(Kitab ‘Asyratu Asbab Linsyirahis Shadr)
Syaikh Abdurrazaq ibnu Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahullahu
*Pengertian Dan Keutamaan Berlapang Dada- Halaqah 1*
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب الـعـالـمـيـن والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد
Ikhawaniy wa Akhawatiy, Saudara Saudariku kaum Muslimin di manapun berada, semoga kita semua dilimpahkan rahmat oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pertama-tama, marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menjalankan semua perintahnya serta meninggalkan semua larangannya.
Tak lupa, puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah memberikan dan melimpahkan banyak kenikmatan kepada kita semua, baik itu nikmat Iman maupun nikmat Islam maupun nikmat Ihsan.
Dan yang tak kalah penting adalah nikmat sehat, sehingga kita bisa bersama-sama mengikuti dan mempelajari serta mengambil faedah dari salah satu kitab (kitab kecil) yang ditulis oleh salah satu ulama besar saat ini, yang tinggal di Madīnah Al-Munawarah yaitu _Syaikh Abdurrazaq ibnu Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahullāhu,_ yang mana kitab ringkas ini beliau tulis bersumber dari salah satu _Bab penting yang ditulis Imam Ibnul Qayyim di kitabnya Zaadul Ma’aad (زاد المعاد) yaitu Sebab-sebab lapangnya hati dan bagaimana memperolehnya secara sempurna._
Dan *Syaikh di sini memberikan judul عشرة أسباب لانشراح الصدر (Sepuluh Sebab Untuk Mendapatkan Kebahagiaan Dan Lapang Dada).*
Telah kita ketahui bersama, bahwa ketentraman hati serta lapang dada adalah dambaan setiap orang bahkan orang non muslim atau orang yang tidak beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla pun menginginkannya. Menginginkan rasa lapang, menginginkan rasa nyaman. Dan itu semua adalah fitrah manusia.
Maka bisa kita dapati seseorang ketika dia sedang mencari rumah, maka dia akan mencari lingkungan rumah yang baik. Dan juga ketika kita mencari pekerjaan, kita mencari pekerjaan yang pasti.
Agar apa? Agar hati kita nyaman, agar dada kita lapang tanpa dibebani oleh rasa-rasa yang akan menyakitkan hati atau mengganggu hati kita. Dan lapang dada merupakan suatu tujuan yang sangat mulia serta merupakan pemberian yang sangat besar yang itu hanya bersumber dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Lalu harus kita ketahui bersama bahwa rasa lapang dada dan ketentraman hati ini murni datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan jikalau ada seseorang atau suatu kaum yang Allāh berikan harta, keturunan, pangkat, atau hal lain yang itu dipandang satu hal yang sangat besar di dunia ini, maka hal-hal tersebut hanyalah salah satu wasilah (perantara) untuk mendatangkan rasa lapang di hati kita.
Dan bisa jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla datangkan semua hal ini kepada seseorang namun itu semua hanyalah Istidraj dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla atau Allāh ingin menguji hamba ini, apakah dia termasuk hamba yang bersyukur atau tidak.
Sedangkan rasa lapang yang didatangkan dari Allāh yang berupa karunia, yang didatangkan langsung kepada seorang mukmin, maka jika itu sudah Allāh berikan kepada seorang hamba, baik itu rezeki berupa harta maupun keturunan. InsyaAllāh seorang hamba akan merasa tenang dan bukan sebagai ujian.
Dan bagaimana kita mengetahui apakah nikmat tersebut sebagai ujian atau karunia Allāh Subhānahu wa Ta’āla? Sehingga kita bisa semakin termotivasi untuk beribadah karena adanya rezeki ini, kita semakin fokus beribadah dan merasa lapang dada dengan rezeki ini, kecuali kalau kita mempelajari hakikat dari rasa lapang dada. _Apa hakikat rasa lapang dada itu dan bagaimana cara mendapatkan?_
Dan sudah banyak kisah yang beredar di antara kita dan kita dapati banyak di antara orang-orang kaya yang mereka bunuh diri, mereka sudah mendapatkan banyak harta, bisa mempunyai mobil mewah, rumah yang mewah, namun kita dapati di surat kabar, dia dikabarkan meninggal dunia dengan cara bunuh diri.
Kenapa itu bisa terjadi?
Apa yang Allāh berikan kepada orang itu menjadi cobaan, sehingga ketika Allāh memberikan rezeki yang banyak kepada dirinya, dia malah terbebani dengan adanya rezeki ini. Sehingga membuat dia depresi (stress) dan berbagai petaka lainnya karena merasa tertekan dan terbebani dengan banyaknya harta kekayaan.
InsyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan mengambil sedikit pelajaran dari muqaddimah atau pendahuluan yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr di kitab kecilnya ini.
Syaikh menyebutkan di dalam muqaddimahnya yang dimaksud _lapang dada adalah rasa puas serta rasa tenang dan hilangnya rasa tidak nyaman serta masalah dari hati kita dan terus menerus merasa bahagia di dalam kehidupan yang mulia dan baik._
Jadi tidak hanya rasa lapang dada ini bersifat sementara, namun terus menerus. Ketika Allāh datangkan rasa lapang dada ini kepada kita, baik kita dalam keadaan susah, sedih, maupun dalam keadaan kita diberi kenikmatan, dada kita ini terus merasa lapang dada. Kita ini terus merasa puas dan tenang dengan apa yang telah Allāh berikan. Walaupun yang Allāh berikan sedikit, walaupun yang Allāh berikan belum sesuai dengan keinginan kita.
Namun hakikat dari lapang dada yang sebenarnya di sini adalah _rasa lapang dada yang benar-benar kita menerima semua takdir yang Allāh berikan, menerima semua hal yang Allāh berikan kepada kita, baik itu nikmat yang sedikit, nikmat banyak, atau Allāh berikan cobaan kepada kita, namun dada kita bisa merasa lapang kalau Allāh berikan rasa lapang dada ini kepada kita._
Lalu Syaikh melanjutkan penjelasannya, dan _jika Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memberikan rasa lapang dada ini kepada seorang hamba maka itu tanda Allāh telah memudahkan urusannya_ sehingga terwujudlah pada hamba tersebut maslahat-maslahat baik pada agama dan dunianya.
Sehingga akan mudah baginya untuk melaksanakan ibadah, melaksanakan ketaatan, dimungkinkan baginya untuk selalu konsisten di dalam melakukan maslahat atau di dalam melakukan kebaikan, dan akan terjamin pula keturunannya.
Dari sini bisa kita ketahui bahwa _rasa lapang dada yang benar adalah rasa lapang dada yang akan mewujudkan seorang hamba yang dia terus konsisten di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bukan lapang dada yang menjadikan seorang hamba terkecoh atau lalai di dalam melakukan ibadah._
Karena banyaknya rezeki yang dia dapatkan, bukannya bertambah imannya atau bertambah rajin melakukan shalat, namun dia malah lalai dari melaksanakan shalat lima waktu karena sibuk dengan dunia dan sibuk dengan apa yang dia dapatkan dari rezeki. Sehingga, semua yang dianggap karunia bukanlah hakikat dari rasa lapang dada. Kenapa? Ini sudah menjadikan hatinya lalai dan ini bukan rasa lapang dada yang sebenarnya.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz Muhammad Idris, Lc hafidzhahullah
•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
Kitab ‘Asyratu Asbab Linsyirahis Shadr
Ustadz Muhammad Idris, Lc hafidzhahullah
*PENGERTIAN DAN KEUTAMAAN BERLAPANG DADA – HALAQAH 1*
*📧Join Telegram* :https://t.me/ilmusyar1
———————————————————-
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.
MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP
Amsterdam, 16 februari 2024 / 06 sya’ban 1445
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org