السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحبه و من والاه و لاحول ولاقوة الابالله أما بعد

Para pemirsa.

Ramadhān adalah bulan yang sangat istimewa. Paling istimewa di antara 12 bulan yang ada. Di dalam Ramadhān ada 10 hari terakhir yang lebih istimewa lagi. Sehingga kondisi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam beramal berbeda dengan 20 hari di awal Ramadhān.

Selama Ramadhān Nabi beramal jauh berbeda dibandingkan dengan di luar Ramadhān. Tapi di 10 hari yang terakhir, Nabi lebih sangat berbeda lagi dalam beramal dibandingkan 20 hari awal bulan Ramadhān.

Seperti disampaikan oleh Aisyah radhiyallāhu ‘anhā istri Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
_”Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhān Beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”_

⑴ Beliau mengencangkan sarungnya (شَدَّ مِئْزَرَهُ).
Para ulama mengatakan maksudnya adalah qiyasan dari menjauhi istri-istrinya agar lebih konsentrasi dalam beribadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhān.

Secara umum semua bentuk ibadah. Baik dzikir, wirid, membaca Al Qur’ān kemudian infaq shadaqah dan kebaikan-kebaikan lain di bulan Ramadhān. Jadi lebih dikencengkan lagi pada 10 hari terakhir bulan Ramadhān.

⑵ Menghidupkan malamnya (وَأَحْيَا لَيْلَهُ).
Menghidupkan malamnya dengan segala macam ibadah, terutama qiyamul lail dan qira’atul Qur’ān serta dzikir-dzikir (wirid).

Bukan semata-mata mengkhususkan untuk shalat malam, tetapi menghidupkan malam secara umum dengan qiyamul lail, dengan qira’atul Qur’ān, wirid dan dzikir, berdoa, banyak beristighfar. Ini semua contoh menghidupkan malam.

Lebih banyak menghidupkan malam dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya.

⑶ Membangunkan keluarganya (وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ).
Ini termasuk bentuk perhatian kepada keluarga agar mereka tidak kehilangan kesempatan 10 hari terakhir bulan Ramadhān.

Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhān ini tensi amal Nabi meningkat. Sehingga di 10 hari yang terakhir ini Beliau mengerjakan i’tikaf yaitu upaya untuk memutus hubungan dengan keramaian dengan makhluk, sehingga bisa lebih konsen bersama dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

I’tikaf syaratnya adalah berada di masjid.

Waktunya bisa dilakukan setelah shalat Subuh atau setelah shalat Maghrib sampai malam lebaran (akhir Ramadhān). Dan tidak boleh keluar dari masjid kecuali ada hajat khusus yang tidak bisa dipenuhi di dalam masjid. Contohnya hajat untuk buang air, hajat untuk mandi. Adapun sekedar keluar untuk menjenguk orang sakit atau ziarah maka ini tidak diperbolehkan, karena i’tikaf konsen di dalam masjid.

Akan tetapi sangat disayangkan, kita saat ini berada di tahun-tahun wabah dan Ramadhān kita berada di bulan-bulan wabah.

Akan tetapi jangan khawatir, yang penting bagaimana kita memiliki niat yang lurus. Karena sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menilai seseorang dari kebiasaannya. Orang yang bisa shalat berjama’ah ke masjid atau orang yang bisa melakukan puasa dengan baik, kemudian ketika ada udzur maka Allāh memberikan pahala sebagaimana kebiasaannya. Karena udzur ini adalah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kita akan dilihat (dinilai) dengan sebagaimana kebiasaan yang ada.

Sehingga pada sepuluh yang terakhir jangan sampai Anda sia-siakan waktu Anda. Waktu Anda adalah emas bagi Anda. Detik-detik Anda menentukan kehidupan Anda. Dan bagi pedagang akhirat, inilah puncak hari-hari untuk memaksimalkan amal.

Semoga Allāh betul-betul memberikan taufik kepada kita sehingga di 10 terakhir bulan Ramadhān, khususnya malam-malamnya, agar tidak kita lewatkan untuk yang sia-sia. Karena ini adalah detik-detik untuk meraih kejayaan sebagai pedagang akhirat.

Terlebih di 10 hari terakhir ada lailatul qadr, yang Allāh letakkan di antara malam-malam 10 terakhir. Yang kebaikannya adalah 1000 bulan lebih baik jika dibandingkan di luar bulan Ramadhān. Yang beramal di malam lailatul qadar lebih utama daripada 1000 bulan.

Semoga taufik Allāh mengiringi kita. Jangan lupa banyak berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan jangan kehilangan kesempatan emas di 10 terakhir bulan Ramadhān.

Persiapkan lebih baik dengan ilmu Anda, hati Anda dan doa Anda.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و سلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____
BimbinganIslam.Com
Selasa, 10 Ramadhan 1443 H/ 12 April 2022 M
Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA
Kitāb Majalis Syahri Ramadhān (مجالس شهر رمضان) Mendulang Faidah Ilmu di Bulan Ramadhān Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Halaqah 24 : Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhān
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH : Edisi Khusus Ramadhan 1443-2022
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 12 april 2022 / 11 ramadhan 1443
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org