السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba’in An Nawawiyyah.

Saya akan menyebutkan penyimpangan-penyimpangan, baik kekufuran maupun kesyirikan, yang berkaitan dengan tauhīd ar rubūbiyah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang mereka menyimpang dari tauhīd rubūbiyah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Di antara penyimpangan dalam tauhīd ar rubūbiyah adalah:

⑴ Adanya yang mengaku sebagai tuhan.
Ini jelas kekufuran dan tidak dikenal orang mengaku sebagai tuhan kecuali Fir’aun dan raja Namrud, dua-duanya pernah mengaku sebagai tuhan.

Adapun raja Namrud tatkala bertemu dengan Nabi Ibrāhīm ‘alayhissallām dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan dalam Al Qur’ān:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتٰهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ

” Tidakkah engkau memperhatikan *orang / raja Namrud* yang mendebat Nabi Ibrāhīm tentang ke-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena telah memberikan kepadanya pemerintahan (kekuasaan)._
_Ketika Nabi Ibrāhīm mengatakan:_
_“Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.”_
_Diapun berkata:_
_“Aku dapat menghidupkan dan mematikan.”_
_Nabi Ibrāhīm berkata:_
_“Sesunguhnya Allāh menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.”_
_Lalu heran dan terdiamlah orang kafir itu._ (QS Al Baqarah: 258)

Orang ini sombong, tatkala diberi kekuasaan dia lupa diri, sehingga tatkala semua orang tunduk sama dia. Anak buahnya semuanya tunduk sama dia dan apa yang dia ucapkan semuanya dikerjakan, tidak ada yang membantah dia maka timbul dalam perasaanya, dialah Tuhan.

Dia bebas melakukan apa saja, dia lupa diri, sehingga dia merasa dirinya sebagai Tuhan.

√ Dia lupa dia dulu kecil,
√ Dia lupa dia buang air.
√ Dia lupa dia sakit.

Manusia demikian sifatnya.

√ Dia sakit,
√ Dia buang air,
√ Dia kelaparan.

Apakah Tuhan seperti itu?

Namun karena kesombongannya membuat dia lupa diri. Maka dia berdebat dengan Nabi Ibrāhīm.
Nabi Ibrāhīm mengatakan:
رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ
” Tuhanku bisa menghidupkan dan mematikan.”_

Kalau kamu Tuhan, kamu harusnya bisa menghidupkan dan mematikan. Tentunya tidak ada yang bisa menghidupkan dan mematikan, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Namun raja Namrud ini dia ngeles, dia mengatakan, “Saya juga bisa, saya bisa menghidupkan dan mematikan.”

Bagaimana caranya?
Dia memanggil dua orang yang dipenjara, lalu dia mengatakan, “Ini dua-duanya saya hukum mati.” Yang satunya dimatikan, yang satunya dilepaskan (jadi hidup). Itulah menghidupkan dan mematikan.
Namun karena dia ingin mendebat Nabi Ibrāhīm, dia datangkan hujjah seperti itu.

Perdebatan yang berikutnya, Nabi Ibrāhīm tidak membantah, “Ini orang bahlul, biarkan saja lah.” Nabi Ibrāhīm tidak menggatakan, “Bukan itu maksud saya.”
Kemudian Nabi Ibrāhīm mengatakan:
فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ
” Tuhanku Allāh menerbitkan matahari dari Timur.”
فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ
” (Kalau engkau Tuhan) kau harusnya bisa menerbitkan matahari dari barat.”_

Dan ini adalah konsekuensi Tuhan.
√ Tuhan yang mengatur segala alam semesta.
√ Tuhan yang mengatur sebab dan akibat.
√ Tuhan yang mengatur sunnatullāh.

Tatkala Tuhan yang mengatur, Dia (Tuhan) bisa merubah aturan tersebut.
Oleh karenanya Allāh akan merubah aturan tersebut tatkala menjelang hari kiamat. Karena Allāh yang membuat aturan tersebut.

⇒ Allāh yang membuat sebab dan akibat dan Allāh bisa merubah sebab dan akibat.

Api yang harusnya membakar, Allāh rubah menjadi dingin.
Tatkala mereka melemparkan Nabi Ibrāhīm kedalam api, maka Allāh mengatakan:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ

” Wahai api, jadilah kau dingin dan keselamatan bagi Ibrāhīm.”
(QS Al Anbiyyā’: 69)

Kenapa?
Karena Allāh yang menciptakan api, yangvmerupakan sebab untuk membakar. Karena Dia-lah (Allāh) yang menciptakan, Dia (Allāh) bisa merubah aturan tersebut.

Oleh karenanya timbullah yang namanya mu’zijāt-mu’zijāt.
Mu’zijāt artinya apa?
Mu’zijāt artinya perubahan aturan, (misalnya) tiba-tiba air bisa keluar dari tangan manusia. Ini tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya.

Tapi tiba-tiba air bisa keluar dari tangan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Tiba-tiba Nabi (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bisa pergi ke langit, bisa bergerak dalam waktu yang singkat.

Semuanya ini mu’zijāt-mu’zijāt (perubahan aturan), yang Allāh menghendaki perubahan tersebut dan Allāh mampu, karena Dia (Allāh) yang telah membuat aturan.

“Kalau kamu Tuhan, wahai Namrud, harusnya kau bisa merubah aturan, kau bisa menerbitkan matahari dari Barat menuju Timur.”

Kata Allāh:
فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ
” Maka diapun terdiam (binggung) tidak bisa berbicara.”

Kemudian di antara yang pernah mengaku Tuhan adalah Fir’aun.
Fir’aun pun demikian, sebagian ulamā menjelaskan, Fir’aun tatkala mengaku Tuhan bertahap, kerusakannya bertahap.

Sama, tatkala dia diberi kekuasaan, seluruh perkataannya didengar, seluruh perintahnya terjadi, apa yang dia lakukan terjadi, apa yang dia larang tidak dilakukan. Maka timbul kesombongan dalam dirinya, merasa dirinya sebagai Tuhan.

Iblīs menghiasi perbuatannya, iblīs menjerumuskannya dia sedikit demi sedikit.
Pertama kali dia merasa Tuhannya orang Mesir, dia mengatakan:

يَـٰقَوْمِ أَلَيْسَ لِى مُلْكُ مِصْرَ وَهَـٰذِهِ ٱلْأَنْهَـٰرُ تَجْرِى مِن تَحْتِىٓ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

(Fir’aun) berseru, “Wahai kaumku, bukankah ini kerajaan Mesir milik saya ? Dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku. Apa kalian tidak melihat ?”_ (QS Az Zukhruf: 51)

Kata sebagian ahli tafsir, pertama kali Fir’aun, dia mengaku sebagai raja Mesir, bukan raja dunia, bukan Tuhan dunia.

Pertama kali dia mengaku sebagai Tuhan Mesir. Kemudian berjalan, perlahan demi perlahan, syaithān semakin menjerumuskan dia, lama-lama dia merasa adalah Tuhan yang paling top.
Maka dia mengatakan, “Aku adalah Tuhan, aku yang paling top, yang paling tinggi.”

Makanya Allāh mengatakan:

فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلْـَٔاخِرَةِ وَٱلْأُولَىٰٓ

” Maka Allāh mengadzābnya dengan adzāb di akhirat dan adzāb di dunia.”_
(QS Nāzi’āt: 25)

Allāh mengadzāb dia (Fir’aun) gara-gara kekufurannya yang pertama dan yang kedua.

√ Yang pertama mengaku sebagai Tuhannya orang Mesir.
√ Yang kedua mengaku sebagai Tuhan yang paling top (diantara tuhan-tuhan yang lain).

Dan orang yang paling tahu Fir’aun pendusta adalah dia sendiri. Dia yang paling tahu dia itu pendusta.

Dia tahu bahwasannya dia manusia, dia lapar, dia sakit, dia buang air. Dulu dia tidak ada kemudian dilahirkan. Dia tahu bahwasannya dia dulu kecil (tidak bisa apa-apa), dia tahu bahwasannya tubuhnya mulai menua, dia tahu bahwasannya dia bukan Tuhan dan dia tahu dia bakalan mati.
Tetapi karena kesombongan dan kecongkakkan yang membuat dia kemudian mengaku sebagai Tuhan.

Oleh karenanya, Allāh menyebutkan sebenarnya Fir’aun mengaku adanya Allāh.
Dalam dua ayat Allāh sebutkan, ayat yang pertama kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًۭا وَعُلُوًّۭا ۚ

” Mereka (Fir’aun dan para pengikutnya) mengingkari mu’zijāt-mu’zijāt Nabi Mūsā padahal hati-hati mereka meyakini kebenaran Nabi Mūsā.”_ (QS An Naml: 14)

Kenapa mereka mengingkari?
Kata Allāh, karena kezhāliman dan karena kesombongan.
Bahkan tatkala Nabi Mūsā berdialog dengan Fir’aun, Nabi Mūsā mengatakan:

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ

” (Wahai Fir’aun), sungguh kau telah mengetahui, tidak ada yang menurunkan mu’zijāt ini, kecuali pencipta langit dan bumi (kecuali Allāh) sebagai bukti yang nyata.”_ (QS Al Isrā’: 102)

Nabi Mūsā tidak bohong, Nabi Mūsā mengatakan, “Sungguh engkau telah tahu wahai Fir’aun.”
Tapi Fir’aun mengatakan, “Saya tidak tahu (dia sombong).”

وَمَا رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

” Siapa pencipta alam semesta ?” (QS Asy Syu’arā: 23)

Dia pura-pura tidak tahu karena kesombongannya, oleh karenanya tatkala akan meninggal dunia, dia mengucapkan, “Lā ilāha illallāh.”

Allāh mengatakan:

إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

” Tatkala dia akan tenggelam maka dia mengatakan, aku berimān bahwasannya tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali sesembahannya Banī Isrāil (Allāh Subhānahu wa Ta’āla) dan aku termasuk orang yang berserah diri (kepada Allāh).” (QS Yūnus: 90)

Namun Allāh tidak menerima taubatnya.
Allāh mengatakan:

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِين

” Sekarang baru engkau sadar wahai Fir’aun, sebelumnya kau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Yūnus: 91)

Ini di antara dua orang yang disebutkan oleh Allāh mengaku sebagai Tuhan.
Mungkin ada orang-orang yang juga mengaku sebagai Tuhan selain itu. Sampai disebutkan, ada beberapa orang yang dipenjara, karena terlalu lama dipenjara akhirnya mereka stress.

Sampai akhirnya ada satu orang mengaku sebagai Tuhan. Ada satu mengaku sebagai nabi. Maka mulailah nabi itu berdakwah, “Saya nabi, saya diutus.”

Satunya mengaku sebagai Tuhan, akhirnya mereka lapor kepada ini Tuhan, “Wahai Tuhan, itu ngaku sebagai nabi”, Katakan kepada dia, “Belum waktunya saya utus.” Ini gara-gara stress.

Intinya, merupakan perkara yang sangat konyol adalah mengaku sebagai Tuhan.
Dan akan ada yang mengaku sebagai Tuhan diakhir zaman, yaitu Dajjāl, yang Allāh turunkan sebagai fitnah.

Allāh munculkan sebagai fitnah dan Allāh berikan dia kemampuan, sebagian kemampuan yang sangat hebat. Dia bisa menurunkan hujan, bisa menumbuhkan tanah yang tandus, bisa menghidupkan yang mati, kemudian dia mengaku sebagai Tuhan. Itu pun dia punya kekurangan.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ

” Sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah.”
(HR Bukhari nomor 7409)

Adapun Dajjāl matanya buta sebelah (kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam). Kalau dia Tuhan kenapa dia tidak bisa perbaiki matanya?

Ini menunjukkan dia bukan Tuhan. Sehingga orang melihat dari sisi kesaktiannya, lupa bahwasanya tubuh dia saja cacat. Apakah Tuhan cacat? Ini tidak pantas.

Orang-orang biasa saja tidak cacat, kok Tuhan cacat. Ini suatu perkara yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah.

Wallāhu A’lam bishshawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 


BimbinganIslam.com
Senin, 17 Rabi’ul Awwal 1439 H / 06 Desember 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
Hadits Arba’in Nawawī
Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 03 dari 06)


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  

Euromoslim Amsterdam
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
Ekingenstraat 3-7, Amsterdam
Amsterdam,  05 december 2017 / 17 rabi’ul akhir 1439
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org