السلام عليكم ورحمة الله وبركات
الحمدلله, الحمد الله و صلاة و سلام على رسول الله و على آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Ikhwatul Iman Ahabakumullāh.

Saudara-saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Allāh Azza wa Jalla.

Kembali kita lanjutkan majelis syahri Ramadhān kita dan kita telah masuk pada majelis ke-13 Setelah pertemuan lalu kita membahas adab-adab yang wajib, maka di kesempatan kali ini kita membahas adab-adab yang Sunnah

Apa saja adab-adab yang Sunnah?

Syaikh Utsaimin rahimahullāh menjelaskan setidaknya ada 5 poin.

Poin yang pertama di antara adab-adab Sunnah yang dapat mengantarkan kita pada pahala sempurna dalam pahala sempurna puasa Ramadhān ini adalah:

⑴ Santap Sahur
Maka seyogyanya kita tidak meninggalkan ibadah Sahur.

Kenapa kita sebut ibadah?

Karena Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menganjurkannya, maka sahur bukan hanya sekedar kebutuhan kita untuk melengkapi nutrisi di siang hari saat Ramadhān. Tapi ketika kita niatkan ini untuk mengikuti Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang mana beliau mengatakan:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
_”Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri (Fathul Bāri IV/139 nomor 1923) Shahīh Muslim (II/770 nomor 1095)).

Dan kalau kita tinjau ulang, ketika keberkahan ini sudah diucapkan dan dijelaskan oleh para ulama maka tidak ada makna yang mengartikan keberkahan selain dipenuhinya kebaikan. Dan sahur ini yang paling afdhal dilakukan di akhir waktu.

Kenapa di akhir waktu?

Ketika kita melakukan sahur di akhir waktu setidaknya ada dua kebaikan, yang pertama kebaikan karena beginilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam juga para sahabat.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa jarak antara sahur dan adzan subuh kurang lebih sekitar 50 ayat. Kalau kita telaah ulang dan kita lihat ayat-ayat dalam Al-Qur’ān, surat yang genap 50 ayat adalah surat Al-Mursalat dan kalau kita lihat dan dengarkan murotal-murotal yang ada, yang bacaannya standar tidak terlalu cepat maka membaca surat Al-Mursalat kurang lebih sekitar 5 sampai 10 menit.

Inilah waktu sahur, bukan kemudian kita sahur di tengah malam hingga kemudian balas sampai subuh. Tapi sahur benar-benar di akhir waktu, menjelang subuh. Dan ketika kita lihat mengapa para sahabat sahur dengan kondisi seperti ini, yakni antara 50 ayat jaraknya dengan shalat subuh?

Karena memang para sahabat tidak berlebihan, tidak seperti zaman kita sekarang ketika makan di sana ada appetizer dulu, di sana ada main course dulu, baru di sana pun ada dessert, ada berbagai macam lapisan dalam makan. Ada pembuka, makanan utama dan juga penutup.

Maka bersederhana dalam sahur asalkan benar-benar mengikuti Sunnah Nabi, niatnya benar-benar ‘ittiba’, in syā Allāh berpahala dan in syā Allāh di situlah keberkahannya.

Begitu pula poin kedua mengapa sahur di akhir waktu adalah hal yang afdhal karena menghindari diri kita untuk kesiangan shalat subuh. Kita tahu pada pertemuan yang lalu kita sampaikan bagaimana ketika seseorang sahur maka berarti dia tidak akan kehilangan shalat Subuhnya.

Sebagaimana kita sampaikan pada pertemuan lalu tatkala orang-orang munafik berat dalam melakukan shalat Subuh maka tindakan kita mengakhirkan sahur hingga mendekati waktu shalat subuh. Sehingga setelah santap sahur lalu diakhiri dengan dikumandangkannya adzan Subuh dan kita pun langsung shalat Subuh. Terhindarlah diri kita dari apa yang disebut sebagai orang-orang munafik yakni berat dalam melaksanakan shalat Isya dan juga shalat Subuh.

Adab yang kedua diantara adab-adab Sunnah dalam mengarungi Ramadhān kita adalah:

⑵ Menyegerakan Berbuka
Berbuka adalah moment-moment emas, di mana kaum muslimin menghilangkan dahaganya dan di sini Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لاَ يَزَالُ النّاَسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ.
_”Tidaklah manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri (Fat-hul Bāri IV/198, nomor 1957), Shahīh Muslim (II/771, nomor 1098), Sunan At-Tirmidzi (II/103, nomor 695).

Karena keberkahan selain hadir di akhir waktu sahur di sana pun ada di moment-moment berbuka karena itu adalah nikmat dari Allāh. Maka tidak layak bagi kita untuk menunda-nundanya, segerakan berbuka jangan sampai berpikir bahwa semakin lama berpuasa semakin banyak pahalanya. Tidak layak demikian.

Adab yang ketiga yakni:

⑶ Berbuka dengan Kurma
Berbuka dengan kurma in syā Allāh ini telah menjadi pengetahuan umum bagi kita akan Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalamnya. Disebutkan dalam hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki runtutan.

Prioritas pertama beliau berbuka dengan Ruthab atau kurma basah, kalau tidak didapati maka dengan Tamr (kurma kering) kalau tidak didapati baru kemudian dengan air. Di zaman sekarang in syā Allāh sudah kita dapati banyak kurma, baik itu Ruthab ataupun Tamr, bahkan kita pun sudah dapati bagaimana kurma ini masuk dalam berbagai jenis minuman mulai dari infus water dan lain sebagainya. Maka pergunakan ini!

Berikutnya poin yang keempat diantara adab-adab Sunnah dalam puasa adalah:

⑷ Tidak Melupakan Doa Saat Berbuka
Inilah moment-moment spesial, bagaimana ketika kita akan berbuka di situ kita banyak-banyak bermunajat kepada Allāh Azza wa Jalla.

Maka celakalah orang yang berpikir untuk ngabuburit, ia menyia-nyiakan waktu emas, dia menyia-nyiakan momentum spesial untuk berpuasa, ia menyia-nyiakan momentum spesial untuk berdoa bermunajat kepada RabbNya tentang segala hajat dunia maupun akhirat.

Gunakan ini untuk berdoa!

Maka di antara hikmah ketika di zaman sekarang ada pembatasan sosial, ada lockdown, ada berbagai macam kendala, dianjurkan sosial distancing, physical distancing, ini adalah ibrah bagi kita semua, agar kita lebih khusyuk lagi berdoa menjelang berbuka.

Hingga nanti kita akan dapati banyak diantara kaum muslimin di segala penjuru dunia ketika menunggu adzan akan menengadahkan tangannya ke langit dengan berdoa segala kekhusyukan hati. Berdoa dengan penuh kekhusyukan hati.

Dan adab yang kelima, adab yang terakhir dinukilkan oleh syaikh Utsaimin rahimahullāh adalah:

⑸ Memperbanyak amalan-amalan Sunnah
Memperbanyak ibadah secara umum seperti membaca Al-Qur’ān, shalat sunnah, berdzikir dan bersedekah. Khusus poin sedekah ini menjadi kesempatan kita untuk berbagi.

Berbagi kepada sesama kita, di moment-moment yang mungkin sulit, di moment-moment mungkin banyak orang membutuhkan, maka berbagi untuk tak’jil berbagi untuk ifthar in syā Allāh ini yang terbaik untuk kita semua.

Semoga Allāh menjaga kita dan menjadikan diri kita sebagai pribadi yang dapat memanfaatkan momentum Ramadhān ini apapun keadaannya dengan semaksimal kemampuan kita semua.

آخر الكلم و آخر دعوانا ان الحمدلله رب الـعـالـمـيـن ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
BimbinganIslam.Com
Senin, 25 Sya’ban 1443 H/ 28 Maret 2022 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, M.Ag
Kitāb Majalis Syahri Ramadhān (مجالس شهر رمضان) Mendulang Faidah Ilmu di Bulan Ramadhān Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Halaqah 13 : Adab Yang Sunnah Ketika Berpuasa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH : Edisi Khusus Ramadhan 1443-2022
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 01 april 2022 / 29 sya’ban 1443
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org