الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته

أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ ، وَنَسْتَعِينُهُ ، وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي ولا رسول بعده صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه الى يوم الدين. أما بعد :  

Ikhāniy wa akhawātiy Filāh…..

Pembahasan kita kali ini adalah tentang 7 hal yang diambil dari penggalan hadīts Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu dalam As Shahīhain (Shahīh Bukhāri dan Muslim).

Sebagai muqadimah di antara amal shālih (amal kebaikan), ada yang pahalanya kecil, sedang dan besar , sesuai dengan kepentingan amal tersebut dan manfaat yang ditimbulkannya. Makin penting dan makin bermanfaat dia, maka makin besar juga pahalanya.

Demikian pula dosa. Dosa juga begitu ada dosa kecil, sedang dan besar, sesuai dengan kerusakan yang ditimbulkannya. Dan juga ditinjau dari sejauh mana manusia ini memiliki bukan “alasan” (sebetulnya tidak ada alasan untuk berbuat dosa), mungkin bahasa yang tepat adalah: apa sih yang mendorong dia untuk berbuat dosa.

Ketika faktor pemicunya sangat lemah maka justru dosa itu lebih besar di sisi Allāh kalau seandainya melakukan.

Sebaliknya ketika faktor pemicunya kuat maka dosanya ringan.

Di antara dosa-dosa yang sangat besar yang dikategorikan sebagai al mūbiqat (yang membinasakan), malapetaka yang sangat berbahaya bagi pelakunya itu ada 7 kata Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Apakah ketujuh dosa itu? 

Simaklah hadīts yang diriwayatkan oleh shahābat Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhum, bahwasanya nabi (Shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ “. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَالشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ “.

” Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan.”_ 

_Para sahabat bertanya:_

_”Ya Rasūlullāh, apa saja tujuh dosa besar yang membinasakan itu?”_

_Nabi menjawab:_

_” Menyekutukan Allāh, sihir, membunuh jiwa yang Allāh haramkan tanpa alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinahan.”_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6351, versi Fathul Bari nomor 6857, Muslim nomor 129, versi Syarh Muslim nomor 89)

Perbuatan syirik (menyekutukan Allāh) Sihir Membunuh orang yang harām untuk dibunuh Makan riba Memakan harta anak yatim Lari dari medan perang karena takut Melontarkan tuduhan zina kepada wanita-wanita yang menjaga kehormatannya (yang berimān)

Ini secara garis besar 7 (tujuh)  dosa yang dianggap oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai dosa yang membinasakan, sangat besar bahayanya.

Tujuh di sini bukan batasan, perlu dipahami bahwa dosa-dosa yang besar yang membinasakan tidak hanya 7 (tujuh).

Jika seseorang mengatakan, “Jauhilah lima hal,” apakah hanya 5 hal yang harus kita jauhi?

Tentunya tidak, tetapi yang 5 (lima) atau 7 (tujuh) ini adalah sebagian dari yang harus dijauhi.

Kalau kita lihat dari dalīl-dalīl yang lain masih ada dosa-dosa yang mungkin lebih dari sebagian yang disebut di sini. Namun yang ditekankan dalam hadīts ini adalah sebagian dari dosa-dosa yang membinasakan tentunya ada hikmah tersendiri kenapa yang 7 ini disebutkan secara bersamaan.

* Yang pertama | Perbuatan syirik kepada Allāh* 

Syirik adalah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maksudnya adalah tidak menjadikan Allāh satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.

Berarti dia menunjukkan salah satu (cukup salah satu saja) cukup satu di antara sekian banyak sekian macam bentuk ibadah kepada Allāh.

⇒  Ketika seseorang menunjukkan (meniatkan) dalam salah satu amaliyah yang tergolong ibadah dan dia meniatkannya untuk selain Allāh itu namanya dia telah berbuat syirik.

  Nama perbuatannya syirik nama pelakunya musyrik

Kita harus pahami, perilaku syirik sejak zaman jahiliyyah, sejak zaman diutusnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tidak ada seorang musyrikpun yang menganggap selain Allāh, berhala (misalnya), sama hebatnya dengan Allāh dalam semua hal.

Tidak ada orang yang punya keyakinan di zaman itu bahwa berhala mereka sama hebatnya dengan Allāh dalam semua hal, tidak!

Jadi kita harus pahami, koq mereka dibilang musyrik?

Mereka dibilang musyrik bukan karena mereka punya keyakinan (misalnya) bahwa berhala mereka ini memiliki kekuatan supranatural bisa menyelamatkan seseorang yang sedang terhimpit atau dikepung dengan bahaya, tidak!

Atau berhala ini bisa menurunkan hujan dari langit, tidak!

Atau berhala mereka bisa menyembuhkan orang yang sakit, tidak!

Tidak ada juga yang meyakini bahwa berhala mereka bisa memberikan mereka rejeki atau bisa menciptakan atau menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, tidak!

Lalu apakah hakikat syirik itu?

Orang-orang musyrik di zaman Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila ditanya siapa yang menciptakan kalian?

Mereka menjawab hanya satu yaitu, “Allāh.”

Siapa yang memberikan kalian rejeki dari langit berupa hujan dan dari bumi berupa tumbuhan?

Jawaban mereka hanya satu yaitu, “Allāh.”

Siapa yang memberi kalian pendengaran dan penglihatan?

Jawaban mereka hanya satu yaitu, “Allāh.”

Siapa yang mengeluarkan sesuatu yang mati dari yang hidup atau sebaliknya mengeluarkan yang hidup dari yang mati ?

Jawabannya, “Allāh.”

Dan siapa yang mengatur segala urusan, mengatur pergerakan benda di luar angkasa, mengatur kehidupan dengan segala pernak perniknya?

Mereka juga menjawab. “Allāh.”

Lalu kenapa mereka dikatakan musyrik? Bukankah mereka berimān kepada Allāh?

Kalau kita memahami imān kepada Allāh hanya dari sisi itu, maka tidak ada bedanya kita dengan orang-orang musyrik. Orang musyrik zaman dahulu tidak mengingkari Allāh dalam hal-hal yang disebutkan di atas.

Orang musyrik zaman sekarang tentunya lebih parah.

Orang sakit (misalnya), anaknya sakit dan tidak sembuh-sembuh datangnya kemana?

Mereka datang ke dukun.

Orang yang ekonominya tidak bagus datangnya kemana?

Mereka datang ke orang pinter (dukun).

Orang ingin lahannya subur, apa yang dia lakukan? Minta kepada Allāh atau kepada yang lain?

Tentunya minta kepada selain Allāh.

Orang ingin selamat, taruh sesaji, tanam kepala kerbau dan lain-lain. Padahal mereka mengakunya muslim.

Kalau mereka ditanya:

Mending mana orang yang mengaku muslim hari ini tapi melakukan itu semua, dengan orang yang mengaku musyrik di zaman Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam?

Ketika musyrik di zaman Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ditanya dan itu yang menyebutkan pertanyaan serta jawabannya adalah Al Qur’ān.

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

_Katakanlah (Muhammad), ” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allāh”. Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”  (QS Yūnus: 31)

Allāh menjelaskan didalam surat Al ‘Ankabūt :

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

_Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ” Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, “Allāh.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).  (QS Al ‘Ankabūt: 61)

Orang-orang musyrik di zaman Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam jika ditanya: “Siapa yang menciptakan langit dan bumi?” Mereka menjawab, “Allāh.”

Jika mereka ditanya: “Siapa yang menurunkan air dari langit dan menumbuhkan tanaman?” Mereka akan bilang, “Allāh.”

Jadi bukan itu penyebab mereka digolongkan sebagai orang-orang musyrik dan diancam dengan ancaman kekal di dalam neraka.

Penyebab mereka digolongkan sebagai orang musyrik atau kaum musyrikin adalah:

“ Karena mereka tidak mau hanya beribadah kepada Allāh saja.”

Jadi masalahnya di dalam ibadah.

Walaupun tidak menutup adanya perbuatan syirik dalam hal-hal yang tadi kita sebutkan.

Ada orang yang meyakini ada pencipta lain selain Allāh, itu juga termasuk musyrik.

Ada orang yang meyakini ada yang bisa menghidupkan yang sudah mati selain Allāh, itu juga musyrik.

Jadi perbuatan syirik itu, ketika kita bahas di sini, tidak hanya berlaku kepada ibadah. Ada juga syirik dalam hal rububiyyah Allāh, menyamakan Allāh dengan selainnya dalam hal penciptaan atau kekuasaan atau dalam mengatur jagat raya (alam semesta) atau dalam memberi rejeki.

Jika ada yang disamakan dengan Allāh dalam satu hal tadi, maka dia gelari musyrik. Hanya saja yang paling sering terjadi adalah syirik di dalam ibadah. Dan sejak dulu sudah ada.

Syirik di dalam ibadah adalah ketika suatu ibadah kita tujukan untuk selain Allāh walaupun satu macam ibadahnya, walaupun ibadahnya tidak terlihat. Hati-hati !

Wallāhu Ta’āla A’lam.

صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و‌َسَلَم 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 


BimbinganIslam.com

Senin, 20 Dzulhijjah 1438 H / 11 September 2017 M
Ustadz Dr. Sofyan Baswedan, Lc MA
Safari Dakwah | Tujuh Dosa Yang Membinasakan (Bagian 01 dari 06) 


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  

Euromoslim Amsterdam
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam

EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP
Amsterdam,  20 oktober 2017 / 30 moharam 1439
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org