القاعدة الثالثة
أن النبي ظهر على أناس متفرقين في عباداتهم، منهم من يعبد الملائكة، ومنهم من يعبد الأنبياء والصالحين، ومنهم من يعبد الأشجار والأحجار، ومنهم من يعبد الشمس والقمر وقاتلهم رسول الله ولم يفرق بينهم، والدليل قوله تعالى: { وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه} (الأنفال آية 39. )

Kaidah yang ketiga:
Bahwasanya Nabi -shallAllohu’alaihi wa sallam-muncul pada manusia yang ibadahnya berbeda-beda. Diantara mereka ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah para Nabi dan orang-orang shalih, ada yang menyembah batu-batu dan pohon-pohon, dan ada yang menyembah matahari dan bulan; dan Rasulullah -shallAllohu’alaihi wa sallam-memerangi mereka tanpa membeda-bedakannya. [1] Dalilnya firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه

“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata hanya untuk Alloh.” (Al Anfal: 39) [2]

[1] SYARAH:
Kaidah yang ketiga: Bahwasanya Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- diutus kepada kaum musyrikin, diantara mereka ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah matahari dan bulan, ada yang menyembah patung, batu-batu, pohon-pohon, dan ada yang menyembah para wali dan orang-orang shalih.

Inilah kejelekan syirik dimana pelakunya tidak berkumpul pada sesuatu yang satu. Berbeda dengan muwahhidin (orang yang bertauhid), sesungguhnya sesembahan mereka itu satu yaitu Allah -subhanahu wa ta’ala-:

أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاء سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَآؤُكُم

“ Tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah selein Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya.” (Yusuf: 39-40)

Dan diantara kejelekan syirik serta kebathilannya adalah bahwa pelakunya berbeda-beda dalam ibadahnya. Mereka tidak bersepakat dalam satu ketentuan/patokan, karena tidak berjalan di atas suatu pokok, melaikan berjalan di atas hawa nafsu dan pengakuan-pengakuan yang sesat, sehingga bertambah banyaklah perpecahan mereka.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً رَّجُلاً فِيهِ شُرَكَاء مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلاً سَلَماً لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلاً الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“ Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Az Zumar: 29)

Orang yang beribadah kepada Allah -‘azza wa jalla- saja seperti seorang budak yang menghamba kepada satu orang dan bersenang-senang dengannya. Dia mengetahui maksudnya dan mengetahui permintaannya sehingga dapat bersenang-senang dengannya. Akan tetapi orang musyrik seperti orang yang mempunyai beberapa tuan, dia tidak tau siapa yang ridha di antara mereka. Setiap tuan mempunyai kesukaan, permintaan, keinginan, dan masing-masing menginginkan dia datang disisinya. Oleh karena itu Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً رَّجُلاً فِيهِ شُرَكَاء مُتَشَاكِسُونَ,

maknanya yaitu dimiliki oleh beberapa orang. Dia tidak tau mana yang ridho di antara mereka.

وَرَجُلاً سَلَماً لِّرَجُلٍ

maknanya dikuasai (dimiliki) oleh satu orang saja, dan ia bersenang-senang bersamanya.

Demikianlah permisalan yang dibuat Allah -subhanahu wa ta’ala- untuk orang musyrik dan muwahhidin.

Orang-orang musyrik itu berbeda-beda dalam ibadahnya, dan Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- memerangi mereka tanpa membeda-bedakannya. Beliau memerangi penyembah berhala, orang-orang Yahudi, Nashara, Majusi serta seluruh kaum musyrikin. Beliau juga memerangi orang-orang yang menyembah malaikat, menyembah para wali dan orang-orang shalih, tanpa membedakan mereka.

Ini adalah bantahan bagi orang yang mengatakan: “Orang yang menyembah patung tidak sama dengan mereka yang menyembah orang shalih atau seorang malaikat dari para malaikat, karena mereka menyembah batu-batu, pohon dan benda mati. Maka mereka yang menyembah orang shalih dan wali dari kalangan wali-wali Allah -‘azza wa jalla- tidaklah sama dengan orang yang menyembah berhala.”

Dengan ucapan tersebut, mereka menginginkan bahwa orang yang menyembah kuburan saat ini, hukumnya adalah berbeda dengan orang yang menyembah berhala. Mereka tidak dikafirkan, dan perbuatan mereka tidak dianggap sebagai kesyirikan, sehingga tidak boleh diperangi.

Kami katakan: “Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- tidak membedakan mereka, bahkan menganggap mereka seluruhnya musyrik, sehingga halal darah serta harta mereka. Tidak berbeda antara mereka dan orang yang menyembah Al Masih (Isa ‘alaihis salam)-dan Al Masih adalah seorang Rasul Allah -‘azza wa jalla–Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-memerangi mereka. Demikian pula orang-orang Yahudi, mereka menyembah Uzair –salah seorang nabi atau orang shalih di kalangan mereka- Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- memerangi tanpa membeda-bedakan mereka. Maka, syirik itu tidak berbeda antara penyembah orang shalih, dan penyembah berhala, batu-batu atau pohon-pohom, karena syirik adalah ibadah kepada selain Allah -‘azza wa jalla- apapun bentuknya. Oleh karena itu Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً

“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”
(An Nisaa: 36)

Kata (شَيْئاً) “sesuatupun” dalam konteks larangan mencakup segala sesuatu, yakni seluruh yang disekutukan bersama Allah -‘azza wa jalla-, dari kalangan malaikat, rasul, orang-orang shalih, para wali, batu-batu maupun pepohonan.

[2] SYARAH:
Merupakan dalil atas diperanginya kaum musyrikin tanpa membedakan sembahan mereka. Firman Allah -subhanahu wa ta’ala-: وَقَاتِلُوهُمْ “Dan perangilah mereka” ini adalah umum untuk setiap orang musyrik, tanpa kecuali!

Kemudian Allah menyatakan: حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ “Supaya jangan ada fitnah”, fitnah disini adalah syirik, yaitu: (agar) tidak ada kesyirikan. Maka ini umum untuk seluruh kesyirikan apapun bentuknya, sama saja kesyirikan dengan wali-wali dan orang shalih, dengan batu-batu, pohon, matahari atau bulan.

وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه “dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” yakni menjadilah agama itu seluruhnya untuk Allah -‘azza wa jalla-, tidak ada sekutu bagi-Nya seorangpun siapa saja dia. Maka tidak ada perbedaan antara syirik dengan para wali dan orang-orang shalih, atau syirik dengan batu-batu, pohon, setan-setan dan selain mereka.

Bersambung.. Insya Alloh

Sumber : https://abangdani.wordpress.com/2011/01/05/penjelasan-kaidah-kaidah-dalam-memahami-tauhid-uluhiyyah-7/
https://t.me/ilmusyar1
———————————-
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 11 oktober 2019 / 12 safar 1441
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org