السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

الحمد لله على إحسانه، وشكر الله على توفقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله واهده لا شرك له تعظيم بشأنه, وأشهد أن محمد عبده ورسوله دائلا رضوانه, اللهم صلى عليه وعلى آله وصحبه وإخوانه

Alhamdulillāh kita akan bahas tafsir surat Al Bayyinah.

Kita mencoba menafsirkan surat ini berdasarkan penjelasan para ulamā. 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman di awal surat ini: 

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ

Secara bahasa (leterlek bahasa Arab) artinya: 

Tidaklah orang-orang kāfir dari ahlul kitāb dan kaum musyirikin akan terlepas (melepaskan diri) sampai (kecuali) datang petunjuk (penjelasan) kepada mereka._

Dari sini ada beberapa tafsiran dari kalangan ahli tafsir sebagaimana disebutkan oleh Al Imām Qurthubi dan yang lainnya (rahimahumullāh) dalam kitāb-kitāb tafsir mereka. 

Di antaranya pendapat yang menyatakan bahwasanya orang-orang ahlul kitāb dan kaum musyrikin, mereka mengatakan:

” Kami tidak akan melepaskan diri kami dari kesyirikan kami sampai datang petunjuk/bukti/penjelasan.” 

Tafsiran yang lain menyatakan bahwa maksudnya orang-orang Yahūdi (ahlul kitāb) Nashrāni dan juga orang-orang musyikin mereka tidak akan meninggalkan sifat-sifat pujian mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sampai Nabi datang. 

Sebelumnya mereka semua memuji Nabi. Orang-orang Yahūdi memuji Nabi karena mereka tahu akan datang nabi terakhir dan mereka memuji nabi sebagaimana nabi dipuji dalam kitāb Taurāt. 

Orang-orang musyrikin, mereka memuji Nabi karena mereka mengenal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki sifat ash shadiq al amin (jujur dan terpercaya).

Sebagaimana disebutkan dalam hadīts, bagaimana tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pertama kali mengiklankan bahwa beliau adalah seorang nabi, tatkala itu Nabi mengumpulkan orang-orang musyrikin di kota Mekkah kemudian beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) mengatakan: 

أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ ؟قَالُوا : مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا 

” Wahai kaumku, seandainya aku kabarkan bahwasanya di balik gunung ini ada musuh yang akan datang menyerang, apakah kalian akan membenarkan perkataanku?”

_Maka serentak orang-orang musyrikin mengatakan:_

_”(Wahai Muhammad,) kami tidak pernah mengetahui engkau berdusta meskipun sedikit.”_

(HR Bukhari nomor 495 dan Muslim nomor 208)

Dalah riwayat yang lain:

مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلاَّ صِدْقً

” Kami tidak mengetahui dari engkau kecuali kebenaran.”

Jadi, mereka (orang-orang musyrikin) memuji Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. 

Kapan mereka berubah? 

Kapan orang-orang Yahūdi yang dahulunya memuji Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian berubah menjelek-jelekan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ? 

Kapan orang-orang musyrikin yang tadinya memuji Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam akhirnya mencela Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam? 

==> Mereka berubah tatkala Nabi (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) mengatakan bahwa beliau adalah seorang nabi, tatkala beliau mengatakan, “Saya seorang nabi,” maka semuanya mengingkari. 

Paman Nabi (Abū Lahab) yang pertama kali mengingkari, dia mengatakan: 

تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا

” Celaka engkau (wahai Muhammad) seluruh harimu celaka bagimu. Apakah engkau mengumpulkan kami karena ingin mengabarkan bahwa engkau seorang nabi?”

Maka turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Jadi di antara tafsiran ayat ini bahwasanya orang-orang musyrikin dari ahlul kitāb dan orang-orang kāfir dari ahlul kitāb dan musyrikin mereka terus akan memuji Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan mereka tidak akan meninggalkan pujian tersebut sampai datang Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. 

Begitu Nabi datang dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi, baru mereka mencela. 

Intinya mereka menuntut petunjuk/bukti untuk berimān kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. 

Perhatikan ayat ini! 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman: 

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ

Tidaklah orang-orang kāfir dari kalangan ahlul kitāb dan kaum musyrikin (jadi ahlul kitāb kāfir kaum musyrikin juga kāfir).

Di ayat selanjutnya Allāh mengatakan: 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِين

Sesungguhnya orang-orang kāfir dari kalangan ahlul kitāb dan kalangan musyrikin.”

Ini dalīl bahwasanya: 

√ Seluruh ahlul kitāb adalah kāfir.

√ Seluruh musyrikin adalah kāfir.

→ Ahlul kitāb (Yahūdi dan Nashrāni) keduanya dikatakan kāfir oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dua-duanya dinyatakan masuk neraka Jahannam oleh Allāh dan Rasūl-Nya. 

→ Kaum musyrikin juga dinyatakan kāfir oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Kaum musyrikin di zaman Nabi  shallallāhu ‘alayhi wa sallam ada dua model: 

Penyembah berhala.

Penyembah api (orang-orang Majusi/orang-orang Persia).

Kalau di zaman kita orang musyrikin itu banyak, baik dari agama Budha, Hindu, Sintho, Khong huchu, semuanya musyrikin karena semua menyembah makhluk, menjadikan makhluk sebagai tuhan. 

√ Apakah makhluk tersebut adalah  jinn sebagaimana orang-orang Hindu yang menyembah dewa-dewa (jinn). 

√ Apakah makhluk tersebut manusia sebagaimana orang Budha. 

√ Ataukah makhluk tersebut wali ataukah nabi sebagaimana orang Nashrāni

Intinya yang menyembah makhluk adalah musyrik. 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan orang kāfir ada dua model, yaitu: 

Ahlul kitāb.

Kaum Musyrikin.

Apakah ahlul kitāb orang musyrikin juga? Yahūdi dan Nashrāni musyrik atau tidak? 

Mereka (Yahūdi dan Nashrāni) adalah musyrik, yang paling musyrik adalah Nashrāni. 

Kemusyrikan orang-orang Nashrāni jelas, di antaranya: 

√ Mereka menyatakan Allāh adalah satu dari yang tiga.

√ Mereka menyatakan bahwa Īsā adalah anak Allāh. 

Orang Yahūdi juga melakukan kesyirikan, di antaranya: 

√ Mereka mengatakan ‘Uzayr adalah anak Allāh:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ الله

(QS At Tawbah: 30)

√ Mereka menyamakan Allāh dengan makhluk, mereka mengatakan tangan Allāh terbelenggu:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ الله مَغْلُولَةٌ

(QS Al Māidah: 64)

√ Mereka mengatakan Allāh miskin dan kami kaya:

إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

(QS Al ‘Imrān: 181)

Orang Yahūdi sangat mudah mencela Allāh, mereka menyatakan bahwa Allāh menciptakan langit dan bumi dalam waktu 6 (enam) masa, kemudian Allāh istirahat pada hari ke-7 (hari sabtu), sehingga mereka menyucikan hari sabtu. Dan Allāh bantah dalam Al Qur’ān: 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

” Sungguh kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari dan kami tidak ditimpa keletihan.” (QS Qāf: 38)

Mereka menghitung hari ada tujuh dan Allāh menciptakan langit dan bumi hanya 6 hari, satu harinya untuk istirahat, sehingga mereka menyatakan Allāh istirahat. 

Dan mereka menyamakan Allāh dengan makhluk. 

Contohnya dalam kitāb Injīl yang ada sekarang ini. Antum bisa buka di awal kitāb penciptaan, bagaimana mereka menyatakan bahwa Allāh sedih. Tatkala Allāh menciptakan manusia ternyata manusia kāfir kepada Allāh (musyrik) maka Allāh pun menyesal (kata mereka). 

Subhānallāh, bagaimana Allāh menyesal dengan apa yang Allāh lakukan? 

Kalau orang menyesal itu bila dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, tapi Allāh tahu apa yang terjadi ke depan, Allāh tahu masa depan, lalu bagaimana Allāh menyesal ? 

Kata mereka, Allāh menyesal dan Allāh menangis kemudian Allāh marah kemudian Allāh menurunkan banjir untuk menghancurkan mereka semua kecuali Nabi Nūh dan pengikutnya. 

Jadi kenapa Allāh turunkan banjir kepada umat nabi Nūh?  

Karena (menurut mereka) Allāh menyesal dan Allāh menangis. 

Dan bila antum membuka kitāb Taurāt antum akan dapati bagaimana orang-orang Yahūdi, mereka begitu menghina Allāh dan menghina para anbiyyā. 

√ Ada yang bilang nabi berzina dengan putrinya.

√ Ada yang bilang nabi minum khamr.

√ Ada yang bilang nabi Fulān begini, nabi Fulān begini.

Oleh karenanya wajar bila mereka begitu, kenapa mereka mencela Allāh dan para anbiyya? 

Sebagian ulamā menyatakan bahwa ini dalam rangka mereka melegalkan kerusakan yang mereka lakukan. 

Orang Yahūdi, mereka rusak, sehingga untuk melegalkan apa yang mereka lakukan mereka mengatakan: 

“Nabi saja ada yang minum bir (khamr), nabi saja ada yang mabuk, nabi saja ada yang berzina dengan putrinya, Allāh saja sedih, jadi kami wajar saja bila seperti ini.”

Dan di antara hobi mereka adalah membunuh para anbiyyā. Kalau para nabi saja dibunuh, apalagi orang-orang Palestine. 

Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab, wabillāhi taufīq. 

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


 BimbinganIslam.com

Selasa, 06 Jumadal Ūla 1439 H / 23 Januari 2018 M

Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Tafsir Juz 30 | Surat Al-Bayyinah

Tafsir Surat Al-Bayyinah (Bagian 2)


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada  Nabi kita Muhammad Shallallahu  Álaihi  Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  

EUROMOSLIM-AMSTERDAM  
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
Ekingenstraat 3-7, Amsterdam

16 februari 2018 / 29 jamada úla 1439    
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: 
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org