•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ikhwani wa Akhawati Fīllāh, para sahabat Bimbingan Islam (BiAS) yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian kita lanjutkan dengan pembahasan yang kedua yaitu tentang,

*SUNNAH-SUNNAH SHALAT*

Para ulama penulis kitab Al-Fiqh Al-Muyassar mengatakan,

وهي نوعان: سنن أفعال وسنن أقوال
Sunnah-sunnah dalam shalat ada dua macam, yang pertama sunnah-sunnah perbuatan dan sunnah-sunnah perkataan atau ucapan.

أما سنن الأفعال:
Adapun sunnah-sunnah berupa perbuatan

فكرفع اليدين مع تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الرفع منه وحطهما عقب ذلك؛ لأن مالك بن الحويرث كان إذا صلَّى كبَّر، ورفع يديه، وإذا أراد أن يركع رفع يديه، وإذا رفع رأسه من الركوع رفع يديه.وحَدَّثَ أن رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صنع ذلك. ووضع اليمين على الشمال وجعلهما على صدره حال قيامه، ونظره في موضع سجوده، وتفرقته بين قدميه قائماً، وقبض ركبتيه بيديه مفرجتي الأصابع في ركوعه، ومد ظهره فيه، وجعل رأسه حياله.
Sunnah-sunnah dalam shalat yang berupa perbuatan adalah mengangkat kedua tangan bersama takbiratul ihram (الله أكبر) kemudian ketika rukuk, kemudian ketika bangkit dari rukuk dan disunnahkan meletakkan kedua tangan setelah itu (bangkit dari rukuk).

Hal ini berdasarkan hadits riwayat Malik bin al-Huwairits disebutkan,

أَنَّ مَالِكَ بْنَ الْحُوَيْرِثِ إِذَا صَلَّى كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَحَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَفْعَلُ هَكَذَا
_”Bahwasanya Malik al-Huwairits radhiyallahu anhu apabila shalat, maka dia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, dan apabila hendak rukuk, maka dia juga mengangkat kedua tangannya, dan apabila dia mengangkat kepalanya dari rukuk, maka dia mengangkat kedua tangannya, dan dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam melakukan demikian itu.”_
(Hadits riwayat Muslim no.391).

Jadi apa yang beliau lakukan itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam termasuk perkara yang disunnahkan dalam shalat dalam bentuk adalah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan keduanya di atas dada ketika berdiri dalam shalat.

Kemudian disunnahkan pula menjadikan pandangannya ke tempat sujud (mengarahkan pandangan ke tempat sujud) dan merenggangkan kedua kaki ketika berdiri dengan jarak yang wajar, kemudian disunnahkan kedua tangannya memegang kedua lututnya dengan merenggangkan jari-jari ketika rukuk, kemudian menghamparkan punggung saat rukuk dan menjadikan kepalanya sejajar dengan punggungnya. Ini adalah sunnah-sunnah berupa perbuatan.

Adapun _sunnah-sunnah berupa ucapan atau perkataan dalam shalat, maka seperti membaca doa istiftah atau iftitah._ Apa bacaannya? Sebagaimana yang sudah masyhur di kalangan para penuntut ilmu yaitu bacaan,

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
Ini adalah salah satu bacaan doa istiftah atau iftitah.

Di sana juga ada bacaan dengan lafadz yang lain seperti membaca,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي
Dan di sana juga ada bacaan-bacaan doa iftitah dengan susunan kalimat yang berbeda. Selagi itu berdasarkan riwayat yang shahih dari Nabi maka boleh dibaca.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan yaitu membaca _basmalah_ yaitu (بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ) kemudian membaca _ta’awud_ (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ) sebelum membaca Al-Qur’an.

Dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat An-Nahl 98.

Allāh Ta’āla berfirman,

فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
_”Apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur’an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.”_

Kemudian yang disunnahkan dalam shalat berupa ucapan dan perkataan yaitu mengucapkan _Āmīn (آمين)_ hal ini berdasarkan hadits riwayat Wa’il bin Hujr radhiyallāhu ta’āla ‘anhu,

قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَرَأَ ‏{‏ وَلاَ الضَّالِّينَ ‏}‏ قَالَ ‏ “‏ آمِينَ ‏”‏ ‏.‏ وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ

_”Wa’il bin Hujr radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila selesai membaca وَلاَ الضَّالِّينَ (Surat Al-Fatihah) beliau mengucapkan آمِينَ dengan suara yang keras.”_

(Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 932).

Jadi ini termasuk perkara yang disunnahkan di dalam shalat.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan adalah _membaca surat tambahan setelah membaca Al-Fatihah, apakah satu surat lengkap atau sebagai dari satu surat (membaca beberapa ayat saja)._ Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Qatadah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, dia menceritakan,

كانَ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَقْرَأُ في الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ والْعَصْرِ، بفاتِحَةِ الكِتابِ وسُورَةٍ ويُسْمِعُنا الآيَةَ أحْيانًا، ويَقْرَأُ في الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بفاتِحَةِ الكِتابِ
_”Adalah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa membaca pada dua raka’at pertama dari shalat Zhuhur dan Ashar yaitu surat Al-Fatihah dan surat yang lain, terkadang Beliau memperdengarkan bacaan ayat kepada kami (ini agak sedikit dikeraskan tapi tidak keras sebagaimana shalat jahriyyah Maghrib, Isya dan Shubuh) dan pada dua terakhir beliau membaca surat Al-Fatihah (tanpa surat).”_
(Hadits shahih riwayat Muslim no. 451).

Walaupun boleh juga kadang-kadang membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah pada raka’at ketiga dan keempat.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan adalah _membaca tasbih lebih dari satu kali ketika rukuk dan sujud._

Dalam pelajaran sebelumnya kita wajib membaca doa ketika rukuk (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ) dan ketika sujud membaca (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الأَعْلـى) satu kali satu kali dan itu hukumnya wajib.

Adapun lebih dari satu kali, kita baca dua kali atau tiga kali, maka ini hukumnya sunnah.

√ Ketika rukuk kita mengucapkan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ sebanyak tiga kali.
√ Ketika sujud kita mengucapkan سُبْـحانَ رَبِّـيَ الأَعْلـى sebanyak tiga kali.

Dan _disunnahkan membaca doa sesudah tasyahud sebelum salam,_ kita membaca _shalawat Ibrahimiyyah_ kemudian doa,

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ.
Boleh juga ditambah doa setelah itu yaitu doa sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’adz yaitu bacaan,

اللَّهمَّ أعِنِّي على ذِكرِك وشُكرِك وحُسنِ عبادتِك

Ini wasiat Nabi kepada Mu’adz,

يا معاذ : لا تدعن دبر كل صلاة
_”Ya Mu’adz, janganlah engkau meninggalkan bacaan di akhir shalat (sebelum salam) اللَّهمَّ أعِنِّي على ذِكرِك وشُكرِك وحُسنِ عبادتِك ‘Ya Allāh berilah aku pertolongan untuk selalu berdzikri kepadamu dan selalu bersyukur kepadamu dan tolonglah aku untuk selalu beribadah kepada-Mu dengan baik’.”_

Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك، و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
Sumber: BimbinganIslam
Selasa, 03 Jumadil Akhir 1444 H/27 Desember 2022 M
Ustadz M Wasitho Abu Fawaz, Lc
Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar | Kitab Shalat
————————————————————
*MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM*
*Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at *

*Amsterdam, 02-Juni-2023 / 13-Dhul Qa’dah-1444*

*Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: E-mail: Euromoslim-Amsterdam: * *media@euromoslim.org*