•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
وَعَنْ أبي نُجَيْد بِضَم النُّونِ وَفَتْح الْجيِمِ عِمْرانَ بْنِ الحُصيْنِ الخُزاعيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرأَةً مِنْ جُهينةَ أَتَت رَسُولَ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهِيَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَا ، فقَالَتْ : يَا رسول الله أَصَبْتُ حَدّاً فأَقِمْهُ عَلَيَّ ، فَدَعَا نَبِيُّ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَليَّهَا فَقَالَ : أَحْسِنْ إِليْهَا ، فَإِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنِي فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَشُدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُها ، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فرُجِمتْ ، ثُمَّ صلَّى عَلَيْهَا . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ ، قَالَ : لَقَدْ تَابَتْ تَوْبةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْن سبْعِينَ مِنْ أَهْلِ المدِينَةِ لوسعتهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنفْسهَا للَّهِ عَزَّ وجَل؟،»
Dari Abu Nujaid (dengan dhammahnya nun dan fathahnya jim) yaitu Imran bin Hushain al-Khuza’i radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah mendatangi Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam dan ia sedang dalam keadaan hamil karena perbuatan zina. Kemudian ia berkata:
_“Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu perbuatan yang harus dikenakan had hukuman- maka tegakkanlah had itu atas diriku.” Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasalam memanggil wali wanita itu sembari bersabda: “Berbuat baiklah kepada wanita ini dan apabila telah melahirkan kandungannya, maka datanglah padaku dengan membawanya.” Wali tersebut melakukan apa yang diperintahkan._
Setelah bayinya lahir lalu beliau shalallahu alaihi wasalam memerintahkan untuk memberi hukuman, wanita itu kemudian diikat kuat dengan pakaiannya (agar tidak tersingkap auratnya, pent.) baru kemudian dirajam. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam menyalatkan jenazahnya.
Umar berkata pada beliau:
_“Apakah anda menyalatkan jenazahnya, ya Rasulullah, sedangkan ia telah berzina?” Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Ia telah bertaubat dengan benar, andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuh puluh orang dari penduduk Madinah, pasti masih mencukupi. Adakah pernah engkau menemukan seorang yang lebih utama dari orang yang suka mendermakan jiwanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah ‘Azza wa jalla.”_
(HR. Muslim, no. 1696)
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
📝 _*FAEDAH HADIST*_
1. Wanita dari Suku Juhainah tersebut termasuk sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan wanita (sahabiat). Jadi orang shalih pun masih ada kemungkinan untuk terjerumus dalam dosa besar.
2. Zina termasuk dosa besar, karena di antara ciri dosa besar itu memiliki had (hukuman berat) di dunia.
3. Hukuman rajam untuk pezina yang sedang hamil tidak ditegakkan kecuali ia telah melahirkan dan menyapih anaknya selama kurang lebih 2 tahun ataupun dengan penyusuan pada wanita lain. Adapun hukuman bagi wanita yang belum menikah lantas berzina, maka hukuman cambuknya menunggu sampai wanita itu suci dari nifasnya.
4. Hukuman rajam dijalani dengan melempar batu hingga mati, batu di sini tidaklah terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Hukuman rajam ini dikenakan pada muhshon, yaitu orang yang sudah menikah lantas berzina.
5. Hukuman rajam memiliki hikmah yang agung dari Allah Ta’ala. Karena bentuk hukumannya bukan dipenggal dengan pedang. Namun ia dilempari batu sehingga ia bisa merasakan siksa sebagai timbal balik dari kelezatan zina yang haram yang telah ia rasakan. Karena orang yang berzina telah merasakan kelezatan yang haram dengan seluruh badannya, jadi jasadnya disiksa sekadar dengan nikmat haram yang ia rasakan.
6. Boleh seseorang mengakui dirinya telah berzina pada penguasa yang sah dan adil untuk membersihkan dosanya dengan menjalani hukuman had, bukan untuk maksud menyebarkan aibnya. Jika seseorang ingin menyebarkan aibnya sendiri bahwa ia telah menzinai orang lain, maka dosa ini tidak dimaafkan.
7. Apakah seseorang harus melaporkan tindakan zinanya pada penguasa sehingga mendapat hukuman had atau ia sebaiknya menyembunyikannya sembari bertaubat?
Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin rahimahullah memberikan rincian yang bagus;
_Rincian pertama: jika seseorang yang berzina dapat melakukan taubat nashuha (taubat yang tulus), ia betul-betul menyesali dosanya dan bertekad tidak akan melakukannya lagi, maka lebih baik ia tidak pergi pada penguasa untuk melaporkan tindakan zina yang telah ia lakukan dan ia melakukan taubat secara sembunyi-sembunyi. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menerima taubatnya._
Rincian kedua: _jika seseorang sulit melakukan taubat nashuha, ia takut terjerumus lagi dalam dosa yang sama, maka lebih baik ia mengakui perbuatan zinanya dengan melapor pada penguasa atau pada qodhi (hakim), lantas ia dikenai hukuman had._
8. Hukuman had di dunia bisa menghapuskan dosa orang yang berbuat maksiat asal disertai dengan taubat nasuhah (jujur) dengan sebenarnya penyesalan.
Wallahu Ta’ala A’lam.
_*Referensi:* Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali_
👤 Ustadz Fadly Gugul S.Ag
✒️ _Yogyakarta, 21 Dzulhijjah 1443H/21 Juli 2022M_
📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_
Bimbinganislam.com
*( Disebar untuk kawasan Eropa oleh: Euromoslim- Amsterdam )*