Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata:

” Datangnya manusia ke telaga Nabi dan minum darinya pada hari dahaga yang dahsyat, sesuai dengan kedatangan mereka (di dunia)  kepada sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan meminum (mengambil) darinya, barangsiapa yang mendatanginya, mengambil darinya dan memuaskan (diri dengannya), dia Akan mendatangi diakhirat kelak telaga beliau Dan meminum sepuasnya. 

Beliau shalallahu’alaihi wasallam memiliki dua telaga yg sangat agung (besar) :

  1. Telaga didunia, yaitu sunnah beliau dan apa yg dibawanya (Islam).
  2. Dan telaga di akhirat.

Maka orang-orang yang meminum (mengambil)  dari telaga ini didunia, merekalah yang akan meminum dari telaga beliau pada hari kiamat, maka ada orang yang bisa meminum dan ada yang terhalang,  ada yangg meminum sedikit dan ada yang meminum banyak”.
( ijtima’ al-juyuusy islamiyah ‘ala harbi al mu’ththilah, hal. 75 )

Apa yg dikatakan Imam Ibu Qoyyim rahimahullah menunjukkan akan keagungan dan kemulian berpegang Teguh dengan sunnah nabi, karena yang demikian itu merupakan sebab utama untuk mendapatkan kemulian di akhirat kelak untuk meminum dari telaga nabi yang mulia, airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu.

Adapun pencetus dan pelaku bid’ah akan terhalang dan diusir dari telaga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits  shohih.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ : إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي ) .

رواه البخاري ( 6212 ) ومسلم

…” Sesungguhnya aku yang mendahuli kalian berada dipinggir telaga, siapa yang melewati niscaya akan meminum, barangsiapa yang minum tidak akan dahaga selamanya, Kemudian akan datang kaum/sekelompok aku mengenal mereka dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antaraku dg mereka, aku katakan: mereka dari (umat)ku, lalu dikatakan: engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, lalu aku katakan: celaka,  celaka bagi orang yang mengada-ngada sepeninggalku”.

( H.R. Bukhari (6212) dan Muslim (2290).)

Semoga Allah memuliakan kita dengan berpegang Teguh kepada sunnah dan diselamatkan dari berbuat bid’ah,  amiiin.


Muhammad Nur Ihsan, hafidzahullah. 
Jember, 7 Dzulqa’dah 1438/ 9 Agustus 2017.