الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-49 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu ‘uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ Al Akhbār, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa’dī rahimahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts yang ke-46 dan 47.

• Hadīts Ke-46
Hadīts yang diriwayatkan dari Abdullāh bin Abbās radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا، فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ {مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ}

” Berikanlah hak waris kepada pemiliknya, apa yang tersisa dari warisan itu, maka itu adalah milik ahli waris yang paling diprioritaskan”

• Hadīts Ke-47
Hadīts yang diriwayatkan dari Abū Umāmah radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

” Sesungguhnya Allāh telah memberikan kepada masing-masing pemilik hak apa yang menjadi haknya. Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd dan At-Tirmidzī dan Ibnu Mājah)

Di dalam dua hadīts yang mulia ini, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjelaskan tentang hukum-hukum yang berkenaan dengan warisan dan wasiat.

Hadīts yang pertama :

أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا

” Berikanlah harta waris kepada pemiliknya.”

Hadīts ini memberikan kepada kita beberapa hukum yang berkenaan dengan waris.

⑴ Ashabul furudh (ahli waris) yang sudah ditentukan bagiannya (nominalnya) lebih didahulukan dalam pembagian waris dibandingkan ashabah (ahli waris yang jatah warisannya belum ditentukan besarnya).

Apabila jatah waris sudah habis dibagikan kepada ashabul furudh, maka para ashabah tidak mendapatkan bagian dari harta waris tersebut.

⑵ Masing-masing dari ashabul furudh akan mengalami pengurangan bagiannya apabila jumlah warisan tersebut tidak mencukupi untuk diberikan kepada ahli warisnya sesuai dengan jatah bagian yang telah ditentukan.

Semua ini di istilahkan sebagai tazahum al furudh atau karena banyaknya bagian melebihi dari total harta warisan.

⑶ Apabila tidak ada ashabul furudh maka semua harta waris menjadi milik ashabah sesuai dengan urutan yang ma’ruf dikalangan para ahli waris.

⑷ Apabila tidak ada ashabah, maka sisa harta waris akan ditambahkan kepada ashabul furudh sesuai dengan jatah masing-masing bagian.

Hadīts Kedua :

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

” Sesungguhnya Allāh telah memberikan kepada masing-masing pemilik hak apa yang menjadi haknya. Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Hadīts ini memberikan kepada kita hukum yang berkenaan dengan wasiat. Bahwasanya wasiat tidak sah apabila diberikan kepada ahli waris karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam hadīts ini :

فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

” Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Adapun jika diberikan kepada selain ahli waris maka wasiat tersebut sah dengan ketentuan apabila ahli waris sudah menjadi orang-orang yang cukup dan tidak memerlukan harta waris dan wasiat kepada selain ahli waris termasuk perkara yang disukai.

Tetapi apabila ahli warisnya faqir dan memerlukan harta waris tersebut maka sebaiknya tidak memberikan wasiat kepada selain ahli waris. Cukup harta tersebut dibagikan kepada ahli waris sebagai bentuk warisan.

Adapun apabila wasiat diberikan kepada ahli waris, maka hadīts ini menunjukkan tentang larangan dan tidak bolehnya hal tersebut dilakukan.

Perlu kita ketahui bahwa wasiat yang diberikan kepada selain ahli waris tentunya tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang akan dibagikan. Jika lebih dari 1/3, maka ini memerlukan izin dan persetujuan dari para ahli waris .

Demikian beberapa hukum yang bisa kita ambil dari dua hadīts mulia ini yang berkenaan dengan waris dan wasiat yang semua itu dibahas lebih detail lagi pada pembahasan tentang Ilmu Faraidh atau Ilmu Waris.

Demikian pembahasan kita pada kesempatan kali ini.

Wallāhu A’lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______
SUMBER:
BimbinganIslam.com
Senin, 12 Rabi’ul Akhir 1441 H / 09 Desember 2019 M
Ustadz Riki Kaptamto Lc
Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi’ al Akhbār
Halaqah 049 | Hadits 46-47
———————————————————-

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Álaihi Wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

MEDIA DAKWAH EUROMOSLIM: Buletin Terbit Setiap Hari Jum’at
EUROMOSLIM-AMSTERDAM
Indonesisch-Nederlandsche Moslim Gemeenschap–Amsterdam
Organisasi Keluarga Muslim Indonesia-Belanda di Amsterdam
EKINGENSTRAAT 3-7, AMSTERDAM-OSDORP

Amsterdam, 10 april 2020 / 17 sya’ban 1441
Saran, komentar dan sanggahan atas artikel diatas kirim ke:
E-mail: Euromoslim-Amsterdam: media@euromoslim.org