang dari Rosul dan diajarkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang dilarang oleh Rasul atas kalian maka hentikanlah.”_

Dan juga apa yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sabdakan di dalam hadīts yang shohīh, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رد
_”Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam perkara agama, yang tidak diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka amalan tersebut tertolak.”_ (HR. Al-Bukhāri dan Muslim).

Ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang mengatakan bukan kita, karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sayang kepada kita, sehingga Beliau menuntunkan kita, menunjukkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian apa yang dikatakan oleh Fudhail ibnu Iyādh ketika menafsirkan ayat yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla katakan di dalam surat Hūd ayat 7 dan Al-Mulk ayat 2.

لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۗ
_”Untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya.”_

Beliau mengatakan: أخلص وأصوابه yang paling ikhlas dan yang paling benar. Ikhlasnya kepada Allāh dan benarnya mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasūlullāh shollallāhu ‘alayhi wa sallam.

Sehingga dikatakan kepadanya:

يا أبا علي، وما أخلص وأصوبه؟
“Wahai Aba Ali, apa yang dimaksud dengan paling ikhlasnya dan paling benarnya?”

Maka Fudhail ibnu Iyādh mengatakan:

إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبـل
_”Sesungguhnya amalan apabila ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasūlullāh maka amalan tersebut tidak diterima.”_

Ini yang membicarakan para ulama, dan menjelaskan dalam masalah ini,

وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا صوابا
_”Dan apabila amalan itu benar namun dia tidak ikhlas, maka amalan tersebut tidak diterima sampai amalan tersebut dilakukan dengan cara ikhlas dan benar sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”_

والخالص مـا كان لله والصواب ما كان على السنة
_”Ikhlas yang dipersembahkan hanya untuk Allāh dan yang dimaksud dengan benar adalah apa yang telah ditunjukkan di dalam Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”_

Sehingga jelas di sini bahwa di dalam kita beribadah tidak perlu kita kreatif dan sembarangan, kita tinggal mencontoh apa yang telah diajarkan oleh Allāh dan Rasul-Nya, maka cukup bagi kita.

Karenanya kita berharap agar Allāh menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang menjalankan amal ibadah yang diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang dilandasi keikhlasan dan contoh (ajaran) dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta’āla A’lam wa Bisshowaab.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________
BimbinganIslam.Com
Selasa, 02 Shofar 1444 H / 30 Agustus 2022 M
Ustadz Mu’tashim, Lc, M.A Hafizhahullāh
Kitāb Ushulul Iman Karya Kumpulan Para Ulama
Halaqoh 10 : Syarat-syarat Diterimanya Ibadahh
———————————————————-​
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 11 Nov 2022 / 17 rabi’ul akhir 1444
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org