الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان
Tafsir Surat Al Kautsar
Kita lanjutkan tafsir Juz’amma. Kita akan membahas surat Al Kautsar. Surat ini adalah salah satu surat yang terpendek, terdiri atas 3 ayat.
Para ulamā khilaf (berbeda pendapat) tentang surat ini, apakah surat ini surat madaniyyah atau makkiyyah.
Kenapa dikatakan surat makkiyyah?
Karena surat ini sebab (nuzul) turunnya adalah adanya cercaan orang-orang kāfir Quraisy kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Allāh buka firman-Nya dengan:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
” Sesungguhnya kami telah memberikan kepada engkau Al Kautsar.”
Dan sering saya ucapkan bahwasanya diantara metode bahasa Arab untuk menunjukan pengagungan adalah digunakan kalimat “kami” (إِنَّا), tidak menunjukan Allāh itu ganda, tidak!
Dan ini merupakan uslub (metode) dalam bahasa Arab. Jangan kita dengar perkataan orang-orang Nasrani yang tidak mengerti tentang bahasa Arab. Seandainya إِنَّا itu maknanya Allāh itu ganda maka orang-orang musyrikin sudah akan mencerca Nabi.
Tapi orang-orang musyrikin, mereka ahli bahasa Arab, mereka tidak pernah mencela, seperti mengatakan:
“Loh, Tuhanmu banyak? Karena kamu mengatakan إِنَّا أَعْطَي .”
Mengapa demikian?
Karena mereka paham bahwa kata “kami” itu maksudnya pengagungan. Dan ini juga digunakan dalam bahasa Indonesia.
Tatkala kita ceramah, kita bilang, “Kami telah melakukannya,” padahal “saya” maksudnya.
“Kami” adalah untuk pengagungan, karena Allāh mengatakan:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد*
” Katakanlah Allāh Maha Esa.”_
Sehingga:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Artinya: ” Kami telah memberikan engkau (wahai Muhammad), Al Kautsar.”_
Surat ini intinya adalah untuk pemulyaan terhadap Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Al Kautsar berasal dari wazan فَوْعَلْ.
Sebagian ulamā mengatakan, seperti disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Katsīr, al kautsar diambil dari kalimat katsrah (banyak). Jadi al kautsar maknanya adalah “kebaikan yang banyak”, kebaikan yang banyak secara umum.
Pendapat kedua mengatakan, secara khusus al kautsar adalah sungai di surga,karena banyak hadīts menunjukan akan hal ini.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ فَقُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ
Dari Anas, ia berkata:
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah terdiam kemudian Rasūlullāh bangun sambil tertawa.._ Maka para shahābat bertanya: “Apa yang membuat engkau tertawa, wahai Rasūlullāh?” Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
” Baru saja turun kepadaku suatu surat.”
(Lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membacakan surat ini, Kautsar)
Kemudian beliau berkata: “ Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?”
Para shahābat berkata: “ Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
” Ia adalah sungai yang Allāh janjikan untukku… (dst).” (HR Muslim)
Disebutkan dalam riwayat yang lainnya, sungai tersebut mengalir diatas “yaqut wal marjan”. Jadi di bawahnya bukan pasir melainkan mutiara dan permata.
Kemudian sungai tersebut mengalirnya bukan di dalam lubang tetapi di atas.
Para ahli tafsir menyebutkan perkataan salaf, bahwasanya “anharu jannah tajri min ghairi uhdud” (sungai-sungai di surga itu mengalir tanpa ada lubang, mengalirnya diatas tanpa lubang). Ini adalah perbedaan sungai di dunia dengan sungai akhirat.
Kemudian di samping-sampingnya ada emas dan perak, ini ciri sungai al kautsar.
Kemudian dalam hadīts yang shahīh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan bahwa dari sungai al kautsar tersebut ada aliran yang menuju al haudh (danau/telaganya) Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan telaga Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada madu.
Kemudian di dalam telaga tersebut banyak cangkir-cangkir yang jumlahnya seperti bintang di langit, bercahaya. Barangsiapa yang minum dari telaga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka dia beruntung.
Semoga kita termasuk orang-orang yang minum dari telaga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Karena Nabi menyebutkan, ada sebagian umatnya yang datang menuju ke telaga, kemudian diusir, kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ لِي رِجَالٌ مِنْكُمْ، ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أَصْحَابِي، فَيُقَالُ لِي: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku akan mendahului kalian di al haudh. Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata:
” Yā Allāh, mereka adalah orang yang saya tahu yā Allāh”
(Dalam riwayat lain: “Umati…… umati, ” mereka adalah umat-umatku.)
Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
” Wahai Muhammad, engkau tidak tahu yang mereka lakukan setelah kematianmu, sungguh mereka telah merubah dan telah mengadakan penggantian dan perubahan.”
(Hadīts shahīh Ahmad 4180 dan Bukhāri 6576)
Ini adalah dalīl yang sangat kuat bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah Beliau meninggal dunia.
Oleh karenanya pernyataan orang-orang ahli khurafat yang menyatakan bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih bergentayangan ruhnya atau bisa keluar dari kuburannya ini semua adalah khurafat.
Kalau jasad Nabi masih bisa keluar bahkan ikut acara maulid Nabi bahkan dikatakan jika ada 10 acara maulid maka Nabi hadir pada semuanya, dari mana seperti ini?
Jika demikian berarti Nabi tahu ada perubahan-perubahan di alam semesta setelah beliau meninggal. Beliau tahu Si Fulan jadi munafik, Si Fulan jadi kafir.
Padahal Allāh mengatakan:
” Engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan setelah engkau meninggal, wahai Muhammad.”
Tapi mereka (ahli khurafat) mengatakan bahwa Nabi tahu. Bahkan pendiri thariqat tijaniyyah (Ahmad At Tijani) mengatakan pernah ngobrol dengan Nabi dan mengambil ilmu langsung dari Nabi setelah Nabi meninggal dunia. Bahkan sebagiannya mengatakan bukan hanya dengan ruh Nabi tapi bahkan dengan jasad Nabi.
Seperti ada orang “bahlul” dari Banjarmasin yang mengatakan bahwa dia datang ke masjid Nabawi (tahun 2000 an), tiba-tiba kuburan nabi bergoyang dan nabi keluar kemudian mencium lutut dia. Ini adalah orang bahlul, yang membenarkan dia juga lebih “bahlul”.
Bagaimaimana Nabi bisa keluar? Kubur Nabi ditutup dengan tiga tembok kemudian tembok besi hijau yang terakhir.
Kemudian banyak askar, kalau kuburan Nabi goyang pasti akan terjadi kehebohan tingkat dunia.
Ini adalah orang khurafat dan pengikutnya lebih khurafat lagi dari pada dia.
Kalau Nabi tahu masa depan setelah Beliau meninggal, kenapa para shahābat waktu terjadi khilaf diantara para shahābat, mereka tidak datang ke kuburan Nabi dan mengatakan:
” Wahai Rasūlullāh, ada khilaf antara Muawiyyah dan Ali, bagaimana solusinya, wahai Rasūlullāh?”
Tidak ada!
Tidak ada dalam sejarah para shahābat ngobrol bersama Nabi (setelah beliau meninggal) untuk mencari solusi, tidak ada! Namun orang-orang membuat khurafat, membuat thariqat, mengatakan dapat ilmu langsung dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dapat dzikir khusus dari Nabi.
Subhānallāh.
Dzikir yang Abū Bakar, Umar, Utsmān, Ali tidak mengetahui akan tetapi ini orang “bahlul” tahu, Subhānallāh.
Demikianlah kebodohan yang ditunggangi kebodohan dan orang-orang pun mengikuti kebodohan tersebut.
Dilariskan dengan jaminan-jaminan tertentu dengan khurafat-khurafat tertentu dengan kesaksian-kesaksian tertentu maka laku, Kenapa?
Karena Jīn berperan.
Sebagaimana Nabi Muhammad (tidak tahu yang akan terjadi), Nabi Isā pun demikian.
Allāh sebutkan dalam Al Qur’ān, Allāh mengatakan:
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ
” Wahai Isā apakah engkau pernah memerintahkan kepada murid-muridmu untuk menjadikan engkau dan ibumu sebagai Tuhan selain Allāh? ” (QS Al Maidāh: 116)
Nabi Isā mengatakan:
” Tidak Yā Allāh, tidak pernah saya mengatakan demikian.”_
Kata Nabi Isa:
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنْتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيد
” Wahai Allāh tatkala saya masih hidup, saya menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan, tetapi setelah saya meninggal dunia engkau yang menjadi saksi.” (QS Al Maidāh: 117)
Ini nabi Isā, tatkala beliau meninggal dunia, beliau tidak tahu apa-apa tentang umatnya,
Bagaimana orang mengatakan, bahwa wali yang sekarang sudah meninggal, dia tahu apa yang kita lakukan. Oleh karenanya kita beristighasah kepada wali: “Wahai wali Fulān, wahai sunan Fulān!”
Nabi Isā saja tidak tahu yang terjadi dengan umat ini, begitu pula Nabi Muhammad, lalu bagaimana wali-wali mengetahui apa yang terjadi sekarang? Kemudian kita meminta tolong kepada dia, dimana otak kita untuk berpikir?
Jadi kautsar adalah sungai yang Allāh berikan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Sungai yang sangat indah. Kemudian dari alirannya mengalir menjadi danau, telaga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang barangsiapa telah minum dari telaga tersebut maka dia telah beruntung.
Kemudian, kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
” Shalātlah hanya untuk Rabbmu dan sembelihlah hanya untuk Rabbmu.”
⇒ Ini dua ibadah yang sangat agung yang sering Allāh gandengkan, antara shalāt dengan menyembelih, dua-duanya merupakan bukti tauhīd.
Allāh mengatakan, “Fashalli lirabbika (shalātlaha hanya untuk Allāh), wānhar lirabbika kadzalik (demikian pula sembelihlah hanya untuk Allāh saja).”
Oleh karenanya ketika kita menyembelih kita mengatakan, “Bismillāh,” hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dalam ayat yang lain Allāh mengatakan:
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
” Sesungguhnya shalātku dan sesembelihanku hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
(QS Al An’am: 162)
Oleh karenanya, barangsiapa yang menyembelih kepada selain Allāh maka dia terjerumus kedalam kesyirikan.
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
لَعَنَ اللهُ مَن ذَبَحَ لِغَيرِ الله
” Allāh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
(Hadīts riwayat Muslim)
Barangsiapa yang menyembelih untuk jīn, wali, sunan, penunggu gunung, nyi roro kidul, maka dia telah melakukan kesyirikan.
Penyembelihan hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Oleh karenanya, luar biasa ketika kita berhaji, seluruh orang menyembelih hewan untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Tatkala haji, tauhīd sangat nampak. Nanti sepulang haji sebagian orang kembali lagi melakukan kesyirikan.
Antum lihat, bagaimana jalan dari Mekkah menuju Madīnah sepanjang 400 km lebih. Pemerintah Saudi banyak membelah gunung untuk dijadikan jalan. Bahkan di Mina, gunung dilubangi menjadi terowongan. Tidak ada satu telurpun yang dipecahkan dalam rangka untuk menjaga gunung, tidak ada!
Akan tetapi di Indonesia, baru membuat jembatan sudah memerlukan 8 ekor kambing. Membangun rumah perlu 3 ekor ayam untuk disembelih. Bagimana bila melubangi gunung, perlu berapa kerbau? Ini lah kenyataan yang ada ditanah air kita.
Oleh karenanya Allāh mengatakan, “Fashalli lirabbika (sembahlah Allāh saja/sujudlah kepada Allāh saja).” Dan, “Wānhar (dan menyembelihlah hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla).”
Kemudian, kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
” Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, mencelamu dialah yang telah terputus.”
Dengan dasar ayat inilah sebagian ulamā mengatakan bahwasanya surat ini adalah surat makkiyyah.
Karena disebutkan sebagian orang-orang Quraisy tatkala anak Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang bernama Qassim meninggal dunia, yang menunjukan nabi tidak punya keturunan laki-laki, maka mereka mengatakan, “Selesai urusan, Nabi abtar (terputus).”
Karena seorang tidak mungkin jaya kecuali kalau punya anak banyak. Dia akan meneruskan perjuangan bapaknya. Ternyata anak Nabi yang laki-laki semuanya meninggal dunia maka mereka mengatakan, “Muhammad akan selesai urusannya.”
Kata Allāh: “Innā syāniaka huwalabtar (dia yang mencela yang akan terputus).”
Lihatlah bagaimana Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sekarang namanya indah. Semua orang menyebutnya dan tidak pernah berhenti sebutan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam diatas alam dunia ini.
Setiap saat ada orang shalāt, setiap saat ada orang bershalawat, setiap saat dikumandangkan adzan selalu ada: “Asyhadu alā ilaha illallāh wa asyhadu anna Muhammadarasūlullāh.” Setiap detik tidak ada penyebutan Nabi yang hilang, akan selalu ada disebut Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Allāh tinggikan.
Sedangkan orang-orang pencela nabi Muhammad sudah hilang, hilang dalam sejarah, tidak ada yang kenal. Dan ini adalah bentuk pemuliaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In syā Allāh besok kita lanjutakan tafsir surat yang lain.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته