السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Pada kesempatan kali ini kita akan menyebutkan bentuk-bentuk syirik-syirik kecil. Telah saya sebutkan di antara bentuk syirik-syirik kecil dalam bentuk lafal, seperti bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Contoh syirik lafal: 

√ Mengatakan, “Karena Allāh dan karena engkau.”

√ Mengatakan, “Kalau bukan karena fulān, maka kita sudah kecolongan.”

√ Mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini.”

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Allāh Subhānahu wa Ta’āla  berfirman: 

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ

” Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang berimān kepada-Ku dan ada yang kāfir.”_

_”Siapa yang mengatakan, ‘Muthirnā bi fadhlillāhi wa rahmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allāh), maka dialah yang berimān kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang.”_

_”Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirnā binau’i kadzā wa kadzā ‘(Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.”_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 846 dan Muslim nomor 71)

Ini merupakan syirik lafal, namun dihukumi oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau dihukumi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai kesyirikan karena menyandarkan sebab rahmat Allāh kepada bintang. 

Sekarang kita akan membahas tentang bentuk-bentuk kesyirikan yang lain, yang berkaitan dengan aqidah. 

Diantara syirik ashghar (syirik kecil) adalah bertathayyur. Bertathayyur artinya mengkait-kaitan nasib sial dengan apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar dengan nama-nama, benda-benda atau apapun yang berkaitan dengan alam semesta ini dengan kesialan. Di dalam syari’at disebut tathayyur. 

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam: 

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ

” Thiyarah itu adalah kesyirik.”

Tathayyur diambil kata thāir yaitu burung. Orang-orang jāhilīyyah dahulu, kalau mereka hendak safar mereka pergi ke burung tertentu yang sudah mereka kenal. 

Kalau burung itu mereka usir, ternyata burungnya terbang ke kanan maka mereka melanjutka safar mereka, berarti ini tanda nasib baik. Tetapi apabila burung tersebut diusir dan terbang ke kiri mereka membatalkan safar mereka. 

Berarti mereka mengkaitkan nasib sial dengan terbangnya burung kearah kiri, ini merupakan kesyirikan. Ini sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sejak zaman kaum Nabi Mūsā ‘alayhissallām. 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan bagaimana kaum nabi Mūsā ‘alayhissallām: 

فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَـٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۭ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَـٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Apabila datang kepada mereka (kaum nabi Mūsā) kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Mūsā dan orang-orang yang besertanya._ 

_Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allāh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS Al Arāf: 131)

Yang menentukan kebaikan dan keburukan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

Barangsiapa yang mengkaitkan keburukan dengan hal-hal yang ada di dunia karena sebab Si Fulān, karena sebab burung, karena sebab ada ular yang lewat, karena ada burung hantu di rumah, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Namun ini merupakan syirik ashghar karena dia menjadikan sesuatu yang bukan sebab dijadikan sebab kesialan. 

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 

 

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


BimbinganIslam.com
Kamis, 3 Jumadal 1439 H /20 Januari 2018 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
Hadits Arba’in Nawawī
Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 06 dari 12)


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH: Buletin Euromoslim Terbit Setiap Jum’at  
EUROMOSLIM-AMSTERDAM  
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP
Amsterdam,  6 april 2018 / 19 Rajab 1439  
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke: 
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org