•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ikhwani wa Akhawati Fīllāh, para sahabat Bimbingan Islam (BiAS) yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian kita lanjutkan dengan pembahasan berikutnya yaitu tentang,

كيفية صلاة الوتر عددُ رَكَعاتِه
Tata Cara Mengerjakan Shalat Witir dan Jumlah Raka’atnya

Para penulis kitab Al-Fiqh Al-Muyassar rahimahumullāh wa hafidzahum menjelaskan dalam kitabnya bahwasanya shalat witir itu jumlah raka’at minimal adalah satu raka’at. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā secara marfu’ yang berbunyi,

الْوَتْرُ رَكْعَةٌ مِنْ آخر اللَّيْل
_”Shalat witir itu satu raka’at di akhir malam.”_
(Hadits shahih riwayat Muslim no. 752).

Dalil yang lain adalah hadits riwayat Ibnu Umar radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā, hadits di atas yang berbunyi,

صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً , تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
_”Hendaklah ia shalat satu raka’at di mana shalat witir tersebut akan mengganjilkan untuknya shalat yang telah ia kerjakan.”_

Kemudian penulis kitab Al-Fiqh Al-Muyassar mengatakan, bahwasanya shalat witir boleh dikerjakan sebanyak tiga raka’at. Boleh lebih dari satu raka’at, namun boleh juga mengerjakannya dengan tiga raka’at.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, ia berkata,

أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان يصلِّي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يُصَلِّي أربعاً، فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلِّي ثلاثاً
_”Bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah shalat malam sebanyak empat raka’at, maka kamu jangan bertanya tentang bagus dan panjangnya bacaan shalat Beliau, kemudian shalat empat raka’at, maka jangan kamu tanyakan tentang betapa bagus dan panjangnya shalat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kemudian shalat tiga raka’at.”_
(Hadits shahih riwayat Muslim no. 738).

Kemudian para penulis kitab menjelaskan tentang shalat witir yang berjumlah tiga raka’at, mereka (rahimahullāh) mengatakan, “Shalat witir tiga raka’at ini boleh dilakukan dengan dua salam berdasarkan perbuatan Abdullāh ibnu Umar radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā,

لأنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ فِي الْوِتْرِ، حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ‏.‏
_”Bahwasanya Abdullāh bin Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā pernah mengucapkan salam di antara satu raka’at dan dua raka’at di dalam shalat witir, sehingga dia memerintahkan kepada budaknya di sela-sela shalat tersebut sebagian hajatnya.”_
(Hadits riwayat Al-Bukhari no. 991).

Hadits (atsar) ini menunjukkan boleh seorang muslim yang shalat witir tiga raka’at untuk mengucapkan salam dua kali.

Shalat dua raka’at kemudian salam kemudian ditambah dengan satu raka’at terakhir (salam terakhir). Kemudian boleh juga mengerjakan shalat witir secara langsung dengan satu kali tasyahud dan satu salam. Tiga raka’at namun dikerjakan secara langsung tanpa terpisah dan jumlah tasyahudnya hanya satu kali di akhir kemudian setelah itu salam.

Apa dalilnya? Hadits Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā bahwasanya ia mengatakan,

كَانَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُوتِرُ بِثَلاَثٍ لَا يقعد الا في آخِرُهُنَّْ
_”Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah shalat witir tiga raka’at, beliau tidak duduk kecuali di akhir raka’at (raka’at yang ketiga).”_
(Hadits shahih riwayat An-Nassai 3/234 no. 1698).

Kemudian boleh witir dengan jumlah tujuh raka’at atau lima raka’at tanpa duduk tahiyyat kecuali di raka’at yang terakhir. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, ia menceritakan,

كانَ رَسُولُ اَللَّهِ ‏- صلى الله عليه وسلم ‏-يُصَلِّي مِنْ اَللَّيْلِ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً, يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ, ولَا يَجْلِسُ فِي شَيْءٍ إِلَّا فِي آخِرِهَا
_”Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah shalat malam tiga belas raka’at, Beliau melakukan shalat witir dari tiga belas raka’at tersebut dengan lima raka’at dan tidak duduk pada satu raka’at kecuali di raka’at yang terakhir.”_
(Hadits shahih riwayat Muslim no. 737).

Ini menunjukkan bahwa berapa pun seseorang mengerjakan shalat witir, apakah lima raka’at atau tujuh raka’at atau sembilan raka’at atau sebelas, maka mengerjakannya dengan cara duduk satu tahiyyat yaitu di raka’at yang terakhir.

Kemudian dalil berikutnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ummu Salamah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, ia menceritakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يُوتِرُ بِسَبْعٍ أَوْ بِخَمْسٍ لاَ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ وَلاَ كَلاَمٍ ‏.‏
_”Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah melakukan shalat witir dengan lima atau tujuh raka’at di mana Beliau tidak memisahkan di antaranya dengan salam maupun dengan ucapan.”_
(Hadits riwayat Ibnu Majah no. 1192).

Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang yang mengerjakan witir berapa pun bilangan raka’atnya dari bilangan-bilangan ganjil, maka ia tidaklah duduk tasyahud atau tahiyyat kecuali pada raka’at yang terakhir.

Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
Sumber; BimbinganIslam com
Senin, 23 Jumadil Akhir 1444 H/16 Januari 2023 M
Ustadz M Wasitho Abu Fawaz, Lc
Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar | Kitab Shalat
———————————————————-​
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 08 september 2023 / 22 safar 1445
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org