الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته

Berikutnya, di antara penyimpangan dalam tauhīd rububiyyah yaitu meyakini adanya tuhan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Yang pertama yang mengakui dia adalah tuhan selain Allāh adalah Namrud yang Allāh abadikan kisahnya dalam Al Qurān.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ

“ Tidakkah kau perhatikan wahai Muhammad, tentang orang yang mendebat Ibrāhīm tentang Tuhannya, tatkala dia telah diberikan oleh Allāh kerajaan. 

Ketika Ibrāhīm mengatakan: 

 “Tuhanku adalah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan.” 

Orang tersebut berkata:”Aku dapat menghidupkan dan mematikan.” 

Ketika Ibrāhīm berkata: 

“Sesungguhknya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menerbitkan matahari dari arah timur, maka terbitkanlah dia dari barat.”

Lalu heran dan terdiamlah orang kāfir tersebut. (QS Al Baqarah: 258)

Orang ini adalah Namrud, dia mengaku dirinya sebagai tuhan.

Fir’aun juga demikian, mengaku sebagai tuhan.

Namrud mengingkari adanya Allāh, dia adalah tuhan, dia ini sombong. Dia mengaku tuhan karena sombong.

أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ

” Karena telah diberi kekayaan.”_

Orang jika diberi kekayaan, dia akan sombong. Terus diberi kerajaan, dia lebih sombong lagi, terutama jika kerajaannya bertahan lama.

Disebutkan Namrud berkuasa sampai 400 tahun lebih, sehingga dia merasa dialah tuhan, tidak mati-mati. Dia lupa bahwasanya dia dulu tidak ada, kemudian kecil, sekarang jadi tuhan.

Bagaimana ceritanya?  Kenapa? Karena kesombongan.

Makanya hati-hati bahwasanya kekayaan itu bisa bikin sombong.

Ini sangat mungkin dan kalau tidak mengimbanginya dengan keimānan, maka seorang yang kaya raya sangat mudah terjerumus dalam kesombongan.

Saya sering sampaikan hadīts tentang seorang yang diazab, ditenggelamkan, dalam bumi, gara-gara memakai dua pakaian yang sombong.

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Dahulu Ketika ada seseorang yang berjalan dan ia merasa bangga dengan mantelnya yang indah, tiba-tiba bumi beserta isinya ditenggelamkan, dan diapun ikut terbenam ke dalam perut bumi sembari meronta-ronta hingga hari kiamat nanti.”

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 3895)

Dia sombong dengan dua pakaiannya, Allāh tenggelamkan dalam bumi.

Pakaian saja bikin sombong apalagi mobil. Mobil bisa bikin sombong apalagi rumah, apalagi jabatan bisa bikin sombong.

Lihat ini, saking sombongnya karena dia raja dan berkuasa ratusan tahun, kekuasaannya luas maka diapun mengaku sebagai tuhan.

Waktu Nabi Ibrāhīm menyatakan mempunyai Tuhan, dia mengingkari:

“Sapa tuhanmu?”

Dia tanya: “Apakah ada tuhan selain saya?”

Maka nabi Ibrāhīm berkata:

…. رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ….

“Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan.” (QS Al Baqarah: 258)

Ini terjadi debat/dialog. Nabi Ibrāhīm mendatangkan dalīl, Tuhan itu adalah zat yang menghidupkan dan mematikan maka raja Namrud, dia mengatakan:

أَنَا أُحْيِ وَ أُمِيتُ

“Saya juga bisa menghidupkan dan mematikan.”

Bagaimana caranya?

Ternyata dia bilang, “Ada dua, saya sudah vonis mati yang satunya tetap saya matikan, yang satunya saya maafkan maka saya hidupkan.”

Yang dimaksudkan mematikan itu apa? Yang sudah mati dihidupkan. Bukan satunya divonis mati, dimaafkan yang satunya.

Akhirnya nabi Ibrāhīm pindah pada debat berikutnya.

Kata nabi Ibrāhīm  ‘alayhissalām:

فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ

“Tuhanku telah mendatangkan matahari dari timur (menerbitkan matahari dari timur), maka datangkalah matahari dari arah barat.” (QS Al Baqarah: 258)

…. فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ….

“Maka dia terdiam.” (QS Al Baqarah: 258)

Maka dia terdiam, tidak bisa berbicara. Karena konsekwensi dari tuhan ini punya sunatullāh. Berarti Tuhan yang mengatur alam semesta, Tuhan yang mengatur sunatullāh, yaitu aturan alam semesta.

Jika dia Tuhan, dia harus bisa merubah aturan

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menerbitkan matahari dari timur menuju barat. Karena Allāh adalah Tuhan maka Allāh bisa rubah nanti suatu hari tatkala hari kiamat.

Allāh rubah aturan sunatullāh. Sunatullāh bisa dirubah. Oleh karenanya diantara dalīl tentang kenabian para nabi, adanya mu’jizat.

Mu’jizat sebenarnya apa?

Mu’jizat sebenarnya perubahan aturan, perubahan aturan sunatullāh.

Contohnya:

√ Seperti api yang harusnya membakar menjadi membuat dingin.

Ini perubahan aturan. Tatkala Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dilempar di lautan api maka Allāh berfirman:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ

“Wahai api jadilah kau dingin dan keselamatan bagi Ibrāhīm.” (QS Al Anbiyā’: 69)

Jadi Allāh yang merubah aturan alam tersebut. 

Maka Nabi Ibrāhīm menantang Namrud, “Kalau kau memang tuhan, coba kau ubah aturan ini.” Ternyata dia tidak bisa, maka dia bukan Tuhan.

⇒Diantaranya yang mengaku sebagai Tuhan adalah Fir’aun.

Kata para ulamā, bahwasanya yang paling tahu bahwa Fir’aun adalah pendusta adalah dirinya sendiri.

Kenapa dia mengaku sebagai tuhan, sementara dia penuh kekurangan.

Dia lapar, dia haus, kemudian dia buang air, dia sakit, kemudian dia mengaku sebagai tuhan, itu hanyalah kesombongan.

Akhirnya diapun ditenggelamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Telah dijelaskan oleh para ulamā.

Dan Allāh sebutkan:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا

“Mereka mengingkarinya (mu’jizat-mu’jizatnya Nabi Mūsā ‘alayhissalām),  padahal hati-hati mereka meyakini, karena kezhāliman dan kesombongan.” (QS An Naml: 14)

Oleh karena itu ketika Nabi Mūsā datang menemui Fir’aun, Nabi Mūsā berkata:

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

“(Nabi Mūsā mengatakan) sesungguhnya kau telah tahu tidak ada yang menurunkan mu’jizat ini kecuali pemilik langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku mengira kami, hai Fir’aun, seorang yang binasa.” (QS Al Isrā’: 102) 

Nabi Mūsā tidak bohong, dia berkata, “Sungguh engkau sudah tahu.”

Berarti Fir’aun sudah tahu kalau ada Tuhan, tapi karena dia sombong saja membuat dia nekat mengatakan:

أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَىٰ

“Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi.” (QS An Nāziāt: 24)

Sampai sebagian orang mengatakan bahwa iblīs saja tidak berani mengatakan demikian. Iblīs mengaku bahwa Tuhan Allāh adalah Tuhannya.

Iblīs mengatakan:

خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ

“(Ya Allāh) kau ciptakan aku dari api.”_ (QS Al A’rāf: 12)

Iblīs mengaku Allāh sebagai Tuhan. 

Firaun tidak, Fir’aun ngeyel, sampai nantang Nabi Mūsā sampai mengatakan:

{وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ} (٣٦) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ……(٣٧)

“Dan berkata Fir’aun, hai Hāmān, bangunkan bagiku sebuah bangunan tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. Yaitu pintu-pintu langit, supaya aku bisa melihat Tuhan Mūsā ……”_

(QS Ghāfir: 38-39)

Dia ingin membuktikan, bahwasanya tidak ada Allāh, tidak ada Tuhan.

مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ

“Tidak ada tuhan selain aku bagi dirimu.”  (QS Al Qashash: 38)

Karena saking sombongnya, padahal dia tahu dia adalah pendusta.

• Di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah, yaitu meyakini adanya tuhan selain  Allāh. 

Adanya tuhan selain Allāh banyak, seperti meyakini Sidharta Gautama sebagai tuhan.

Sidharta Gautama ini, kalau kita baca sejarahnya dia adalah dulunya orang terpandang. Kemudian meninggalkan segala kekayaan. Kemudian menjadi orang yang bijak. Akhirnya mengajarkan akhlak dan lain-lainnya, sehingga banyak muridnya tapi dia tidak pernah mengaku sebagai tuhan.

Oleh karenanya, ada risalah ditulis oleh orang Thailand di Universitas Madīnah, risalah S3 kalau tidak salah, menjelaskan Budha Sidharta Gautama ini tidak pernah mengaku sebagai tuhan dan tidak pernah disembah oleh para shahābatnya. Itu bi’dah muncul belakangan.

Dia tidak pernah mengaku mencipta, dia tidak pernah menciptakan seekor lalat, dia tidak pernah mengaku menciptakan langit dan bumi, tidak pernah itu. Itu belakangan baru muncul, baru diyakini oleh pengikut-pengikutnya. Belakangan Sidharta Gautama adalah tuhan yang berhak disembah padahal dia tidak pernah mengaku demikian.

Dia hanya mengadakan pengolahan-pengolahan tubuh, sehingga mencapai derajat seorang yang sangat mulia. Namun dia tidak pernah mengaku sebagai tuhan.

 

Bersambung ke bagian 6, in syā Allāh.


BimbinganIslam.com
Rabu, 24 Rajab 1438 H / 21 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA حفظه الله
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 5 dari 13)