Matan Hadist

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Merasakan Sakratulmaut

وعنْ أَنسٍ رضِيَ الله عنْهُ قَالَ : لمَّا ثقُلَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم جَعَلَ يتغشَّاهُ الكرْبُ فقَالتْ فاطِمَةُ رَضِيَ الله عنْهَا : واكَرْبَ أبَتَاهُ، فَقَالَ : « ليْسَ عَلَى أبيك كرْبٌ بعْدَ اليَوْمِ » فلمَّا مَاتَ قالَتْ : يَا أبتَاهُ أَجَابَ ربّاً دعَاهُ ، يا أبتَاهُ جنَّةُ الفِرْدَوْسِ مأوَاهُ ، يَا أَبَتَاهُ إِلَى جبْريلَ نْنعَاهُ ، فلَمَّا دُفنَ قالتْ فاطِمَةُ رَضِيَ الله عَنهَا : أطَابتْ أنفسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم التُّرابَ ؟ روَاهُ البُخاريُّ
Dari Anas radhiyallahu anhu katanya: “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam semakin parah sakitnya, maka beliaupun merasa berat -karena menghadapi sakratulmaut-, kemudian Fathimah radhiyallahu ‘anha berkata: “Alangkah berat penderitaanmu ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini”
Maka tatkala beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Fathimah berkata: “Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Rabbnya. Aduhai ayahanda, semoga surga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya.” Kemudian beliau dikebumikan, Fathimah radhiyallahu ‘anha berkata pula: “Hai Anas, apakah kalian merasa baik-baik saja dengan menaburkan tanah di atas makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu?”
(HR. Bukhari, no. 4462).
—————//////—————-

*Faedah Hadist*

Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;

1. Kematian akan menghadang setiap manusia, para nabi pun tidak dikecualikan dalam hal ini. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakratulmaut.

2. Para nabi adalah orang yang paling berat ujian dan cobaannya, bahkan dalam hal menghadapi sakaratul maut. Ummul mukminin Aisyah radhiallahu anha sampai berkata,

فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
“Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakratul maut pada seseorang setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no. 4446).

3. Para Nabi ‘alaihimus shalatu wassalam merasakan pedih dan rasa sakit menghadapi kematian serta sakratulmaut, memberikan dua pelajaran penting;
– agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut meskipun hal itu tidak tampak.
– agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan keutamaan dan meninggikan derajat para nabi di sisi-Nya.

4. Seseorang itu boleh bersedih ketika ada keluarga dan kerabatnya sakit dan meninggal dunia dengan tetap rida pada takdir Allah Ta’ala

5. Anak yang shaleh dan shalehah akan ikut bersedih tatkala orang tuanya merasakan sakit dan kepayahan, dan ini adalah fitrah yang selamat. Fathimah adalah satu-satunya anak Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang masih hidup pasca wafatnya Rasul, dan Rasul telah rida dengan Fathimah sebagai anak shalehah yang dicintainya.

6. Boleh menyebutkan sifat-sifat baik mayit setelah wafatnya.

7. Ucapan Fathimah radhiyallahu ‘anha: “Hai Anas, apakah kalian merasa tenang (baik-baik saja) dengan menaburkan tanah di atas makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?” Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wasalam itu, tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dengan tanah. Akan tetapi, itulah yang diperintahkan oleh syariat beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam sendiri, bahwa yang wafat dari setiap muslim akan dikubur dan ditimbun dengan tanah.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy

📗 _*Fawaid Hadist Bimbingan Islam*_
Bimbinganislam.com
*( Disebar untuk kawasan Eropa oleh: Euromoslim- Amsterdam )*