•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
وَعَنْ أبي إِسْحَاقَ سعْدِ بْنِ أبي وَقَّاصٍ، أَحدِ الْعَشرة الْمَشْهودِ لَهمْ بِالْجَنَّة، رضِي اللَّهُ عَنْهُم قَالَ: “جَاءَنِي رسولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَعُودُنِي عَامَ حَجَّة الْوَداعِ مِنْ وَجعٍ اشْتدَّ بِي فَقُلْتُ: يَا رسُول اللَّهِ إِنِّي قَدْ بلغَ بِي مِن الْوجعِ مَا تَرى، وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلاَ يَرثُنِي إِلاَّ ابْنةٌ لِي، أَفأَتصَدَّق بثُلُثَىْ مالِي؟ قَالَ: لا، قُلْتُ: فالشَّطُر يَارسوُلَ اللهِ؟ فقالَ: لا، قُلْتُ فالثُّلُثُ يَا رَسُولَ اللَّه؟ قَالَ: الثُّلثُ والثُّلُثُ كثِيرٌ -أَوْ كَبِيرٌ – إِنَّكَ إِنْ تَذرَ وَرثتك أغنِياءَ خَيْرٌ مِن أَنْ تذرهُمْ عالَةً يَتكفَّفُونَ النَّاس، وَإِنَّكَ لَنْ تُنفِق نَفَقةً تبْتغِي بِهَا وجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى ما تَجْعلُ فِيِّ امْرَأَتكَ قَال: فَقلْت: يَا رَسُولَ اللهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي؟ قَال: إِنَّك لَنْ تُخَلَّفَ فتعْمَل عَمَلاً تَبْتغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ إلاَّ ازْددْتَ بِهِ دَرجةً ورِفعةً ولعَلَّك أَنْ تُخلَّف حَتَى ينْتفعَ بكَ أَقَوامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخرُونَ. اللَّهُمَّ أَمْضِ لأِصْحابي هجْرتَهُم، وَلاَ ترُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهم، لَكن الْبائسُ سعْدُ بْنُ خوْلَةَ”يرْثى لَهُ رسولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم”أَن مَاتَ بمكَّةَ”
Dari Abu Ishak, yakni Sa’ad bin Abu Waqqash _radhiyallahu anhu_, yaitu salah satu dari sepuluh orang yang diberi kesaksian akan memperoleh surga _radhiallahu ‘anhum_, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam datang padaku untuk menjengukku pada tahun haji wada’ -yakni haji Rasulullah (ﷺ) yang terakhir dan sebagai haji pamitan- karena kesakitan yang menimpa diriku, lalu saya berkata: _“Ya Rasulullah, sesungguhnya saja kesakitanku ini telah mencapai sebagaimana keadaan yang Tuan ketahui, sedang saya adalah seorang yang berharta dan tiada yang mewarisi hartaku itu melainkan seorang putriku saja. Maka itu apakah dibenarkan sekiranya saya bersedekah dengan dua pertiga hartaku?”_ Beliau menjawab: _“Tidak dibenarkan.”_ Saya berkata pula: _“Separuh hartaku ya Rasulullah?”_ Beliau bersabda: _“Tidak dibenarkan juga.”_ Saya berkata lagi: _“Sepertiga, bagaimana ya Rasulullah?”_ Beliau lalu bersabda: _“Ya, sepertiga boleh dan sepertiga itu sudah banyak atau sudah besar jumlahnya. Sesungguhnya jikalau engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya, maka itu adalah lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan miskin meminta-minta pada orang banyak. Sesungguhnya tiada sesuatu nafkah yang engkau berikan dengan niat untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau pasti akan diberi pahalanya, sekalipun sesuatu yang engkau berikan untuk makanan istrimu.”_ Abu Ishak meneruskan uraiannya: Saya berkata lagi: _“Apakah saya ditinggalkan di Makkah setelah kepulangan sahabat-sahabatku itu?”_ Beliau menjawab: _“Sesungguhnya engkau itu tiada ditinggalkan, kemudian engkau melakukan suatu amalan yang engkau maksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau malahan bertambah derajat dan keluhurannya. Barangkali sekalipun engkau ditinggalkan karena usia masih panjang lagi, tetapi nantinya akan ada beberapa kaum yang dapat memperoleh kemanfaatan dari hidupmu itu yakni sesama kaum Muslimin, baik manfaat duniawiyah atau ukhrawiyah dan akan ada kaum lainnya yang memperoleh bahaya dengan sebab masih hidupmu tadi yakni kaum kafir, sebab menurut riwayat Abu Ishak ini tetap hidup sampai dibebaskannya Irak dan lain lainnya, lalu diangkat sebagai gubernur di situ dan menjalankan hak dan keadilan. Ya Allah, sempurnakanlah pahala untuk sahabat-sahabatku dalam hijrah mereka itu dan janganlah engkau balikkan mereka pada tumit-tumitnya yakni menjadi murtad kembali sepeninggalnya nanti. Tetapi yang miskin rugi itu ialah Sa’ad bin Khaulah.” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam merasa sangat kasihan padanya sebab matinya di Makkah._
(HR. Bukhari, no. 2742 dan Muslim, no. 1628)
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
📝 _*FAEDAH HADIST*_
1️⃣ Rasulullah (ﷺ), menurut kebiasaan beliau, beliau itu suka menjenguk orang yang sakit. Hal ini merupakan akhlak mulia yang dimiliki Nabi (ﷺ) yang penuh kasih sayang ini. Beliau tidak memandang dirinya sebagai Nabi yang mulia (ketika menjenguk), beliau menjenguk Sa’ad yang merupakan umatnya.
2️⃣ Orang yang menjenguk orang sakit, bisa menghilangkan sifat-sifat yang tidak disukai (dari orang yang dijenguk maupun yang menjenguk). Ketika seseorang menjenguk orang sakit, bisa jadi yang awalnya mereka bermusuhan, hatinya menjadi luluh satu sama lain.
3️⃣ Dalam menjenguk orang sakit, terdapat faedah bagi orang yang menjenguk, yakni dapat mengingatkan pada kenikmatan yang diberi oleh Allah dan mengutarakan rasa syukur terhadap nikmat sehat yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Ketika bersyukur kepada Allah, maka Allah Yang Maha Pemurah akan tambahkan nikmat itu menjadi semakin banyak.
4️⃣ Orang yang suka menjenguk orang sakit akan meningkatkan hubungan baik dengan orang yang dijenguk dan menimbulkan cinta kasih di antara keduanya. Oleh karena itu, ajaran Islam yang mulia menganjurkan amalan ini.
5️⃣ Bagi siapa yang ingin bederma dan mendapatkan pahala karenanya, maka harus mengikhlaskan niatnya untuk mengharapkan rida Allah Ta’ala.
6️⃣ Diperbolehkan mengumpulkan harta, dengan syarat diperoleh dengan cara yang halal. Hal ini tidak termasuk penimbunan harta, selagi pemiliknya menunaikan haknya, yaitu zakat.
7️⃣ Wasiat harta yang diberikan kepada selain ahli waris tidak boleh melebihi sepertiga dari harta warisan.
8️⃣ Amal kebaikan dan ketaatan yang tidak bisa dilakukan, bisa diganti dengan yang lainnya dalam hal perolehan pahala dan balasan.
9️⃣ Anjuran untuk menyambung silaturahmi keluarga dan berbuat baik kepada kerabat. Menyambung silaturahmi kepada keluarga yang lebih dekat lebih diutamakan dari pada keluarga jauh.
🔟 Larangan memindahkan mayit dari negerinya ke negeri lain. Jika hal ini disyariatkan, tentu Rasulullah (ﷺ) akan memerintahkan untuk memindahkan jenazah Sa’id bin Khaulah.
1️⃣1️⃣ Mencegah dari sarana menuju keburukan, hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah (ﷺ) “Dan janganlah engkau mengembalikan mereka ke tempat mereka ditinggalkan,” agar tidak ada seorang pun menjadikan sakit sebagai sarana untuk mencintai negeri dan kampung halaman yang telah ditinggalkannya (karena hijrah).
1️⃣2️⃣ Kewajiban memperhatikan kemaslahatan ahli waris dan memelihara keadilan di antara mereka.
Wallahu Ta’ala A’lam.
_*Referensi:* Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali_
👤 _*Ustadz Fadly Gugul S.Ag*_
✒️ _Yogyakarta, 28 Dzulqa’dah 1443H/28 Juni 2022M_
Bimbinganislam.com
*( Disebar untuk kawasan Eropa oleh: Euromoslim- Amsterdam )*